Markus 4: 1-20

Hari Biasa Pekan III

1. Mendengarkan Firman dengan seksama. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengajak orang banyak dan para murid untuk mendengar: “Dengarlah” (ayat 3). Menarik bahwa dalam Markus 4 ini tidak kurang dari tujuh kali kata “dengar” diucapkan oleh Yesus (Mrk 4:3, 9,12,15,16,18,20). Mengapa demikian? Sebab Yesus menghendaki orang mendengar dengan saksama, bukan asal mendengar. Mendengar dengan seksama adalah tindakan penting dalam sebuah proses belajar menyerap dan memahami. Arti pentingnya “mendengar” ini nampak dalam perumpamaan tentang penabur dan benih. Yesus mengajarkan bahwa sebagian benih jatuh di jalan setapak dan burung-burung menukik ke bawah dan memakan bijinya. Benih lainnya jatuh di tanah berbatu. Dan meskipun benih ini tumbuh dengan cepat, segera tanaman layu karena akarnya tidak dipelihara oleh tanah. Lalu ada benih yang jatuh di tanah yang baik. Benih-benih ini tumbuh dan akhirnya menghasilkan panen berlimpah: Penabur itu menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka. Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad. Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.”

Tanah yang baik adalah gambaran tentang pendengar firman yang menyimak dan menyambut dengan baik. Mereka memahami dan menaati dalam iman. Selanjutnya firman menjadikan iman matang dan mendatangkan hasil. Ini akan terlihat dalam disiplin dan kesetiaan mendengar firman terus menerus dan melakukan kebajikan bagi sesama.

2. Tantangan dan Buah Mendengarkan Firman. Perumpamaan itu dapat menimbulkan banyak pertanyaan di dalam diri kita. Bagaimana kita menerima firman Yesus? Apakah tanah hati kita memungkinkan firman Yesus meresap ke dalam hidup kita, atau apakah kita hanya mendengarkan kata-kata Yesus dan tetap pada tingkat yang dangkal? Apakah tanah hati kita “berbatu-batu”: mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja? Apakah hidup kita seperti “semak duri”: mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah? Apakah kita sabar dan bertekun dan dengan seksama: mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah? 

Sangat mudah untuk membaca firman Allah. Namun, untuk mendengarkan Firman-Nya kita membutuhkan waktu, perhatian, dan hati yang terbuka. Hari ini apakah kita sekedar “membaca” Firman atau kita mendengarkan dengan seksama Firman Yesus dan merenungkannya dan mau diubah oleh Firman-Nya? Itu pilihan kita! Ada orang yang membiarkan dirinya diubahkan oleh firman Tuhan. Misalnya, dari tidak bertanggung jawab ia sekarang menjadi bertanggung jawab, dan dari kikir ia menjadi suka berbagi. Mengapa? Karena orang ini mengizinkan Firman Allah untuk melakukan keajaiban dalam hidup mereka!  Maukah kita membiarkan  firman Yesus tumbuh di hati kita sehingga Tuhan dapat memberkati orang lain melalui kita?