200399905-001
Bacaan I    : 1 Kor. 2:1-5
Injil             : Lukas 4:16-30

Seorang Ibu di New York berkisah dengan mata berkaca-kaca, “Romo, saya ingin sekali pulang ke Indonesia. Rinduuu sekali. Tetapi kalau saya pulang sekarang, saya tidak bisa masuk Amerika lagi. Anak-anak semua lahir di sini dan tercatat sebagai warga negara AS. Saya harus sabar menunggu sampai anak terbesar berusia 18 tahun dan bisa menjadi sponsor saya. Saya dan suami ingin anak-anak mendapat pendidikan dan masa depan yang lebih baik di sini. Kalau kami sendiri sih ingin kembali ke Indonesia nantinya. Kalau anak-anak, setelah bertumbuh dewasa saya biarkan mereka memilih mau kembali ke Indonesia atau terus menetap di sini”. Seorang Ibu di Melbourne dengan versi kisah yang agak berbeda bertutur, “Saya dan suami saya hidup terpisah sejak anak-anak dan saya pindah kemari demi sekolah anak-anak, suami tetap tinggal bekerja di Jakarta. Kami ingin anak-anak mendapat kesempatan belajar yang lebih baik di sini. Suami dan saya sendiri ingin bersatu kembali di Indonesia nanti kalau anak-anak sudah besar dan mampu berdiri sendiri.”

Ujaran senada kiranya kita temui juga pada beberapa (kalau tidak bisa dikatakan banyak) dari antara kita yang merantau di negeri orang. Kerinduan menyediakan masa depan yang lebih baik untuk anak-anak kita, menjadi misi yang diperjuangkan hari demi hari. Kesetiaan pada misi itu memang juga membawa beberapa kesulitan, namun terwujudnya impian itu sedikit demi sedikit seiring waktu berlalu membawa kebahagiaan yang tidak kecil. Saat para orang tua itu mengungkapkan kegembiraan atas perkembangan anak-anak mereka, segala luka derita dalam perjuangan yang telah lalu menjadi seperti pupuk yang menyuburkan rasa syukur mereka, meneguhkan iman, menguatkan harapan, dan menghangatkan kasih.

Dalam bacaan Injil hari ini, meminjam kata-kata pewartaan nabi Elia, Tuhan Yesus menyatakan misi pewartaan kabar gembiraNya: menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.

Dengan berani Ia nyatakan bahwa perikop yang Ia baca kini telah dipenuhi saat mereka sedang mendengarnya. Menariknya, meski awalnya orang-orang sekampungNya di Nazareth dikisahkan membenarkan dan memujiNya, segera mereka berbalik berusaha membunuhnya, seakan mengantisipasi kejadian senada di Yerusalem yang membawaNya pada puncak pemuliaanNya sebagai Raja memasuki gerbang Yerusalem dan puncak penghinaan padaNya di Golgota sepekan kemudian diiringi rombongan kerumunan orang-orang yang sama. Toh Ia tetap tegar teguh pada misiNya. Di akhir perikop, Ia pun “berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.” Pergi melanjutkan tugas pewartaan InjilNya.

Para murid Yesus, orang-orang yang di kemudian hari menyandang nama Kristen –pengikut Kristus, termasuk kita, juga dipanggil untuk mengikuti jalan yang sama: menjadi pewarta kabar gembira, kebebasan dan terang baru, meski tantangan dan cobaan terus juga datang seakan menguji keteguhan hati kita dalam mengemban misi itu. Hari ini, mari kita temukan lagi misi hidup kita dalam Tuhan yang memberi arah, memberi passion, memberi sukacita sejati dalam hidup kita, sesuai dengan konteks hidup kita masing-masing.