Fr. Gunawan Wibisono O.Carm
18 Oktober 2024
2Tim 4: 10-17 + Mzm 145 + Luk 10: 1-9

Lectio
Pada waktu itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu’.

Meditatio
Yesus mengutus para muridNya pergi berdua-dua, agar mereka saling meneguhkan, sekaligus karya pewartaan mereka sendiri ‘tidak disangsikan’ (Mat 18) oleh mereka yang mendengarkannya. Ada beberapa pesan yang disampaikan kepada para murid. Pertama, ‘tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu’. Para murid diminta untuk ikut memikirkan karya perutusan, minimal dengan semangat doa, sebab doa yang tak kunjung jemu tentunya akan membuat Tuan yang empunya tuaian, mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Bukankah Yesus juga mengingatkan, agar para berani meminta dan meminta agar mendapatkan? Doa-doa akan menguatkan dan meneguhkan mereka sendiri, mengingat tugas perutusan mereka itu tak ubahnya ‘anak domba ke tengah-tengah serigala’. Doa adalah pengkondisian diri yang komunikatif dengan Tuhan Yesus? Bersama Yesus, para murid akan mendapatkan perlindungan dan pendampinganNya.
Kedua, ‘janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan’. Penugasan Yesus amat jelas, yakni pewartaan Kerajaan Allah sudah dekat padamu. Maka para murid diminta tidak merepotkan diri dengan aneka perbekalan atau singgah kesana kemari. Pewartaan Kerajaan Allah adalah tugas, dan kiranya harus menjadi perhatian utama, dan bukan yang lain. Perhatian pada aneka perbekalan dan kegiatan-kegiatan lain selama perutusan dapat menjadi hambatan pelaksanaan tugas utama.
Ketiga, ‘kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya, tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu’. Para murid harus menjadi pembawa damai, entah ditanggapi atau tidak. Sebab rasa gembira dan sukacita para murid mengkondisikan diri orang-orang, yang mereka kunjungi, mengerti yang mereka wartakan (bdk Neh 8).
Akhirnya, ‘tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu’. Para murid harus menerima kenyataan penyambutan terhadap mereka, sebab mereka menyatakan bahwa kehadiran mereka adalah kehadiran Yesus Tuhan yang mengutus mereka. Sebagaimana Yesus menerima apa adanya waktu hadir di tengah-tengah umatNya, demikian mereka yang menerima perutusanNya.
Lukas adalah seorang pewarta Injil. Dia menuliskan segala pengenalan hidupnya dengan Yesus. Pengenalan di luar pengalaman insani, tetapi begitu melekat dan menyatu dengan dirinya. Lukas merasakan sungguh Yesus adalah seorang pemerhati terhadap mereka yang sakit dan menderita. Maka penegasan Kerajaan sudah dekat, oleh Lukas lebih diarahkan kepada mereka yang sakit, agar mereka tetap merasakan sukacita dalam memanggul salib dan mampu menyatukan sakit mereka dengan derita Yesus sendriri.
Yesus pun memanggil dan mengutus kita, dan kita diminta tetap setia dalam tugas pelayanan kita. Perhatian kita terhadap mereka yang sakit dan menderita berarti kita bersikap seperti Lukas yang selalu mengikuti Yesus dalam menyapa mereka terabaikan.

Oratio
Yesus Krsitus, Engkau mengutus setiap orang mewartakan Injil Kerajaan Allah dalam setiap karya pelayanan mereka. Semoga kami yang Engkau utus selalu bersemangat dan penuh sukacita sehingga pewartaan yang kami lakukan dapat dinikmati banyak orang.
Santo Lukas, doakanlah kami. Amin.

Contemplatio
‘Sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu’.