Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Jangan samakan aku dengan Maria Magdalena!

Posted by admin on September 17, 2014
Posted in renungan 

Bacaan: Lukas 7:36-50

Orang sering menyamakan diriku dengan Maria Magdalena, seorang perempuan yang berzinah. Padahal bukan! Aku sama sekali berbeda dengan dia. Dia  wanita baik-baik, berasal dari Magdala, kota pelabuhan, darinya Yesus telah mengusir 7 setan. Engkau ingin tahu siapa aku? Biarkan aku tak bernama, karena tak penting engkau tahu namaku. Yang penting engkau tahu kalau aku orang berdosa yang ingin kembali baik. Seluruh kota ini mengenalku sebagai perempuan sundal, menjual diri demi materi. Mereka menghujat dan menghakimiku, seolah tak seorangpun dari mereka pernah berdosa. Betapa menyakitkan!
Beberapa waktu lalu ada kabar kalau Yesus dari Nazaret akan melawat kota ini. Tak pernah aku bertemu dia, hanya mendengar cerita kalau orang selalu mengeluk-elukkanNya sebagai Mesias, Anak Allah yang terurapi. Dia dicari banyak orang karena berkuasa menyembuhkan, membuat mukjijat, mengampuni dosa, bahkan membangkitkan orang mati. Aku ingin sekali melihat dan menemuinya, tak peduli apa kata orang padaku nanti.
Kesempatanku tiba saat Simon seorang Farisi mengundangnya makan bersama orang-orang terhormat di kota kami. Aku membulatkan tekat untuk datang padanya, meski aku tak diundang. Di saat mereka makan, aku tiba-tiba sudah bersimpuh di kakinya. Semua orang melihatku seperti anjing yang menjijikkan, penuh kemarahan karena aku perusak suasana makan. Aku tak peduli. Kubasuh kakinya dengan minyak alabaster yang harumnya menyelimuti seluruh ruangan. Aku hanya menangis karena bisa bertemu dengan sang Nabi. Bahkan aku sampai lupa membawa kain pengering. Biarlah kupakai saja rambutku untuk mengusapnya. Semua orang yang hadir di situ kikuk memandangku dalam diam, karena Yesus membiarkanku membasuh kakinya sampai usai.
Ia hanya berkata padaku, “Pergilah dengan damai, dosamu sudah diampuni!”
Dia bahkan membandingkan perbuatanku dengan orang-orang yang makan semeja dengan dia. Aku mencuci kakinya dengan minyak karena aku menyesal atas semua kesalahan dan dosa. Yesus diam saja karena Ia  menerima, mengampuni dan mengasihiku. Sedangkan orang-orang yang makan dengan dia, hanya diam, bahkan membasuh tangan Yesus pun tidak, karena mereka merasa tidak punya kesalahan seperti diriku. Mereka merasa benar, tak perlu dikasihiani, dan terus menghakimi orang seperti aku.
Saat membasuh kakinya, aku berjanji dalam hati, “Aku akan berubah, kembali ke jalan yang benar! Karena aku telah dicintai dan diampuninya.” Mungkin kalian mentertawakanku. Namun aku tahu orang-orang di sekitarku hanya membeli tubuhku dengan uang, tapi tak pernah tulus mengasihiku. Tak pernah kutemukan kasih sejati seperti kulihat di mataNya. Dan itulah yang mengubahku!

The more exellent way

Posted by admin on September 16, 2014
Posted in renungan  | 2 Comments

Bacaan 1 Cor 12: 31-13:3

Aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi. Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.  Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.

Sebenarnya masih ada 3 kharisma lagi yang Paul bicarakan pada kita yaitu berbicara dalam bahasa Roh, menginterpretasi bahasa Roh, dan karunia iman. Dalam beberapa text, berbicara dalam bahasa Roh adalah kemampuan berbicara bahasa baru untuk memuji Allah. Kisah 2: 4 berkisah para rasul yang mulai berbicara bahasa asing, dan Roh Kudus memampukan mereka berbicara sehingga orang bukan Yahudi memahami apa yang mereka ucapkan. Paul menekankan kalau orang yang punya karunia bahasa Roh, harus meminta pula karunia untuk bisa menterjemahkan bahasa Roh sehingga orang lain bisa memahami artinya dan menjadi berguna untuk membangun jemaat.

Namun tenyata, karunia Roh itu bukan segala-galanya, bukan anugerah yang paling tinggi. Ada jalan yang lebih sempurna untuk membangun jemaat dan melayani gereja yaitu KASIH. Tak ada gunanya orang mengurbankan diri, berlelah melayani orang lain, dan meminta karunia Roh bila ia tak memiliki kasih.

Kasih itulah yang memampukan orang melakukan sesuatu bagi yang dikasihi. Ia berani berkurban waktu, tenaga, uang, dan segalanya bagi orang tercinta. Sebab kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, pun tidak mencari keuntungan diri. Kalau kita berbuat sesuatu demi mencari keuntungan diri, itu berarti kasih kita belum sempurna. Sebab kasih yang paling sempurna adalah kasih seorang sahabat yang memberikan nyawanya untuk orang lain, termasuk musuhnya.

