Rm. Ignasius Joko Purnomo O.Carm
Matius 4:12-17, 23-25
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Bapak-ibu, saudara-saudari terkasih. Sebagai umat kristiani, kita semua baru saja merayakan Natal – Hari Raya Kelahiran Yesus Kristus – dengan penuh sukacita dan kegembiraan. Bagi kita, Natal merupakan peristiwa agung dan luar biasa, di mana Allah berkenan menjumpai manusia secara nyata dalam diri Yesus, Putra-Nya. Natal adalah peristiwa perjumpaan antara Allah dan manusia, yang secara luar biasa mengubah hidup manusia.
Bacaan Injil hari ini membawa kita kepada awal pelayanan Yesus di Galilea, sebuah daerah yang disebut oleh nabi Yesaya sebagai “wilayah Zebulon dan wilayah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang Sungai Yordan, Galilea wilayah bangsa-bangsa lain.” Tempat ini adalah simbol kegelapan dan keterasingan. Namun justru disitulah Yesus memulai karya-Nya, membawa terang bagi mereka yang hidup dalam kegelapan. Maka apa yang dikatakan atau dinubuatkan oleh Yesaya menjadi kenyataan:“Bangsa yang diam dalam kegelapan telah melihat terang yang besar.” Yesus hadir sebagai terang yang menerangi kegelapan hidup manusia. Kegelapan di sini tidak hanya merujuk pada dosa, tetapi juga pada penderitaan, kebodohan, rasa tidak berdaya, dan ketidakadilan yang dialami manusia.
Saudara-saudari terkasih.Mengawali pewartaan-Nya berseru: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” Pertobatan ini bukan hanya soal menyesali dan meninggalkan dosa, tetapi juga soal perubahan hati, cara berpikir, dan cara pandang terhadap hidup. Kerajaan Surga yang sudah dekat mengundang setiap orang untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai Allah: keadilan, kasih, pengampunan, dan belas kasih. Sebuah undangan untuk menyelaraskan hidup kita dengan kehendak Allah, untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah, dan dengan sesama. Dalam konteks hidup sehari-hari, bertobat berarti berusaha membangun hubungan yang semakin lebih baik dengan Allah, dengan keluarga, komunitas, dan lingkungan hidup kita.
Saudara-saudari terkasih. Bagi kita sekarang ini, Kerajaan Surga itu bukan lagi sudah dekat, melainkan sudah ada dalam diri kita. Ketebukaan hati kita untuk menerima dan mengimani Yesus, Putra Allah, yang menjadi manusia; Kerajaan Surga itu tinggal dalam diri kita. Oleh karena itu, satu pertanyaan kecil yang perlu kita refleksikan dan jawab adalah apakah kehadiran Kerajaan Surga dalam diri Yesus yang kita imani sebagai Putra Allah, yang telah tinggal dalam hati kita itu sungguh-sungguh telah mengubah diri dan hidup kita? Inilah yang perlu kita jawab sebagai tanggapan atas seruan Yesus diawal karya-Nya: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.”
Mari kita mohon Rahmat Tuhan, agar kita dimampukan untuk menanggapi seruan Yesus ini, sehingga seperti Yesus sendiri, kita mampu membawa dan menghadirkan terang kasih Allah dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga Tuhan memberkati kita semua.