Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

SIAP MENERIMA TUHAN YESUS

Posted by admin on January 26, 2015
Posted in renungan 

Selasa, 27 Januari 2015

Ibr 10:1-10

Mrk 3:31-35

Tuhan Yesus hadir untuk semua manusia. Oleh karena itu semua yang menerima, percaya dan melakukan kepada-Nya adalah menjadi bagian dari hidup-Nya dan menjadi saudara-Nya. Kehadiran Tuhan Yesus bukan untuk kelompok dan golongan tertentu. Tuhan Yesus merangkul semua, bahkan mereka yang lemah dan berdosa menjadi prioritasNya untuk dirangkul agar berobat dan menerima keselamatan dari Nya. Kasih-Nya menjangkau kepada semua agar semua masuk dalam Kerajaan Nya di surga.

Persoalannya adalah apakah manusia siap menerima kehadiran Tuhan Yesus? Kesiapan artinya mau menjadikan Tuhan Yesus sebagai pusat hidupnya. Kesiapan ditunjukan dengan keberanian untuk bersandar kepada Nya dan mengikuti jalan hidup Nya. Banyak orang ketika dihadapan tantangan untuk konsekwen dengan panggilannya, mereka mundur. Mengikuti Yesus berarti mau memanggul salib dalam kehidupan sehari-hari. Konsekuensi menjadi murid Kristus berarti berani berkurban demi kebaikan dan kebenaran.

Iman kepada Tuhan Yesus adalah keputusan untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi keputusan untuk menjadi Saksi Kristus. Menjadi saksi Kristus sama dengan menjadi terang/pelita yang bisa memancarkan cinta kasih Kristus kepada sesama. Hal itu berarti kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi semua orang. Panggilan yang luhur ini dianugerahkan kepada kita yang mengikuti-Nya, yang telah mengangkat kita menjadi saudara, murid dan juga anak-anak Nya.

Tuhan Yesus yang Maha Kasih, Engkau telah datang mencurahkan Kasih-Mu tanpa batas kepada semua manusia. Ajarilah kami untuk menjadikan kami rendah hati, agar kami siap menerima Engkau dalam hidup kami dan menjadi pusat hidup bagi kami. Lembutkanlah hati kami agar kami siap memancarkan kasihMu kepada sesama kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Waspada pada Kekuatan Setan.

Posted by admin on January 25, 2015
Posted in renungan 

Ibr 9:15,24-28
Mrk 3:22-30

Ahli-ahli Taurat sering mencari cara untuk menjatuhkan Yesus. Mereka menganggap Yesus sedang kerasukan penghulu setan saat mengusir setan. Kebencian dan kesombongan membuat mereka tidak bisa melihat kasih dan kebaikan Tuhan Yesus. Hati mereka jauh dari damai, karena mereka dikuasai oleh kejahatan dan kebencian. Semua itu datang dari kekuatan si jahat.

Apa yang datang dari Allah akan melahirkan damai, suka-cita dan keselamatan. Sebaliknya apa yang keluar dari si jahat adalah konflik, perpecahan, kehancuran dan maut. Oleh karena jika kita dekat dengan Allah maka hidup dipenuhi dengan damai dan suka cita. Kedekatan dengan Allah membentuk pribadi kita untuk bisa menjadi pribadi yang penuh kasih. Jika hati manusia dipenuhi dengan kasih, maka ia akan membawa damai bagi semua orang. Sehingga bukan perpecahan yang dimunculkan, namun kerukunan dan damai.

Si jahat selalu mencoba menggoda manusia jatuh dalam dosa dan akhirnya dikuasai oleh dosa tersebut. Oleh karena itu perlu waspada agar tidak diseret oleh si jahat dalam kondisi yang penuh dengan kebencian dan dendam yang menjauhkan diri kita dari damai dan suka cita. Hubungan dekat kita dengan Tuhan Yesus adalah benteng yang mampu melindungi kita dari bahaya kesembongan dan kejahatan. Yesus adalah kekuatan dan penyelamat kita.

Tuhan yang Maha Kasih, berikanlah kekuatanMu agar kami mampu hidup dalam kebenaran. Jauhkanlah kami dari segala macam kesembongan dan dosa. Kami yakin bahwa tidak ada kekuatan lain selain Engkau yang Maha Kudus yang bisa menjaga dan melindungi kami dari kejahatan. Demi Kristus, Tuhan dan mengantara kami, Amin.

Allah adalah Kasih

Posted by admin on January 23, 2015
Posted in Podcast 

shepherd

24 January, 2015

Ibrani 9:2-3, 11-14
Markus 3:20-21

Saudara-saudari terkasih,

Bacaan untuk renungan kita hari amat sangat singkat…tetapi bisa menghantar kita kesuatu permenungan yang sangat panjang dan mendalam. Kebanyakan orang sudah menjadi bingung dan ragu-ragu dengan semua yang Yesus ajarkan dan wartakan. Keragu-raguan itu justru datangnya dari orang-orang yang sangat dekat dengan Yesus, datang dari kaum keluarganya, dari sama saudara atau saudarinya dengan suatu pernyataan yang sangat keras bahwa Yesus sudah tidak normal…”sebab kata mereka Ia tidak waras lagi.” (Markus 3:21)

Sepanjang perjalanan misi perutusan dan hidup Yesus, tidak jarang kebanyaan orang bertanya-tanya bahkan bingung akan maksud atau goal perutusanNya…bahkan pertanyaan ataupun keragu-raguan yang sama masih terus berlangsung sampai dengan hari ini, apabila dunia melihat para pengikut/murid Yesus menjalani kehidupan dengan standard dan pola pikir/hidup Yesus.

