Luk 6:39-42

Bacaan Injil hari ini adalah kelanjutan dari pengajaran Yesus kepada para murid dengan sebuah pertanyaan: Dapatkah orang buta menuntun orang buta?

Kalau kita membaca seluruh perumpamaan Yesus ini, kita barangkali akan bertanya: Kebutaan macam mana yang Yesus maksudkan di sini?

Orang buta bisa karena matanya rusak yang berakibat pada hilangnya kemampuan visual terhadap warna dan bentuk. Misalnya, tidak bisa membedakan mana warna merah dari putih, mana anjing dari domba. Namun, orang juga bisa dikatakan buta karena tidak mampu membedakan mana nilai yang baik dari yang tidak baik. Yang pertama adalah kebutaan fisik, yang kedua adalah kebutaan spiritual. Kebutaan spiritual ini membawa risiko yang lebih serius karena kehilangan kemampuan internal untuk melihat dan memberi apresiasi dengan mata batin. Akibatnya tidak mampu membedakan nilai kebaikan dari keburukan, kebenaran dari kepalsuan, dan keindahan dari kejelekan.

Ada sebuah kisah yang berasal dari tradisi Hasidim* tentang seorang Rabbi tua yang bertanya kepada para muridnya: Kapan malam mulai berakhir dan siang mulai muncul?

“Mungkinkah,” tanya salah satu dari para murid itu, “ketika Anda melihat seekor binatang di kejauhan dan berkata apakah itu domba atau anjing?” “Tidak,” jawab Rabi itu. Lain lagi bertanya, “Mungkinkah ketika Anda dari kejauhan dapat melihat sebuah pohon dan berkata itu pohon ara atau pohon persik?” “Tidak,” katanya. “Lalu kapan itu?” desak murid-murid yang lain.

Rabbi itu lalu berkata kepada mereka, “Malam berlalu dan hari mulai ketika engkau sudah dapat melihat pada setiap wajah laki-laki atau perempuan dan berkata itu saudarimu atau saudaramu. Karena jika tidak demikian, malam tidak pernah berlalu dan siang tidak pernah muncul.”

Guru rohani yang baik punya mata hati nan jernih seperti sang Rabbi yang mampu menuntun para muridnya kepada terang, yakni memandang dan memperlakukan orang lain sebagaimana diri mereka sendiri.

Yesus mengantisipasi murid-murid agar tidak jatuh ke dalam kesesatan. Sumber kesesatan itu adalah balok hypocrite, suatu kesalehan religius yang secara kasat mata suci tapi tidak mengindahkan belaskasih dan pengorbanan. Ini adalah pietisme palsu sebab berlawanan dengan cinta dan pelayanan kristiani yang sejati.

*Sebuah sekte orthodoks Yahudi di Palestina (abad 3-2 SM) yang dengan keras menolak pengaruh helenistik ke dalam ajaran iman bangsa itu.