
Godaan datang setiap kali dan tak terhirdarkan dalam hidup manusia. Sering kali godaan menjadi tahap terakhir sebelum kita jatuh dalam dosa. Bahkan bagi orang yang skrupel, godaan yang datang sudah dianggap sebagai sebuah dosa. Dalam Perjanjian Baru, kata godaan muncul 21 kali, dan hanya 1 kata yang berarti doa. Jadi godaan itu bukan sebuah dosa sesungguhnya.
Perjanjian Lama mengaitkan godaan dengan ujian hati manusia oleh Allah. Kitab kebijaksanaan Sirakh 2:1-2 berkata, “Anakku, apabila engkau bersiap melayani Allah, bersedialah dirimu dalam pencobaa. Hendaklah hatimu tabah dan teguh.” Tuhan menimbang hati manusia dan menguji untuk melihat terbuat dari apakah hati manusia ini? Allah menghendaki agar hati manusia tidak mudah rapuh dan hancur, tapi kuat dan tegar. Bahkan dalam awal kisah Godaan Yesus, Injil Mateus 4:1 mengatakan ” Maka Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk dicobai Iblis.” Allah membiarkan Yesus sendiri digoda untuk menguji keteguhan hatiNya.
Godaan menolong kita untuk tahu dimanakah kita sungguh berdiri dan teguh. Hanya dengan menghadapi berbagai pilihan dan membuat pilihan bebas, kita menjadi tahu nilai apa yang kita sungguh percayai dan kita jalankan. Perjuangan mengalahkan godaan si jahat membawa kita pada pemahaman diri yang dalam. Hanya lewat godaan dan pilihan, kita menjadi tahu diri kita sendiri, apa yang sungguh kita dambakan dan yakini untuk dilakukan dalam hidup.
Godaan terlalu sering harus disertai air mata, peluh, dan kesulitan, tapi lewat semua itu kita tumbuh dewasa. Kehendak kuat untuk mengatasi godaan menjadikan jiwa kita besar dan kuat, kokoh dan tegar melebihi sebelumnya. Saat kita berhasil mengatasi satu atau dua godaan, kita tak akan ragu lagi untuk bisa mengalahkan godaan itu dengan bantuan rahmat Allah.
Masa pra Paskah ini adalah saat kita masuk dalam godaan dan latihan, melihat gerakan hati serta jujur mengakui kemana sebenarnya kita berdiri. Semoga kita tegar dan kuat juga makin mengasihi Allah dan sesama lebih dasyat lagi.