Fr. Gunawan Wibisono O.Carm
7 Juli 2025
Kej 18: 10-22 + Mzm 91 + Mat 9: 18-26

Lectio
Suatu hari datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: “Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup.” Lalu Yesus pun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu. Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, berkatalah Ia: “Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.” Tetapi mereka menertawakan Dia. Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.

Meditatio
Iman kepercayaan haruslah dinyatakan dalam perbuatan sehari-hari, sebagaimana ditegaskan santo Yakobus. “Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup”. Inilah iman kepercayaan sang kepala rumah ibadat, bahwa Yesus memang mampu memberikan yang terbaik bagi dirinya. Namun apakah dia sudah tahu, dan bahkan dari mana, bahwa Yesus bisa menghidupkan orang yang telah mati. Dia meminta Yesus untuk datang ke rumahnya.
Namun tidaklah demikian dengan perempuan yang sudah duabelas tahun sakit pendarahan. “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh”. Aneka kesulitan untuk menjumpai sang Guru tidak menghalangi dirinya untuk tetap percaya kepadaNya. Dia sepertinya yakin, bahwa dirinya tidak mampu dan tidak pantas mengundang Yesus datang pada dirinya. Namun kata-kata dan perbuatan asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh benar-benar menunjukkan betapa besar iman kepercayaan diri kepadaNya.
Lain lagi dengan Yakub, sebagaimana diceritakan dalam kItan Kejadian (28). “Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku”. Itulah ungkapan imannnya kepada Tuhan Allah sang Empunya kehidupan.
Sejauhmana iman kita? Apakah kita seperti kepala rumah ibadat? Atau seperti perempuan yang sakit pendarahan selama duabelas tahun itu? Atau malah seperti Yakub? Kiranya kita tetap ingat bahwa Yesus tidak mempunyai tempat untuk menyandarkan kepalaNya, ataupun penegasanNya, bahwa mengikuti Dia harus berani memanggul salib dalam kehidupan sehari-hari.
Oratio
Yesus Kristus, kami bersyukur kepadaMu atas segala berkatMu. Semoga semua pemberianMu itu membuat kami semakin percaya kepadaMu, sang Empunya kehidupan ini. Amin.

Contemplatio
“Teguhkanlah hatimu, imanmu telah menyelamatkan engkau”.