17 November 2020
Lukas 19:1-10
Elizabeth lahir pada tahun 1207, dan merupakan putri dari Raja Andreas dari Hungaria dan ibunya Gertrude dari Silesia [sekarang daerah antara Polandia dan Ceko]. Sejak usia kecil, Elizabeth menunjukan kesukaannya pada hidup doa dan kecintaannya untuk menolong sesama. Pada usia yang masih sangat muda, Elizabeth dijodohkan dengan Ludwig, pangeran dari Thuringia [sekarang Jerman tengah]. Bagian dari tradisi saat itu adalah Elizabeth sudah diharuskan untuk meninggalkan orang tuanya dan tinggal bersama keluarga suaminya di Thuringia, walaupun usianya masih muda.
Pada usia 18 tahun Ludwig menggantikan ayahnya yang wafat dan acara perkawinan dilangsungkan antara sang pangeran dan Elizabeth. Elizabeth memutuskan untuk membuat pesta pernikahannya sederhana dan memberikan sebagian dananya bagi orang-orang miskin. Sejak saat ini, Elizabeth semakin terlibat dalam berbagai kegiatan amal kasih. Dia memberikan makan dan minum kepada mereka yang datang mengetuk istananya, dia memberikan pakaian, membayar hutang, dan mengubur mereka yang sudah meninggal. Dia juga sering mengunjungi orang-orang miskin di sekitar istananya dan membagikan roti bagi mereka, dan juga memberikan tempat tidur yang layak bagi mereka. Saat orang-orang yang tidak suka dengan Elizabeth melaporkannya kepada Ludwig, sang pangeran berkata, “selama dia tidak menjual istana ini, saya bahagia dengan dia.”
Elizabeth dan Ludwig tumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih sebagai pasangan katolik. Elizabeth memastikan bahwa sang suami tidak melupakan tugas utama dan pertamanya yakni melayani Raja segala Raja, dan sementara Ludwig mendukung segala perbuatan kasih yang dilakukan oleh sang istri. Sang Pangeran berkata pada sang istri saat dia sibuk melayani orang miskin, “Elizabeth terkasih, Kristus sendirilah yang engkau mandikan, rawat dan jaga.” Sayangnya Ludwig tidak berumur panjang. Tahun 1227, dia bergabung dalam perang salib, namun dia wafat dalam perjalanan karena sakit. Elizabeth sangat berduka, tetapi tidak kehilangan pengharapan bahwa mereka akan berjumpa lagi di surga.
Kematian sang suami membuat situasi politik memanas di Thuringia. Saudara dari Ludwig mengambil Tahta dengan paksa, dan mengusir Elizabeth dan anak-anaknya. Dia mencari tempat pengungsian di antara orang-orang sederhana dan menanggung penderitaan dengan setia. Walaupun dalam kondisi sulit, dia tetap terlibat dalam berbagai bentuk pelayanan. Dia akhirnya mengungsi ke Marburg, Jerman. Di bawah bimbingan rohani dari seorang Fransiskan Condrad, Elizabeth memberikan seluruh dirinya kepada Tuhan. Dia juga membangun sebuah rumah sakit dimana dia memberikan hidupnya bagi orang miskin dan sakit, sebuah pelayanan yang setia ia berikan sampai dia meninggalkan dunia ini.
Bulan November 1231, Elizabeth mengalami demam tinggi dan pada tanggal 17, dia pun menghembuskan nafas terakhirnya. Setelah wafat, banyak orang mengunjungi makamnya dan banyak mujizat diberitakan terjadi karena doa-doanya. Paus Gregorius IX yang terlibat dalam proses kanonisasi St. Fransiskus Asisi dan St. Dominikus de Guzman, segera memerintahkan membuka proses kanonisasi dan pada 4 Mei 1235. St. Elizabeth menjadi pelindung dari Fransiskan Awam dan juga salah satu pelindung dari negeri Hungaria.
St. Elizabeth dari Hungaria, doakanlah kami!