Beriman di tengah badai
Ib 11:1-2;8-19/Mrk 4:35-41
Markus dalam Injil hari ini menegaskan satu hal bahwa Allah mempunyai kuasa untuk menghentikan setiap badai hidup manusia. Dengan melukiskan bagaimana Yesus menyuruh badai berhenti dan laut menjadi tenang, Markus memberi kesaksian bahwa Gereja, bersama para rasul Yesus tidak akan dihancurkan oleh badai apapun.
Badai apa yang sedang mengancam hidupmu saat ini? Ada macam-macam badai entah kecil maupun besar, dari dalam diri maupun dari luar. Hari ini misalnya kita saksikan lautan manusia yang menamakan diri kelompok anti-aborsi #MarchForLife kembali melakukan napak tilas tahunan di Washington D.C. dan seluruh Amerika untuk menolak dengan keras praktik-praktik aborsi. Membiarkan praktik aborsi masif adalah tragedi terburuk dalam sejarah kemanusiaan dan khususnya bagi Gereja. Aborsi adalah pembunuhan. Aborsi adalah penolakan paling keji terhadap rahmat hidup yang diberikan oleh Allah. Bayi dalam kandungan paling rentan terhadap kematian karena mereka tidak memiliki kekuatan sama sekali untuk membela diri terhadap setiap ancaman. Kekuatan mereka, harapan mereka, cita-cita mereka dibunuh bahkan sebelum mereka melihat dunia ini. Bayi yang masih dalam kandungan adalah yang paling vulnerable, paling rentan terhadap kekerasan. Kekuatan mereka satunya-satunya ialah ibu yang sedang mengandung dan ayah yang menanti dengan penuh harap dan sabar untuk melihat dan menerima rahmat paling berharga yang Tuhan berikan. Karena itu hidup bukan sekadar hak setiap orang orang. Hidup, lebih dari itu, adalah pemberian, karena diterima, dengan cuma-cuma. Maka yang berhak atas hidup adalah pemberi hidup itu sendiri. Karena itu lebih dari sekadar hak, hidup adalah rahmat, gratia – karena ia datang dari Tuhan. Maka hidup harus dijaga dan dilindungi apapun harganya.
Badai perlawanan terhadap hidup harus dihadapi dengan tanpa henti. Ini tidak mudah. Tapi Injil hari ini mengingatkan kita untuk tidak putus harapan. Harus selalu ingat bahwa Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan Yesus selalu beserta kita. Yesus selalu ada di dalam perahu hidup kita. Yesus yang sama ada di dalam perahu hidup setiap keluarga, termasuk the unborn, setiap bayi yang hendak dilahirkan. Tragedi-tragedi yang terjadi entah sebagai bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dll, ataupun karena bencana yang diciptakan oleh manusia sendiri, perang dan kekerasan, ancaman hidup, teror, diskriminasi dan pembunuhan dari yang potensial: fasilitas-fasilitas dan budget-budget pembunuhan apapun bentuknya, termasuk untuk aborsi harus dihentikan. Ini adalah badai-badai yang ada di depan mata. Kita harus berjuang untuk kehidupan: “Jangan takut!” Yesus melihat dan tahu apa yang sedang terjadi di dalam dunia. Yesus tidak menarik diri dari persoalan-persoalan hidup kita. Para murid merasa takut menghadapi tragedi yang bakal membinasakan mereka. Kemana mereka pergi? Kepada Yesus dengan masalah dan persoalan hidup yang dialami. Mereka nampak marah karena mengira bahwa Yesus tidak peduli dengan perahu yang diombang-ambing oleh taufan. Mereka takut. Tapi Yesus menenangkan mereka. Yesus mengingatkan mereka tentang iman yang harus mereka miliki. Iman bahwa Yesus ada dalam perahu mereka. Iman bahwa Yesus tidak membiarkan mereka binasa. Iman bahwa keberanian dan bukan ketakutan sebagai solusi untuk melawan tragedi-tragedi kemanusiaan. Iman bahwa Injil itu hidup dan bekerja dalam di dalam hidup dan karya mereka. Mari kita pergi kepada Yesus dan memohon agar gelombang laut dan taufan hidup dijauhkannya agar damai, kasih dan pengampunan yang hidup, yang meraja di dalam hati, di dalam keluarga dan anak-anak, masyarakat dan dunia. ChooseLife#