Jumat, 7 Desember
Mat 9:27-31

Injil hari ini menampilkan dialog antara Yesus dan kedua orang buta yang disembuhkan. Saya yakin anda semua sudah sering mendengar atau membaca perikop injil hari ini. Tetapi, sebaiknya kita tidak hanya membaca perikop ini hanya sekedar mukjizat seperti yang lainnya, yang menampilkan bahwa Yesus memiliki kuasa ilahi. Perikop kali ini diawali dengan seruan kedua orang buta: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.” Dalam seruan orang buta, yang mungkin sudah putus asa itu, nampak ada unsur iman dengan memanggil Yesus dengan nama mesianik: Anak Daud.

Selanjutnya, pertanyaan Yesus: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” mendapat respon yang positif: “Ya Tuhan, kami percaya.” Dan sembuhlah mereka lalu pergi dengan penuh sukacita dan memasyurkan nama Yesus ke seluruh daerah itu kendati hal itu dilarang oleh Yesus.

Saudari-saudara terkasih, apa yang telah terjadi dalam perikop penyembuhan ini lebih dari sekedar orang buta bisa melihat! Apa yang kita miliki di sini bukan hanya pemulihan penglihatan fisik mereka. Mereka telah mendapatkan penglihatan. Mereka benar-benar bisa melihat. Mereka dapat melihat siapa Yesus sebenarnya, Firman Tuhan, tindakan Tuhan dan mereka harus berbagi pengalaman itu dengan orang lain. Itu bukan sesuatu yang bisa mereka simpan sendiri.

Sebagai murid Kristus kita perlu dapat melihat dan memahami pesan Yesus dan kemudian kita perlu memproklamasikannya di mana-mana. Hari ini adalah hari bagi kita untuk menyadari kebutaan dan ketulian kita sendiri. Kita sering mengalami kesulitan untuk benar-benar mendengar dan menerima Firman Tuhan. Kita juga bisa bertanya seberapa banyak kita dapat mengklaim bahwa kita dapat melihat Yesus sebagaimana adanya?

Sebagaimana renungan saya kemarin, Kamis 6 Desember tentang arti kemuridan Yesus yang sejati, hari ini kita diajak untuk belajar bagaimana mendengarkan Firman Tuhan, dengan pemahaman dan penerimaan, dan belajar bagaimana melihat secara mendalam makna kehidupan Yesus seperti yang diajarkannya kepada kita.

Mari kita bertanya pada diri sendiri: Apakah saya, dalam hidup ini (khususnya hari ini), memiliki kabar baik dari Tuhan untuk dibagikan kepada orang lain?