Carilah kasih itu agar jalan hidup kita makin sempurna!

Setia

Posted by admin on September 16, 2014
Posted in Podcast 

setia

8 Kharisma

Posted by admin on September 15, 2014
Posted in renungan 

Bacaan 1 Kor 12: 27-31

Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh? Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.

Setidaknya ada 8 kharisma, pemberian Roh Kudus yang dikaruniakan pada kita. Kharisma ini akan berdaya guna bila digunakan untuk membangun  jemaat dan untuk melakukan perbuatan baik bagi sesama. Jika kharisma hanya dipakai untuk memegahkan diri, kharisma akan kehilangan daya Ilahinya.

Gift of wisdom: inilah yang diminta Salomo pada Allah yaitu hikmat, bisa membedakan mana yang baik dan buruk, menimbang perkara, serta kemampuan untuk memahami dan mengerti kehidupan. Awal dari kebijaksanaan adalah perasaan takut akan Allah, ada rasa gentar dan takjub akan pekerjaan Tuhan dalam kehidupan ini.

Gift of knowledge: kemampuan untuk memahami sabda Allah, mengartikan serta mengerti bagaimana sabda itu bekerja dalam kehidupan manusia. Ini adalah kemampuan untuk memahami jalan Tuhan dan menerangkannya pada sesama. Orang yang memiliki rahmat ini akan menjadi seorang pengajar yang ulung, pengkotbah handal, public speaker, motivator, serta negosiator.

Gift of healing: ada orang yang diberi kemampuan untuk menjadi pengantara dan pembawa mukjijat kesembuhan. Karunia ini berkaitan dengan kemampuan kuat serta mendalam untuk berdoa, memohonkan kesembuhan bagi orang lain, memberi keyakinan positif bahwa orang bisa sehat dan sembuh.

Gift of miracle: orang juga bisa mendapatkan karunia untuk membuat mukjijat, membantu orang menemukan jalan keluar, memecahkan masalah, serta kemampuan untuk membuka hati orang agar mengenal Allah dan bertobat.

Gift of prophecy: karunia ini berhubungan dengan pengajaran, orang mendapat kemampuan untuk menularkan pengetahuan pada orang lain, menginterpretasi pengalaman untuk bekal di masa depan, serta kemampuan untuk berkotbah.

(bersambung di renungan esok)

Maria, Ibu yang berduka

Posted by admin on September 15, 2014
Posted in renungan 

maria

Bacaan: Yohanes 19:25-27

Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. 26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Pada tahun 1239, Santa Brigita, pendiri ordo pelayan Maria, menerima penampakan dari Ibu Maria. Ia berkata pada Brigita, ” Aku melihat keseluruhan, pada siapa saja yang ada di bumi, untuk melihat, jika kemungkinan ada seorang yang berbelaskasih padaku, dan bermeditasi akan kedukaanku, dan aku hanya menemukan sedikit. Karenanya, anakku, meski aku telah dilupakan banyak orang, setidaknya janganlah engkau melupakanku, ingatlah akan kedukaan, dan ikutilah kesengsaraanku, selama kamu bisa!”

Dalam penampakan tanggal 13 Juli 1917 pada 3 anak , Yasinta, Fransisco, dan Lucia, Bunda Maria Fatima berkata, “Kamu telah melihat neraka dimana jiwa-jiwa kaum pendosa berada. Untuk menyelamatkan mereka, Tuhan berkehendak untuk membuat devosi Hatiku yang tak bernoda. Jika apa yang kukatakan padamu terjadi, banyak jiwa-jiwa akan terselamatkan dan akan ada kedamaian….”

Devosi pada Maria yang berduka didasarkan tidak hanya pada kisah penampakan di atas, tetapi  juga pada kisah Kitab Yohanes, dimana Maria berdiri di depan salib Yesus. Pada abad ke 13, devosi ini mulai populer dan mendapat tempat istimewa dalam Gereja Katolik masa itu. Devosi ini berpusat pada 7 peristiwa duka Maria: Simeon  yang bernubuat kalau Maria akan menderita, kisah pengungsian ke Mesir, Yesus hilang di bait Allah, pertemuan Yesus dan Maria di jalan salib, penyaliban Yesus, Yesus ditikam tombak, dan pemakaman Yesus.

Doa Novena ibu yang berduka dilakukan dengan mengucapkan 7 peristiwa duka dan diikuti 7x Salam Maria di setiap peristiwa duka. Maria berkata bahwa mereka yang berdoa pada Allah lewat Maria dalam novena ini, akan mendapat pertolongan dari Bunda, dan Bunda akan mendengarkan doa serta permohonannya sejauh permintaannya sesuai dengan kehendak puteranya.

Semoga doa sederhana ini menambah khasanah devosi doa kita pada Maria.

Translate »