Maka kata Yesus: “Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.” Dan Ia berkata lagi: “Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”

 

Di dunia modern yang kita huni ini, kita dikelilingi dengan berbagai tawaran yang mengiurkan. Misalnya, ketika kita menonton TV, begitu banyak promosi, mulai dari kebutuhan rumah tangga sampai kebutuhan pribadi. Semua promosi menjanjikan “the best” bagi kita. Menanggapi semua promosi yang begitu heboh tersebut, banyak orang mengabaikan begitu saja karena banyak omongan dalam promosi itu besar tapi hasilnya tidak ada. Akan tetapi, banyak orang juga terperangkap akan promosi tersebut. Buktinya barang baru yang dipromosikan selalu berhasil memikat hati “consumer” walaupun sering orang kecewa membeli barang yang sebenarnya dia tidak perlukan. Orang akhirnya menjadi mandul, tetap menjadi “consumers” yang selalu dipakai demi kepentingan bisnis.

Sabda Allah menjadi manusia masuk dalam sejarah manusia tidak seheboh promosi yang dilakukan di masyarakat kita. Yesus datang kedunia dalam suasana yang sangat sederhana. Dia lahir dalam rupa seorang bayi yang tidak berdaya. Lahir di tempat yang tidak layak, hanya disaksikan oleh para gembala dan ternaknya. Dalam semangat kesederhanaan dan kerendahan hati inilah, Yesus kemudian mewartaka kerajaan Allah kepada setiap orang termasuk kita.

Dalam bacaan injil hari ini, Yesus mengumpakan Kerajaan Allah seperti biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang dikebunya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung diudara bersarang pada cabang-cabangnya, Yesus sebenarnya mau mengajak kita pengikutnya untuk mewartakan Kerajaan Allah mulai dari hal-hal yang kecil, hal-hal yang sederhana, hal-hal yang bisa kita lakukan. Seperti mother Teresa mengatakan “lakukan hal yang kecil dengan semangat kasih yang besar”. Yesus tidak  menghendaki kita untuk melakukan hal yang besar, yang pada akhirnya kita tidak mampu melakukannya. Jesus juga tidak menghendaki agar kita menjadi orang yang hanya besar omongnya tapi tidak mau bekerja, tidak  menunjukan contoh, tidak mau rendah hati. Yesus mengundang kita untuk menjadi orang yang berani melakukan kebaikan tanpa mencari popularitas. Mari kita belajar dari Yesus untuk tetap rendah hati dalam menyebarkan kerajaan CintaNYA mulai dari orang-orang terdekat kita.