Yohanes 12:1-11 Dikisahkan dalam Injil ketika Yesus mengunjungi Maria, Marta dan Lazarus dalam keluarga mereka. Yesus disambut dengan suka-cita, dan bahkan Maria memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa syukur dan bahagia-nya dengan mengambil minyak Narwastu yang mahal harganya 300 dinar. Kalau dalam rupiah bisa sekitar 30 juta, dengan asumsi 1 dinar upah pekerja sehari, sama dengan 100 ribu rupiah sehari. (Bisa lihat Mat 20:2 ;“… Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari…”). Uang sebanyak itu dipakai Maria untuk meminyaki kaki Yesus dan menyeka dengan rambutnya. Yudas Iskariot protes seakan-akan ia berpihak pada orang miskin dan kenyataannya ia sering mencuri uang dari uang kas yang ia bawanya (Yoh 12:5-6). Dari pihak Yesus sendiri tidak mempersoalkan apa yang dilakukan oleh Maria terhadap diri-Nya. Disini kita melihat, pertama soal kebiasaan bersandiwara yang bisa dipakai untuk menutupi kekurangan dan dosa. Yudas mau mengambil simpatik dengan kata-kata yang manis dan bijaksana, namun hati dan yang dilakukan-nya dibelakang yang sangat beda. Ya inilah “sandiwara” yang sering juga terjadi dalam relasi antar manusia. Oleh karena itu tidak cukup seseorang bisa dikenal jika hanya dilihat dari kata-kata yang keluar dari mulutnya. Untuk tahu apa yang didalam hati dan pikiran, tidak mudah dan sering kali terjadi banyak orang tertipu dengan apa yang dikatakan dengan manis dan dengan pilihan kata yang amat bijak. Oleh karena itu akan lebih bijaksana jika tidak menilai seseorang hanya dari kata-katanya saja. Hal kedua, cara melihat nilai dari suatu perbuatan bisa dilihat dari besar/kecilnya ketulusan dan pengurbanan . Hal itu berarti semakin besar ketulusan dan pengurbannya, semakin tinggi nilainya. Oleh karena itu Yesus menghargai apa yang dilakukan Maria, sekalipun ada dari pihak lain melihat hal itu adalah suatu pemborosan. Maria memiliki ketulusan dalam mengungkapkan kasih dan syukur-nya kepada Tuhan Yesus dan karena itu ia berani berkurban dengan apa yang ia miliki. Ketulusan itu berarti niat, tujuan atau kehendak yang baik ketika seseorang bertindak. Sementara berkurban adalah kerelaan untuk memberi dan mempersembahkan sesuatu yang berharga bagi orang yang dikasihi. Dari kisah Injil tersebut kita semakin mengenal siapa Yesus Kristus. Dia sungguh menghargai setiap usaha manusia untuk semakin dekat dengan-Nya. Ketika seseorang memiliki kedekatan dan cinta kepada Tuhan, maka ia akan selalu ingin memberikan apa yang terbaik untuk Tuhan, yaitu ketulusan hati, pengurbanan dan kesetiaan. Paroki St. Mortfort Serawai, ditulis oleh Rm Aloysius Didik Setiyawan CM