Selasa, 21 Januari 2020
Sam. 16: 1-13; Mzm. 89: 20.21-22.27-28; Mrk. 2:23-28
Hari Minggu, bagi keluarga Katolik adalah hari yang penuh sukacita karena untuk mereka yang setiap hari bekerja dan bergulat dengan kepenatan pekerjaan masing-masing, hari ini digunakan sebagai kesempatan untuk berkumpul sebagai keluarga, menikmati kebersamaan, dan bersukacita bersama. Namun, bagi beberapa orang lain, yang memiliki kegiatan dan pelayanan di hari Minggu, semisal pelajaran baptis, komuni pertama, PIA/PIR, katakese dan lain-lain, bisa jadi hari Minggu adalah hari yang penuh kesibukan, yang akan membawa orang pada kepenatan, sehingga tidak bisa menikmati sukacita. Bagi beberapa orang lagi, hari Minggu menjadi ‘beban’ karena harus pergi ke Gereja, sehingga hari Minggu belumlah lengkap kalau ke Gereja. Padahal, hari Minggu yang juga kita kenal dengan hari Sabat, ditentukan bukan untuk merasakan beban, namun justru supaya setiap orang bisa menikmati sukacita dari Tuhan.
Injil hari ini mengkisahkan Yesus yang menegur orang Farisi yang menghakimi murid-muridNya, karena mereka terlalu sibuk dengan berbagai larangan, namun justru mengabaikan maksud Tuhan merancang hari Sabat. Sabat ditetapkan untuk kebaikan manusia, sehingga dapat beristirahat dan menikmati sukacita dari Tuhan. Apa makna hari Sabat bagi kita: sukacita atau beban? Kehadiran Tuhan atau sekedar ritual dan pelayanan? Yang terpenting adalah bahwa kita memiliki hari dimana kita bisa merasakan kehadiran Tuhan sebagai pusat dan sumber sukacita hidup kita.
Selamat pagi, selamat menikmati sukacita Tuhan. GBU.