
Bacaan: Lukas 7:36-50
Orang sering menyamakan diriku dengan Maria Magdalena, seorang perempuan yang berzinah. Padahal bukan! Aku sama sekali berbeda dengan dia. Dia wanita baik-baik, berasal dari Magdala, kota pelabuhan, darinya Yesus telah mengusir 7 setan. Engkau ingin tahu siapa aku? Biarkan aku tak bernama, karena tak penting engkau tahu namaku. Yang penting engkau tahu kalau aku orang berdosa yang ingin kembali baik. Seluruh kota ini mengenalku sebagai perempuan sundal, menjual diri demi materi. Mereka menghujat dan menghakimiku, seolah tak seorangpun dari mereka pernah berdosa. Betapa menyakitkan!
Beberapa waktu lalu ada kabar kalau Yesus dari Nazaret akan melawat kota ini. Tak pernah aku bertemu dia, hanya mendengar cerita kalau orang selalu mengeluk-elukkanNya sebagai Mesias, Anak Allah yang terurapi. Dia dicari banyak orang karena berkuasa menyembuhkan, membuat mukjijat, mengampuni dosa, bahkan membangkitkan orang mati. Aku ingin sekali melihat dan menemuinya, tak peduli apa kata orang padaku nanti.
Kesempatanku tiba saat Simon seorang Farisi mengundangnya makan bersama orang-orang terhormat di kota kami. Aku membulatkan tekat untuk datang padanya, meski aku tak diundang. Di saat mereka makan, aku tiba-tiba sudah bersimpuh di kakinya. Semua orang melihatku seperti anjing yang menjijikkan, penuh kemarahan karena aku perusak suasana makan. Aku tak peduli. Kubasuh kakinya dengan minyak alabaster yang harumnya menyelimuti seluruh ruangan. Aku hanya menangis karena bisa bertemu dengan sang Nabi. Bahkan aku sampai lupa membawa kain pengering. Biarlah kupakai saja rambutku untuk mengusapnya. Semua orang yang hadir di situ kikuk memandangku dalam diam, karena Yesus membiarkanku membasuh kakinya sampai usai.
Ia hanya berkata padaku, “Pergilah dengan damai, dosamu sudah diampuni!”
Dia bahkan membandingkan perbuatanku dengan orang-orang yang makan semeja dengan dia. Aku mencuci kakinya dengan minyak karena aku menyesal atas semua kesalahan dan dosa. Yesus diam saja karena Ia menerima, mengampuni dan mengasihiku. Sedangkan orang-orang yang makan dengan dia, hanya diam, bahkan membasuh tangan Yesus pun tidak, karena mereka merasa tidak punya kesalahan seperti diriku. Mereka merasa benar, tak perlu dikasihiani, dan terus menghakimi orang seperti aku.
Saat membasuh kakinya, aku berjanji dalam hati, “Aku akan berubah, kembali ke jalan yang benar! Karena aku telah dicintai dan diampuninya.” Mungkin kalian mentertawakanku. Namun aku tahu orang-orang di sekitarku hanya membeli tubuhku dengan uang, tapi tak pernah tulus mengasihiku. Tak pernah kutemukan kasih sejati seperti kulihat di mataNya. Dan itulah yang mengubahku!



