11 februari 2017
Bacaan I : Kejadian 3: 9-24
Injil : Markus 8: 1-10
Salah satu anugerah yang paling besar dalam hidup manusia adalah hidup itu sendiri. Namun banyak dari kita yang kurang mampu menghargai hidup manusia sebagai sebuah anugerah. Ada banyak pribadi yang tega untuk menghabisi hidup sesamanya karena ingin memenuhi egonya. Dalam hal ini betapa nyawa seorang anak manusia tampak tidak berharga. Namun sebenarnya tidak demikian. Allah tetap memelihara hidup manusia. Allah tidak pernah memandang hidup manusia tak berharga, sebaliknya hidup manusia sungguh sangat berharga.
Allah sengaja menurunkan air bah pada zaman Nuh, pertama-tama bukan untuk menghancurkan hidup manusia, namun untuk menyelamatkan anak-anak manusia yang benar di hadapan Tuhan. Nuh dan keluarganya adalah manusia yang benar di hadapan Tuhan; maka Allah menyelamatkan mereka sebagai generasi penerus umat manusia yang banyak sekali dilenyapkan oleh Tuhan.
Hal serupa juga dilakukan oleh Yesus. Ia juga memelihara hidup umat manusia, terutama mereka yang kelaparan dan mereka yang tak terpikirkan. Kehadiran Yesus sungguh merupakan penggenapan dari Perjanjian Lama. Yesus merupakan Musa Baru dan Elia Baru, kedua tokoh besar Perjanjian Lama ini memberikan banyak pengharapan kepada umat manusia pada zamannya. Demikian pula Yesus menjadi penggenapan pengharapan bagi umat manusia pada zamanNya. Kita masing-masing sebagai anak-anak Allah juga dipanggil oleh Allah untuk menjadi penggenapan pengharapan bagi sesama kita. Pengharapan ini dapat kita lakukan dalam tindakan-tindakan kita yang selalu membawa damai, suka cita di setiap tempat, di setiap orang yang kita jumpai. Kiranya Tuhan memberkati niat baik kita ini. Amin.
Doa:
Allah Bapa yang maha murah hati, bimbinglah kami ya Tuhan agar mampu menjadi pribadi-pribadi yang dapat membawa damai dan suka cita di setiap tempat dan setiap oang yang kami jumpai. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.