Senin, 30 Oktober 2023



Lukas 13:10-17

Pada suatu saat, Yesus membebaskan seorang ibu yang sudah delapan belas tahun bungkuk karena dirasuki roh jahat. Tindakan Yesus tersebut ditentang oleh kepala rumah ibadat dan kaum Farisi karena Yesus dianggap salah dan bertentangan dengan hukum Sabat; menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat.  Namun, Yesus mengetahui apa yang ada dihati mereka yang jahat sebab apa yang mereka katakan berbeda dengan apa yang mereka lakukan. “Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?”(Luk 13:15)

Dengan menyembuhkan dan membebaskan orang sakit pada hari Sabat, Yesus mau menyatakan bahwa nilai yang harus diangkat, diperjuangkan, dan dilakukan adalah penghargaan pada keluhuran martabat setiap pribadi manusia dan nilai belaskasih sebagai motivasi dalam semua tindakan, sama seperti  Allah yang telah lebih dahulu mengasihi manusia.  “Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.”(1 Yoh 4:16).

Oleh karena itu, aturan-aturan yang dibuat oleh manusia selayaknya perlu menjaga dan melindungi martabat setiap orang dan terutama mereka yang lemah dan menderita. Dengan demikian Yesus membebaskan orang yang sakit karena Dia menyatakan pembelaan-Nya pada yang lemah dan karena didorong oleh belaskasih-Nya kepada mereka. Dengan demikian, setiap murid Kristus diajak untuk menyadari bahwa mereka dipanggil dan dipilih untuk melakukan hal yang sama seperti yang telah dilakukan Yesus kepada mereka yang lemah dan menderita. Dengan kata lain, mereka diutus menjadi sepura dengan Kristus (alter Kristus) ; menjadi terang dan berkat bagi sesamanya dan alam sekitarnya. “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”(Roma 8:30).