Minggu ke-32 Waktu Biasa [A]

12 November 2023

Matius 25:1-12

Kebijaksanaan diperlukan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Melalui perumpamaan hari ini, Yesus mengontraskan dua kelompok orang. Lima gadis yang bijaksana mewakili kelompok yang akan masuk surga; kelompok yang tidak akan masuk ke dalam surga diwakili oleh lima gadis yang bodoh. Meskipun Yesus menggunakan pernikahan Yahudi abad pertama di Israel sebagai latar belakang perumpamaannya, perumpamaan ini tidak berbicara tentang pernikahan biasa. Yesus mengajarkan tentang pengadilan terakhir, dan kebijaksanaan adalah salah satu karakteristik penting yang membuat kita bisa masuk ke dalam perjamuan abadi. Apa artinya menjadi bijaksana?

Kata Yunani yang digunakan Matius adalah ‘φρόνιμος’ (baca: phronimos). Kata ini dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai bijaksana atau berhikmat. Kata ini menunjukkan kejelasan tujuan seseorang, dan persiapan serta antisipasi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Kata ‘φρόνιμος’ juga menandakan kemampuan kita untuk menggunakan cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi serta untuk mencapai garis akhir. Matius juga menggunakan kata ini dalam beberapa kesempatan. “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana (φρόνιμος), yang mendirikan rumahnya di atas batu karang (Mat. 7:24).” Juga, “Jadi siapakah hamba yang setia dan bijaksana (φρόνιμος), yang diangkat oleh tuannya atas seisi rumahnya, yang memberikan kepada mereka makanan pada waktunya (Mat. 24:45)?” Dua ayat ini juga berkaitan erat dengan keselamatan kita.

Sepanjang hidup kita, kita dididik untuk menjadi bijaksana dalam menghadapi dunia ini, bertahan menghadapi tantangan dalam hidup ini, bertumbuh dan berkembang sebagai manusia di tengah masyarakat. Namun, ada yang lebih penting dari sekadar kehidupan duniawi ini; dari perumpamaan ini, Yesus mengajarkan kita untuk menjadi bijaksana demi kehidupan kekal. Ini berarti kita memahami bahwa kita diciptakan untuk surga (bukan hanya untuk dunia ini), dan kita harus mencapai tujuan ini dengan cara-cara yang tepat.

Pada saat yang sama, kita tidak boleh menjadi bodoh seperti kelima gadis lainnya. Sebenarnya kelima gadis ini tidak melakukan hal yang buruk. Kelima gadis itu tidak membuang-buang minyak dengan percuma atau tidak dengan sengaja melarikan diri dari tugas mereka. Mereka tentunya adalah teman baik bagi kedua mempelai, dan mereka juga tidak menyebabkan masalah besar yang dapat mengganggu acara pernikahan. Namun, sekedar duduk, menunggu dan tidak buat masalah tidaklah cukup. Mereka perlu menjaga agar cahaya tetap hidup dan menyala. Dari lima gadis ini, kita belajar bahwa tidak cukup hanya dengan menghindari dosa-dosa besar tetapi tidak melakukan apa-apa untuk menjaga cahaya kasih tetap hidup. Janganlah kita menjadi bodoh dengan berpikir bahwa masuk ke dalam Kerajaan Surga cukup dengan percaya kepada Yesus Kristus saja, tetapi tidak melakukan apa pun untuk memenuhi perintah kasih-Nya.

Bijaksana untuk surga berarti membuat pilihan-pilihan praktis sehari-hari yang membawa kita lebih dekat kepada Yesus. Hal ini dapat dilakukan melalui pengorbanan sederhana setiap hari untuk anak-anak kita atau bersabar dengan kelemahan orang lain di sekitar kita. Kita juga dipanggil untuk berdoa dan merayakan Ekaristi dengan layak setiap hari Minggu. Kita juga dapat melakukan tindakan-tindakan kebaikan bahkan kepada orang asing. Sekali lagi, tujuh karya kasih baik jasmani dan rohani dapat menjadi panduan sederhana bagi kita untuk menjadi bijaksana bagi Kerajaan Allah. Selama waktu masih ada, jangan membuat pilihan-pilihan bodoh, tetapi bijaksana karena waktu Tuhan dapat datang kapan saja.

Roma

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP