Jumat, 3 Nopember 2023



Lukas 14:1-6

Pada suatu saat, Yesus menyembuhkan orang yang sakit busung air pada hari Sabat dihadapan orang-orang Farisi. Sementara orang-orang Farisi sangat menentang jika ada orang yang bekerja pada hari Sabat.  “Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.”(Luk 14:1). Dengan demikian, Yesus mau menunjukkan kepada mereka bahwa nilai keluhuran martabat manusia lebih tinggi daripada penafsiran atas hukum Sabat. Hukum Sabat yang diperintahkan Allah sendiri bukan dimaksudkan untuk menghalangi manusia untuk berbuat baik dan mengasihi Allah dari diri sesama yang menderita. Hukum Sabat dimaksudkan agar manusia semakin dekat dengan Allah dan mengasihi-Nya, seperti Allah telah mangasihi manusia. “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.”(Yoh 15:12). 

Oleh karena itu Tuhan mendorong kepada para murid-Nya untuk berjalan terus dijalan “pelayanan” untuk Tuhan dan untuk kemulian Nama-Nya. Ketika seseorang percaya, berserah, dan melakukan apa yang menyukakan Hati Allah, maka ia berada di dekat Allah. Dengan demikian Damai Allah akan memenuhi hati mereka yang merindukan-Nya, sehingga tidak lagi mereka dicekam  oleh kecemasan, kegelisahan dan takut. “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”(Yoh 14:27). Kunci dari semuanya itu adalah “percaya” kepada Yesus Kristus Tuhan. “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.”(Luk 10:22).