Minggu ke-2 Masa Adven [B]
10 Desember 2023
Markus 1:1-8
Apa impian dan harapan Anda dalam hidup ini? Jawabannya bisa sangat beragam. Para pelajar bermimpi untuk menyelesaikan studi mereka dan lulus dari sekolah dengan prestasi. Ada juga yang ingin bekerja di perusahaan besar atau memiliki bisnis sendiri. Yang lain ingin mencapai karier yang tinggi atau memiliki rumah yang nyaman dan mobil yang keren. Namun, pertanyaannya: Mengapa kita memiliki harapan, impian, dan cita-cita?
Tidak seperti hewan, kita tidak hanya tergerak oleh insting untuk bertahan hidup, tapi kita juga memiliki hasrat untuk menjadi versi yang jauh lebih baik dari diri kita sendiri. Kemampuan untuk berharap ini tidak dapat dijelaskan oleh komposisi biologis kita saja. Ada sesuatu di luar tubuh dan dunia ini. Paus Benediktus XVI dengan indahnya memberikan jawaban melalui ensikliknya Spe Salvi, “Manusia diciptakan untuk sesuatu yang besar – untuk Tuhan sendiri; ia diciptakan untuk dipenuhi oleh Tuhan. Namun hatinya terlalu kecil untuk hal besar yang disiapkan untuknya. Ia harus diluaskan.” Kenapa kita punya harapan? Karena Tuhan menciptakan kita di dunia ini, tetapi bukan untuk dunia ini, tetapi untuk-Nya. Dia telah memberikan kita jiwa yang abadi, dan melalui mimpi dan harapan kita, kita memperbesar jiwa kita dan pada akhirnya siap, melalui bantuan rahmat, untuk menerima Tuhan.
Masa Adven adalah masa pengharapan karena masa ini mengajarkan kita untuk berharap dengan benar. Kita dapat belajar dari Injil hari ini. Markus membuka Injilnya dengan menampilkan Yohanes Pembaptis yang mewartakan pengharapan sejati bangsa Israel, bahwa Tuhan akan datang. Pada masa itu, bangsa Israel telah hidup dalam masa-masa yang sangat sulit di bawah kekaisaran Romawi. Pajak mencekik leher mereka, para penguasa yang ditunjuk Romawi seperti Herodes sangat kejam dan brutal, dan beberapa orang Yahudi mencuri dan menipu sesama orang Yahudi yang lebih miskin. Pada saat itu, mudah sekali untuk jatuh dalam keputusasaan dan berhenti berharap, atau mereka mengembangkan khayalan bahwa Mesias akan datang sebagai pemimpin militer yang akan membawa mereka ke dalam kemenangan berdarah melawan para penindas mereka. Yohanes mengatakan kepada mereka untuk tetap berharap karena Tuhan memang akan datang, tetapi ia juga mengingatkan mereka bahwa persiapan yang terbaik bukanlah dengan bermanuver politis atau mengumpulkan kekuatan militer, tetapi dengan pertobatan. Tuhan Allah Israel bukanlah dewa perang, bukan dewa uang, dan juga bukan dewa politik, tetapi Allah kekudusan.
Kita hidup di masa yang jauh lebih baik daripada bangsa Israel kuno, namun selalu ada hal-hal buruk yang dapat mengurangi atau bahkan merusak kemampuan kita untuk berharap dan bermimpi. Kesulitan ekonomi, rusaknya relasi, dan kegagalan dalam meraih impian kita, adalah beberapa di antaranya. Hal-hal ini dapat menyebabkan kita hidup dengan kekecewaan, dan bahkan putus asa. Kemudian, kita mungkin mengembangkan pengharapan yang salah. Kita secara keliru mengharapkan Tuhan sebagai tukang sulap, sehingga kita pergi ke Gereja dan berdoa karena Tuhan akan mengabulkan apa pun yang kita inginkan. Kita juga dapat jatuh ke dalam pencobaan untuk menggunakan cara-cara yang jahat dan tidak adil untuk mewujudkan impian-impian kita.
Masa Adven mengajarkan kita untuk berharap dan bermimpi. Bahkan, masa ini mengajarkan kita untuk memiliki mimpi terbesar dalam hidup kita: menjadi kudus, yakni menyambut Tuhan dan hidup bersama-Nya. Kita harus berani berharap meskipun ada banyak tantangan dan kegagalan, namun kita harus melihat harapan dan impian kita sebagai batu-batu bangunan yang dapat memperluas jiwa kita untuk menerima Tuhan.
Roma
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP