Senin, 14 Oktober 2018

Luk 11:29-32

Tidak semua pengalaman mudah untuk kita maknai. Seringkali pengalaman hidup menyimpan suatu makna bagi kita. Hanya kepekaan hati yang mau mendengarkan dan mengosongkan diri akan mampu memahami tanda-tanda yang Allah berikan kepada kita. Tak jarang kita menjumpai seseorang yang salah mengambil sikap dan keputusan dalam hidupnya disebabkan keterbatasannya dalam mendengarkan dan kemauan untuk merenungkan sejenak pengalaman sehari-hari. Hal itu terjadi karena hatinya yang keras dan cenderung untuk memaksakan kehendaknya dari pada taat kepada kehendak Allah.

Injil hari ini menggambarkan bagaimana dua sikap orang yang menanggapi kehadiran Yesus dalam sejarah keselamatan umat manusia. Yang pertama digambarkan oleh orang-orang Yahudi yang menuntut suatu tanda. Mereka menuntut suatu tanda dari Allah yang menghendaki keselamatan bagi umat manusia dengan mengutus PuteraNya ke dunia. Kelompok kedua adalah orang yang mempunyai kepekaan terhadap karya keselamatan Allah yang mensyaratkan suatu sikap tobat. Seperti yang digambarkan oleh orang Niniwe yang bertobat setelah mendengar pewartaan Nabi Yunus. Dalam Injil, Yesus mengatakan generasi ini dikatakan jahat karena mereka menuntut suatu tanda. Apa yang salah dengan meminta tanda? Janji keselamatan itu sudah ada di dalam kehadiran Yesus Kristus. Namun bukankah sesuatu yang positif pula, apabila kita meminta kejelasan dalam membaca tanda-tanda tersebut. Kehendak Allah itu bukan sesuatu yang gampang untuk dilakukan. Untuk itulah kita perlu memperjelas apa yang dikehendaki Allah dan membaca tanda-tanda itu, diperlukan sikap discernment (membedakan, memilih dan memilah) apa yang dikehendaki oleh Allah. Pemimpin-pemimpin Yahudi mendesak Yesus agar memberikan tanda. Padahal tanda-tanda tersebut sudah diberikan kepada manusia. Tanda terbesar adalah kehadiran Yesus ditengah-tengah manusia sebagai Penyelamat. Banyak orang lebih mementingkan berbicara mengenai berbagai tanda tentang Allah daripada tertarik terhadap Pribadi itu sendiri. Untuk membangun kepekaan akan tanda kehadiran Allah kita perlu waktu hening dan merenungkan Sabdanya. “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan…” (Yak 3:17)

“Tuhan Yesus Kristus, anugerahilah suatu hati yang mencintai apa yang baik dan apa yang Kaukehendaki dan penuhilah hati kami dengan kebijaksanaanMu sehingga kami mampu memahami dan mengikuti jalanMu. Berilah kami rahmat dan keberanian untuk menolak apa yang jahat dan yang bertentangan dengan kehendakMu”