24 January, 2015
Ibrani 9:2-3, 11-14
Markus 3:20-21
Saudara-saudari terkasih,
Bacaan untuk renungan kita hari amat sangat singkat…tetapi bisa menghantar kita kesuatu permenungan yang sangat panjang dan mendalam. Kebanyakan orang sudah menjadi bingung dan ragu-ragu dengan semua yang Yesus ajarkan dan wartakan. Keragu-raguan itu justru datangnya dari orang-orang yang sangat dekat dengan Yesus, datang dari kaum keluarganya, dari sama saudara atau saudarinya dengan suatu pernyataan yang sangat keras bahwa Yesus sudah tidak normal…”sebab kata mereka Ia tidak waras lagi.” (Markus 3:21)
Sepanjang perjalanan misi perutusan dan hidup Yesus, tidak jarang kebanyaan orang bertanya-tanya bahkan bingung akan maksud atau goal perutusanNya…bahkan pertanyaan ataupun keragu-raguan yang sama masih terus berlangsung sampai dengan hari ini, apabila dunia melihat para pengikut/murid Yesus menjalani kehidupan dengan standard dan pola pikir/hidup Yesus.
Ketika Yesus mengajarkan bahwa kita harus bisa mengampuni mereka yang bersalah kepada kita, kebanyakan orang spontan menanggapinya dengan mengatakan bahwa apa yang Yesus ajarkan itu samasekali tidak masuk akal. Kebanyakan orang berpendapat bahwa dalam kehidupan yang penuh persaingan ini, kita harus berlomba-lomba untuk bisa seimbang atau kalau bisa membalas dendam kalau orang itu sudah pernah menyakiti kita. Bagi mereka, gaya hidup yang seperti inilah yang disebut gaya hidup yang dibilang ‘normal dan wajar’ untuk dipraktekan. Ketika Yesus mengatakan bermurah hatilah kepada sesama kalau anda mau memperoleh kemurahan dari Tuhan, tanggpan orang terhadap pernyataan atau ajaran Yesus ini ialah: “Ia tidak waras lagi;” samasekali sudah tidak bisa masuk akal. Karena dalam kehidupan ini setiap orang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pribadi, kepentingan pribadi dan kalau bisa sedapat mungkin berusaha untuk mengembangkan usahanya dan kalau bisa berkompetisi untuk memperoleh dan menimba keuntungan yang lebih banyak lagi, dan bahkan kalau bisa mematikan usaha orang lain. Sekali lagi gaya hidup seperti yang Yesus ajarkan adalah gaya hidup yang tidak normal.
Selain itu ketika Yesus mengajarkan bahwa kita harus bisa saling mencintai sebagaimana Yesus telah mengasihi kita dan kasih Yesus itu sungguh tak terbatas dan tanpa syarat; agar kita bisa juga menaruh belaskasihan dan berbuat baik kepada semua orang betapapun kita tidak terlalu senang dengan orang yang bersangkutan; disini kembali orang bertanya, gaya hidup macam apakah ini? Karena kebanyakan orang bisa mencintai seseorang karena sudah pasti menanti balasannya…cinta dengan syarat, apa imbalannya? Apa yang dapat saya peroleh dari orang itu? Sekali lagi pengajaran Yesus itu diluar bahkan jauh dari standar kehidupan manusia yang dibilang normal.
Saudara-saudari terkasih,
Di akhir pekan ini, kita kembali diajak untuk merefleksi akan gaya dan standard kehidupan kita masing-masing sebagai pengikut Yesus. Apakah kita masih ragu-ragu dengan keputusan kita mengikuti Yesus? Apakah saya masih melekat kepada mental “do ut des” (saya berbuat sesuatu kepadamu, supaya engkau juga berbuat sesuatu untukku). Ungkapan ini dari bahasa Latin, sangat singkat tetapi punya arti yang sangat dalam. Maksudnya bahwa kalau saya berbuat sesuatu kebaikan kepada orang lain, saya lalu berharap akan mendapat balasan langsung dari orang tersebut. “Do ut des” bukanlah standard yang Yesus ajarkan; Yesus menghendaki agar kita punya sikap “memberi tanpa pamrih.”…”unconditional love.” (cinta tanpa syarat).
Di dalam kitab suci, kita sering bertemu dengan berbagai macam contoh pola dan gaya hidup yang bertentangan dengan pola dan gaya hidup Yesus. Bahkan Yesus sendiri begitu sering melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum atau peraturan-peraturan seperti pada perikope-perikope sebelumnya “Yesus makan di rumah orang berdosa,” “Yesus dengan para muridNya tidak berpuasa,” “Yesus dan para murid memetik gandum pada hari Sabat,” “Yesus menyembuhkan pada hari Sabat,” sampai akhirnya hari ini Yesus dibilang “sudah tidak waras lagi.” Saudara-saudari terkasih, apakah kita sanggup mengikuti standard yang Yesus berikan? Hari ini Yesus memanggil kita untuk berani mengikuti standard yang Ia berikan, suatu standard yang dipenuhi, dikuatkan dan diterangi oleh RohNya yang kudus, standard “cinta tanpa pamrih.” Amin.