Peringatan Maria Dipersembahkan kepada Allah
21 November 2020
Lukas 20:27-40
Dalam kesempatan yang paling unik, Yesus mengungkapkan apa yang akan terjadi pada pribadi manusia di surga. Sebenarnya, tujuan utama Yesus adalah untuk menyatakan kebenaran tentang kebangkitan orang mati dan menggagalkan argumentasi orang-orang Saduki, tetapi dengan demikian, Dia juga menyoroti kondisi manusia di alam sana. Di surga, kita akan menjadi seperti malaikat dan kita tidak lagi menikah atau dinikahkan. Pengungkapan ini pasti akan menyebabkan reaksi yang berbeda-beda. Bagi sebagian orang yang tidak menikah atau menyerah kehidupan pernikahan, mereka mungkin menemukan penebusan dalam surga yang seperti ini. Tapi, bagi mereka yang ingin sekali menikah, maka surga semacam ini adalah berita yang sangat buruk.
Kita akan menjadi seperti malaikat. Namun, ada sebuah pertanyaan tersisa. Siapakah malaikat itu? Banyak teolog suci dan brilian telah berspekulasi tentang makhluk rohani ini. Salah satunya adalah St. Thomas Aquinas dan ia telah menulis dengan sangat luas dan mendalam tentang makhluk non-jasmani ini. Sampai saat ini, karya-karyanya telah menjadi landasan bagi Angelologi (Studi para malaikat). Dengan demikian, dia akhirnya dijuluki sebagai ‘dokter Angelicus’ – dokter malaikat. Sayangnya, penjelasan mereka sebagian besar tetap berada di tingkat teoritis. Tidak ada seorangpun yang pernah secara pribadi mengalami apa artinya menjadi seorang malaikat. Hollywood mencoba untuk mengkompensasi kekurangan ini dengan memproduksi film-film tentang mailaikat. Namun, film-film, seperti ‘City of Angels’ yang mencoba menggambarkan kehidupan malaikat, tampaknya lebih terlihat sebagai fantasi daripada kenyataan. Pada akhirnya, surga masih merupakan misteri besar bagi kita manusia.
Namun, ada sesuatu yang lebih penting daripada menjadi seperti malaikat di surga. Yesus mengajarkan kita bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup. Surga adalah tentang hidup dan menjalani hidup kita sepenuhnya di hadapan Allah kita. Hidup bukanlah sekedar berberfungsi secara biologis, seperti bernapas, makan dan tidur, tetapi juga mengambil risiko dalam mengasihi, menghadapi saat-saat yang sulit dan membuat keputusan yang sulit namun bermakna. Michael Lobrin, seorang pewarta awam Katolik dari Filipina, menggambarkan dinamika iman sebagai menari dalam kegelapan, dan saya percaya hal ini juga berlaku bagi dinamika kehidupan. Kita berani untuk menari dalam kegelapan, berani menghadapi semua risiko dan bahaya dalam hidup, karena kita memiliki pasangan yang sempurna, yaitu Tuhan sendiri. Uniknya, Meister Eckhart, Dominikan mistik dari abad ke-14, pernah berkata bahwa tiga Pribadi Ilahi berhubungan satu sama lain dengan cara menari dengan kegembiraan luar biasa dalam keabadian. Tuhan tidak pernah akan mengecewakan mitra tari-Nya. Lalu, mengapa kita harus takut hidup secara penuh? Maju dan menarilah dengan Tuhan!
Valentinus Bayuhadi Ruseno , OP