Kamis pada Pekan Biasa ke-23

12 September 2019

Lukas 6: 27-38

Hendaklah kamu berbelas kasih, sama seperti Bapamu adalah berbelas kasih (Lk. 6:36)

Kemarin, kita mendengarkan ajaran Yesus Kristus tentang Sabda Bahagia. Ini adalah serangkaian kondisi yang menuntun seseorang menuju hidup berkat atau kebahagiaan sejati. Hari ini, kita menemukan langkah-langkah praktis tentang cara mencapai kebahagiaan sejati ini. Minggu lalu, kita belajar bahwa Sabda Bahagia Yesus adalah kebalikan dari tatanan kebahagiaan duniawi. Bagi dunia, menjadi tamak akan kekayaan, berpengaruh, terkenal, dan kuat secara seksual adalah syarat untuk kebahagiaan. Yesus membalik tatanan ini dan mengatakan bahwa mereka yang murah hati, berbelas kasih dan murni hatinya adalah mereka yang benar-benar bahagia.

Karena Sabda Bahagia adalah kebalikan dari tatanan duniawi, demikian juga ajaran praktis Yesus tentang bagaimana mencapai Sabda Bahagia ini. Dunia memberi tahu kita untuk membalas dendam, gigi ganti gigi, mata ganti mata, tetapi Yesus mengajarkan kita untuk mengampuni, memberkati orang-orang yang mengutuk kita, dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita. Dunia memberi tahu kita untuk memberikan sesuatu dengan mengharapkan balasannya. Ini bisnis dan investasi. Tetapi, Yesus memerintahkan kita untuk memberi dalam kemurahan hati, tanpa menghitung biayanya, tanpa mengharapkan imbalan. Dunia memberitahu kita untuk mencintai orang yang mencintai kita dan membenci orang yang membenci kita, tetapi Yesus mengajarkan bahwa kita mengasihi musuh kita dan berbuat baik kepada siapa yang membenci kita.

Instruksi Yesus sangat sulit karena pada kenyataannya, itu bertentangan dengan kecenderungan alami yang kita miliki. Kita mungkin memaafkan orang yang melakukan kesalahan kecil dan tidak disengaja, seperti seseorang yang menginjak kaki kita. Namun, bagaimana kita akan mangasihi seseorang yang menindas kita, menurunkan harga diri kita, dan menyebabkan depresi? Bagaimana kita akan memaafkan seseorang yang mengkhianati kepercayaan kita, mencuri dari kita, dan memanfaatkan kita untuk kepentingan pribadi mereka? Bagaimana kita akan menerima seseorang yang melakukan pelecehan seksual dan fisik terhadap kita? Bagaimana kita bisa berbuat baik kepada seseorang yang membunuh anggota keluarga kita? Bagaimana kita akan memaafkan seseorang yang tidak pernah meminta pengampunan kita?

Manusia seperti kita, hampir mustahil untuk mengikuti ajaran Yesus. Namun, itu tidak sepenuhnya mustahil karena kita bukan binatang yang secara membabi buta mengikuti naluri, tetapi kita diciptakan menurut citra Allah yang berbelas kasihan. Yesus tidak mengajarkan kita hal yang mustahil karena Dia tahu siapa kita sebenarnya, anak-anak Allah. Jika Allah bisa berbelas kasih kepada yang jahat dan yang tidak tahu berterima kasih, jika Ia menurunkan hujan untuk yang baik dan yang buruk, jika Ia menyediakan bagi orang kudus dan orang berdosa, kita juga bisa menjadi seperti Dia.

 Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP