Lukas 10: 38-42

Selasa, 08 Oktober 2019

Dari Rm Djoko Prakosa Pr
Rektor Seminari Tinggi Kentungan Yogyakarta

01. Memberi waktu untuk menemui Yesus. Marta bergegas, melayani dan ingin membuat segalanya baik bagi tamu tercinta mereka. Di mana Maria, ketika Marta membutuhkan bantuan? Dia memilih untuk duduk di kaki Yesus, mendengarkan ketika Dia berbicara. Cukup mudah membayangkan bagaimana perasaan Marta: kesal, tidak senang dan merasa sendirian. Marta marah dan dia berbicara dengan Yesus tentang hal itu: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Rupanya Yesus tidak mendukungnya. Ia justru menegurnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”

Kekurangan Marta adalah bahwa dia melanggar semua aturan keramahtamahan dengan mencoba mempermalukan saudara perempuannya di depan tamunya, dan dengan meminta tamunya untuk campur tangan dalam pertikaian keluarga. Dia bahkan melangkah lebih jauh dengan menuduh Yesus tidak peduli padanya. Saat Yesus datang Ia ingin agar kita menemui-Nya dan bukan meninggalkannya. Apakah kita sudah memberi waktu untuk menemui dan menyambut-Nya saat kita berjumpa dengan-Nya, misalnya dalam Ekaristi? Atau hati dan pikiran kita terjebak kesibukan dengan berbagai urusan kehidupan kita?

02. Terbuka pada bisikan roh baik. Sebagai seorang murid, kita bisa jatuh ke dalam perangkap yang sama seperti yang dilakukan Marta. Kita bisa sangat terganggu oleh apa yang kita anggap sebagai perilaku negatif pada orang lain, dan lebih membenarkan diri sehingga kita mulai menghakimi orang lain karena tidak melakukan seperti yang kita lakukan: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Persoalan kepribadian kita bisa menjadi kendaraan yang ditumpangi roh jahat dibalik pemikiran dan penghakiman semacam itu. Roh jahat akan membisikkan kebohongan dan tuduhan, berusaha menciptakan sebanyak mungkin konflik. Tujuannya adalah untuk memimpin orang sejauh mungkin ke arah yang berlawanan dari “bagian yang terbaik” – untuk membawa mereka menjauh dari Yesus. Mendengarkan dan setuju dengannya akan menuntun pada semua jenis keresahan dan masalah serta kekhawatiran.

Kita perlu mewaspadai persoalan kepribadian kita dan roh jahat yang menumpang di dalamnya. Jika kita patuh pada Firman Allah, kita tidak memiliki alasan untuk mengadili apa yang dilakukan orang lain dan merasa bahwa kita memiliki hak untuk secara sepihak menghakimi mereka. Roh Allah akan menuntun kita melihat sesuatu yang baik pada orang lain, atau melihat apa yang masih kurang pada orang lain tanpa rasa benci dan tanpa keinginan mempermalukan serta menjatuhkannya di hadapan banyak orang.

03. Kemampuan membuat prioritas. Membuat prioritas berarti memilih bagian yang terbaik, seperti yang dilakukan Maria: belajar tentang Yesus dan dari Yesus sehingga hidup ini dapat menjadi seperti Dia. Ini adalah pilihan dan keputusan cinta kepada Yesus. Hal-hal yang lain bisa dinormorduakan, tanpa harus dikesampingkan. Keputusan Maria untuk bersimpuh di kaki Yesus adalah untuk mencari kekayaan kebijaksanaan dan pengertian yang ada di dalam Dia: “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Kita perlu meluangkan waktu untuk belajar untuk menjadi seperti Gurunya. Kita perlu membangun hidup kerohanian kita. Ini bukan alasan untuk malas, dan tidak bertanggung jawab atas apa pun. Jika kita

hanya mendengar dan tidak menjadi pelaku Sabda berarti kita pun masuk dalam perangkap yang lain: menjadi pribadi yang tumpul dan mandul.