Bacaan Yohanes 11:45-56

11:45 Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria u  dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat v  Yesus, percaya kepada-Nya. w  11:46 Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. 11:47 Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi x  memanggil Mahkamah Agama y  untuk berkumpul z  dan mereka berkata: “Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. a  11:48 Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.” 11:49 Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, b  Imam Besar pada tahun itu, c  berkata kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa-apa, 11:50 dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa. d ” 11:51 Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, 11:52 dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan e  anak-anak Allah yang tercerai-berai. 11:53 Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. f  11:54 Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, g  Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya. 11:55 Pada waktu itu hari raya Paskah h  orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri i  sebelum Paskah itu. 11:56 Mereka mencari Yesus j  dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: “Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?”

Renungan

(Allah tetap berkarya di balik kegelapan dan krisis yang mematikan seperti wabah virus corona)

The salvific suffering of the good and the just …

Pandemic virus corona sudah mengubah wajah berbagai aspek kehidupan yang selama ini dianggap mapan. Peradaban yang dibangun lama dan susah payah, dalam hitungan minggu bisa berantakan dan membuat dunia termangu. Wabah virus corona telah merontokkan kesombongan manusia.

Teknologi termutakhir pun ternyata tidak berdaya menghentikan masifnya wabah ini. Ia juga meruntuhkan pola hidup individualis, hedonis dan narsis yang selama ini tampil pongah. Senang atau tidak, corona memaksa manusia mengakui pentingnya relasi ketergantungan, termasuk kepedulian yang wajar terhadap alam. Wabah ini semakin menunjukkan ketidakberdayaan manusia di hadapan misteri alam.

Kisah hidup Yesus yang memuncak pada kisah sengsara dan wafatNya, merupakan kisah mengembalikan martabat manusia yang memiliki dimensi spiritual. Dalam Yesus kita melihat kekuatan cinta kasih yang dengan tuntas tanpa syarat memberikan diri demi keselamatan ciptaan. Dan kisah Yesus ini bukan monopoli Tuhan. Sebaliknya setiap muridNya terpanggil dan dianugerahi kemampuan melakukan hal yang sama. Dan dalam sejarah manusia, sudah begitu banyak manusia mengambil jalan yang sama dengan Yesus. Mereka menghadapi penderitaan dan kematian karena pilihan mereka membela kebenaran dan keselamatan sesamanya. Mereka ini ada yang Kristiani ada yang non Kristiani. Ada yang menjadi martir karena membela iman dan kebenaran. Banyak yang dibunuh karena membela orang miskin dan tertindas. Tetapi derita dan kematian mereka ini tidak sia-sia. Semua itu menyelamatkan manusia karena disatukan dengan salib Tuhan.

Belakangan ini indra batin kita dibuka oleh kesaksian tanpa pamrih dari para dokter, perawat, relawan dan tenaga medis lainnya, yang dengan penuh dedikasi menolong pada pasien virus Corona. Ironisnya, tidak sedikit dari mereka ini kurang mendapatkan dukungan masyarakat; bahkan mereka ditolak kembali ke kost mereka dan tidak diterima kembali ke keluarganya. Semangat pemberian diri di kala krisis ini juga ditunjukkan oleh berbagai gerakan solidaritas dan relawan kemanusiaan untuk bahu membahu membantu para korban dan tenaga medis. Ada sekian banyak pengusaha, public figures, tokoh masyarakat … yang dengan rela memberikan keuntungan yg selama ini diperjuangkan mati2 an. Seolah mereka dibangunkan dan menyadari bahwa nilai hidup terletak pada seberapa jauh kasih dan pelayanan diberikan pada mereka yang tidak berdaya.

Mungkin itulah yang perlu kita renungkan dalam rekoleksi 7 hari selama Pekan Suci: dari Minggu Palma sampai Minggu Paskah. Wabah virus corona bisa menjadi medan dan konteks bagus untuk memaknai misteri sengsara dan kebangkitan Tuhan.