Bertobat adalah prakarsa dari Allah (Luk 5:27-32)

Selama masa prapaskah, bacaan-bacaan Kitab Suci menceritakan pertobatan para tokoh yang terdapat dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Seperti halnya hari ini, bacaan Injil menampilkan kisah panggilan dan pertobatan Mateus, pengarang Injil. Mateus atau Lewi adalah seorang pemungut cukai yang mengalami perjumpaan dengan Yesus. Perjumpaan tersebut sungguh mengubah hidupnya. « Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia » (Luk 5 :28). Ia berdiri dan meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus. Kisah perjumpaan dan panggilan itu terkesan serta merta memikat hati seorang bernama Lewi. Sapaan Yesus kepada seorang Lewi yang dikenal sebagai pemungut cukai (orang berdosa), membuat heran semua orang, terlebih bagi ahli-ahli taurat yang kecewa karena sikap Yesus yang bergaul dekat (makan bersama) dengan orang berdosa. Hal itu terungkap dari sikap para ahli taurat yang bersungut-sungut: “Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” (Luk 5:30). Bukankah sikap Yesus yang berbelas kasih juga kadang juga berlawanan dengan sikap kita yang kadang mudah menghakimi, mengadili, tidak toleran dan mengucilkan sekelompok orang yang mengganggu ketenteraman kita. Apa yang dikatakan Yesus seolah juga menegur kita untuk mengoreksi diri dan kita juga membutuhkan belas kasih dan pengampunan Allah. “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit!” Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat” (Luk 5:31-32). Yesus menghendaki semua orang diselamatkan. Yesus menerima semua oang tanpa mengecualikan seorangpun. Karya keselamatan Allah dianugerahkan kepada semua orang. Hal itu detegaskan oleh Paulus: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah dan oleh karena kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” (Rm 3:23-24). Yesus sebagai seorang tabib, yang memulihkan dan menyembuhkan hidup kita. Ia sebagai Gembala Baik yang menjaga dan menyelamatkan semua kawanan domba agar mempunyai kepenuhan hidup, sebagai anak yang dikasihi.

Apa artinya meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus? Kata “mengikuti” bukan hanya dalam arti bergerak dari satu tempat ke tempat lain tetapi mengikuti juga dalam arti mengikuti cara hidup Yesus, cara Yesus merasakan, cara Yesus memikirkan segala sesuatu dan cara Yesus berbelas kasih kepada orang lain. Mengikuti Yesus berarti juga berani memanggul salib, menghadapi kesulitan, menanggung penderitaan, mengampuni orang lain. Dengan demikian hidup kita diubah dan dijadikan serupa dengan hidupNya.

“Yesus Tuhan kami, biarkanlah kami datang di hadapanMu. Seringkali hati kami dingin, sudilah Engkau menghangatkannya dengan pelukan cinta kasihMu. Seringkali hati kami berdosa, bersihkanlah dengan Tubuh dan DarahMu yang suci. Seringkali hati kami kosong, penuhilah dengan terang Roh KudusMu. Tuhan Yesus, kami ini milikMu dan jadikanlah kami hanya terpikat kepadaMu”