Sabtu, 5 Januari 2019
Carolus Houben, Yohanes Neuman
1Yoh. 3:11-21; Mzm. 100:2,3,4,5; Yoh. 1:43-51
RINDU SEBAGAI KEKUATAN HIDUP
Seorang yang dilanda rindu, akan mudah tanggap ketika ada kabar atau informasi tentang orang yang dirindukannya. Dengan segala penantian, dan waktu yang digunakan untuk menunggu, orang yang rindu akan menjadi sedemikian gembira dan bahagia, meski sedikit saja merasakan kehadiran pribadi yang dirindukannya. RAN, dalam lagunya: “Dekat di Hati’, menyenandungkan demikian: “Aku di sini, dan kau di sana, hanya berjumpa via suara. Namun, ‘ku s’lalu menunggu saat kita akan berjumpa. Meski kau kini jauh di sana, kita memandang langit yang sama. Jauh di mata namun dekat di hati.” Kegembiraan hakiki dari sebuah kerinduan adalah perjumpaan dengan pribadi yang dirindukan. Maka, salah satu hal yang paling dinanti dari orang yang sedang rindu adalah perjumpaan itu sendiri.
Dalam Injil hari ini, dikisahkan seorang bernama Natanael, yang memiliki kerinduan yang besar untuk bertemu Mesias, dan dia bertekad untuk pergi menemukan Yesus. Kerinduan yang besar inilah yang menjadi kekuatan baginya untuk bertemu dengan Yesus. Dan Yesus pun mengatakan pada Natanael, bahwa dia adalah gambaran orang Israel Sejati, yang mau melakukan apapun demi bisa bertemu dengan Allah. Namun, apakah juga demikian dengan kita, yang menjadikan Yesus adalah pokok kerinduan kita? Kadang kita lebih merindukan hal yang lain, namun justru Allah yang rindu berjumpa dengan kita. Maka, semoga kerinduan akan kehadiran Yesus ini menjadi pendorong hidup kita, sehingga segala sesuatu terarah padaNya, demi sesuatu yang lebih baik.
Selamat pagi, selamat merindukan kehadiran Yesus. BDG.