Empat belas tahun yang lalu, Malcom Gladwell menulis buku menarik, “The Tipping Point”. Buku ini membahas tentang daya ledak sebuah peristiwa kecil yang menciptakan fenomena perubahan besar. Berdasar riset atas wabah penyakit Sipilis di Baltimore tahun 1995-1996, awal mula trend sepatu Hush Puppies, serta macam-macam wabah lain, ia menyimpulkan ada 3 hukum the Tipping Point: the Law of the Few, the Stickiness Factor and the Power of Context. Wabah penyakit maupun sosial adalah fungsi dari orang-orang yang menyebarkan “agen” yang menular, “agen” yang menular itu sendiri, dan konteks beroperasinya “agen” tersebut.
Menarik untuk menggunakan teori Gladwell ini untuk meneropong sebuah wabah yang mulai mencuat tanggal 15 Juli yang lalu. Chris Kennedy, seorang pemain golf profesional di Saratosa, dinominasi seorang temannya untuk berpartisipasi dalam Ice Bucket Challenge yang belum punya sasaran untuk proyek charity tertentu. Mengingat saudaranya sepupunya, Anthony yang yang menderita ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis-Lou Ghrig’s disease), ia memposting video Ice Bucketnya dengan menominasi istri Anthony, Jeanette Senerchia sambil menyatakan intensi tantangannya untuk memberi sumbangan pada riset ALS jika yang bersangkutan memilih untuk tidak melayani tantangan mengguyur diri dengan air es tersebut.
Tak lama kemudian video aktivitas Ice Bucket Challenge untuk ALS itu merebak meluas menyentuh banyak orang di kota kecil Pelham, N.Y. di mana mereka tinggal. Akhirnya tantangan itu sampai pada Pat Quinn dari Yonkers, N.Y. dan Pete Frates di Boston, keduanya telah didiagnosa menderita ALS. Selanjutnya adalah sejarah yang terus bergulir sampai sekarang. 29 Juli sumbangan mulai mengalir ke Asosiasi ALS dan minggu lalu jumlah sumbangan di seluruh dunia dari aktivitas yang mendadak populer ini telah melampaui angka $100 juta, meningkat jauh dari $2.8 juta dalam periode yang sama sebelumnya.
Menurut kaca mata analysis berbasis teori Gladwell: Christ Kennedy, Pat Quinn dan Peter Frates adalah sekumpulan orang luar biasa yang dalam kerja mereka menjadi pemicu wabah sosial tantangan buket lewat jaringan sosial mereka. Aksi mengguyur diri dengan air dingin menjadi seperti virus yang melekat dalam benak banyak orang dan menular. Perpaduan antara model komunikasi sosial networking via video, populernya foto atau video selfie, serta model pemasaran ala surat berantai menjadi konteks yang mendorong wabah baru: Ice Bucket Challenge for ALS.
Dibalik pro kontra wabah ini, ada satu keberhasilan yang lebih dari terkumpulnya dana yang besar untuk riset and penanganan korban penyakit ALS ini: makin banyak orang tahu tentang ALS. Jutaan orang yang terlibat dalam wabah ini sekaligus menjadi duta-duta ALS, pelayan saudara-saudari yang menderita ALS.
Paulus dalam suratnya pada jemaat di Korintus mengingatkan akan tugas tanggung jawab mereka sebagai pelayan Kristus, agar setiap orang yang berjumpa dengan mereka merasakan misteri kasih Tuhan. Agar misteri iman itu makin menular dan menyebar. Kita pun dipanggil dan ditantang, bukan untuk menuangkan air dingin di kepala kita, tetapi untuk memancarkan kehadiran Kristus pada setiap orang yang kita jumpai. Semoga kita mampu melaksanakan panggilan dan menjawab tantangan itu, menjadi pelayan kasih Tuhan.
