Selasa, 14  Maret 2017

 

Rendah hati

Mat 23:1-12

 

Lawan kata dari rendah hati bukanlah sombong dan angkuh melainkan kecenderungan untuk menempatkan diri kita menjadi yang utama dan pertama. Tentu kita semua menghendaki untuk dihormati dan dihargai. Kita mengharapkan orang lain memberi penilaian positif dan pujian ataupun sekedar mengacungkan jempol untuk kita. Namun dari semua itu hanya Allah sendiri yang tidak tampak mata, melihat diri kita apa adanya. Masa prapaskah ini mengajak kita untuk membuka hati dan melihat diri kita apa adanya di hadapan Allah. Kita menyadari dosa dan kesalahan serta kita senantiasa berharap akan belas kasih, pertolongan dan bimbingan Allah. Seperti yang di katakan Yesaya, “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu” (Yes 1:18-19). Kunci pertobatan salah satunya adalah kerendahan hati dan kerelaan untuk mendengarkan kehendak Allah. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus memperingatkan para muridNya agar tidak mengikuti cara hidup orang farisi dan ahli taurat yang mengajar hukum taurat tetapi tidak melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita diajak untuk bersikap rendah hati dan mendengarkan serta menjadi pelaksana SabdaNya.

Menurut santo Vincentius, kerendahan hati menuntut tiga syarat ini: pertama, menilai diri kita dengan setulus hati dan jujur. Kedua, senang bila orang lain mengetahui kesalahan-kesalahan kita dan kita berani mengakui kesalahan-kesalahan tersebut. Ketiga, menyembunyikan beberapa kebaikan yang telah Tuhan lakukan melalui diri kita atau tidak sombong, karena kebaikan itu sebagai sesuatu yang berasal melulu dari kerahiman Tuhan atau dari usaha orang lain. Selanjutnya bagaimana kerendahan hati diwujudkan dan dihayati? Pertama, membangun sikap yang bergantung hanya pada Allah dan membutuhkan orang lain. Kedua, membiasakan diri untuk bersyukur dan berterima kasih. Ketiga, kerelaan untuk melayani dan membantu sesama kita dan kesanggupan untuk melayani.

 

“Allah yang maha kasih, ajarilah kami untuk berani bersikap rendah hati dan siap sedia untuk melayani seperti Yesus, PuteraMu yang rela memberikan DiriNya untuk keselamatan umat manusia”