Ketika Yesus mengajarkan bahwa kita harus bisa mengampuni mereka yang bersalah kepada kita, kebanyakan orang spontan menanggapinya dengan mengatakan bahwa apa yang Yesus ajarkan itu samasekali tidak masuk akal. Kebanyakan orang berpendapat bahwa dalam kehidupan yang penuh persaingan ini, kita harus berlomba-lomba untuk bisa seimbang atau kalau bisa membalas dendam kalau orang itu sudah pernah menyakiti kita. Bagi mereka, gaya hidup yang seperti inilah yang disebut gaya hidup yang dibilang ‘normal dan wajar’ untuk dipraktekan. Ketika Yesus mengatakan bermurah hatilah kepada sesama kalau anda mau memperoleh kemurahan dari Tuhan, tanggpan orang terhadap pernyataan atau ajaran Yesus ini ialah: “Ia tidak waras lagi;” samasekali sudah tidak bisa masuk akal. Karena dalam kehidupan ini setiap orang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pribadi, kepentingan pribadi dan kalau bisa sedapat mungkin berusaha untuk mengembangkan usahanya dan kalau bisa berkompetisi untuk memperoleh dan menimba keuntungan yang lebih banyak lagi, dan bahkan kalau bisa mematikan usaha orang lain. Sekali lagi gaya hidup seperti yang Yesus ajarkan adalah gaya hidup yang tidak normal.

Selain itu ketika Yesus mengajarkan bahwa kita harus bisa saling mencintai sebagaimana Yesus telah mengasihi kita dan kasih Yesus itu sungguh tak terbatas dan tanpa syarat; agar kita bisa juga menaruh belaskasihan dan berbuat baik kepada semua orang betapapun kita tidak terlalu senang dengan orang yang bersangkutan; disini kembali orang bertanya, gaya hidup macam apakah ini? Karena kebanyakan orang bisa mencintai seseorang karena sudah pasti menanti balasannya…cinta dengan syarat, apa imbalannya? Apa yang dapat saya peroleh dari orang itu? Sekali lagi pengajaran Yesus itu diluar bahkan jauh dari standar kehidupan manusia yang dibilang normal.

Saudara-saudari terkasih,

Di akhir pekan ini, kita kembali diajak untuk merefleksi akan gaya dan standard kehidupan kita masing-masing sebagai pengikut Yesus. Apakah kita masih ragu-ragu dengan keputusan kita mengikuti Yesus? Apakah saya masih melekat kepada mental “do ut des” (saya berbuat sesuatu kepadamu, supaya engkau juga berbuat sesuatu untukku). Ungkapan ini dari bahasa Latin, sangat singkat tetapi punya arti yang sangat dalam. Maksudnya bahwa kalau saya berbuat sesuatu kebaikan kepada orang lain, saya lalu berharap akan mendapat balasan langsung dari orang tersebut. “Do ut des” bukanlah standard yang Yesus ajarkan; Yesus menghendaki agar kita punya sikap “memberi tanpa pamrih.”…”unconditional love.” (cinta tanpa syarat).

Di dalam kitab suci, kita sering bertemu dengan berbagai macam contoh pola dan gaya hidup yang bertentangan dengan pola dan gaya hidup Yesus. Bahkan Yesus sendiri begitu sering melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum atau peraturan-peraturan seperti pada perikope-perikope sebelumnya “Yesus makan di rumah orang berdosa,” “Yesus dengan para muridNya tidak berpuasa,” “Yesus dan para murid memetik gandum pada hari Sabat,” “Yesus menyembuhkan pada hari Sabat,” sampai akhirnya hari ini Yesus dibilang “sudah tidak waras lagi.” Saudara-saudari terkasih, apakah kita sanggup mengikuti standard yang Yesus berikan? Hari ini Yesus memanggil kita untuk berani mengikuti standard yang Ia berikan, suatu standard yang dipenuhi, dikuatkan dan diterangi oleh RohNya yang kudus, standard “cinta tanpa pamrih.” Amin.

23 January, 2015

Ibrani 8:6-13
Markus 3:13-19

Saudara-saudari terkasih,

Tentu anda sudah familiar dengan tanda-tanda di angkasa membantu kita memprediksi tentang perubahan cuaca; bahkan dewasa ini kita akan bisa lebih mudah mendengar berita tentang perubahan cuaca selama sepekan melalui “The weather channel.” (“Ramalan Cuaca”) Lalu kita akan lebih mudah merencanakan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan di luar rumah.

Bacaan-bacaan hari inipun boleh dibilang dapat memberikan rasa lega kepada kita untuk berlangkah, atau lebih mempunyai kepastian untuk berbuat sesuatu kalau kita senantiasa dan selalu berpedoman pada pesan-pesan Kitab Suci. Seperti kata-kata dari nabi Yeremia, yang dikutip oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Ibrani, begitu bertubi-tubi memberitakan tentang “perjanjian Allah dengan umatNya.” “Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel… Aku akan menaruh hukumKu dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu.” (Ibrani 8:10). Kedengarannya begitu positip dan menyenangkan. Bahwa Allah akan menulis perjanjian itu di dalam hati kita. Kita akan lebih mengenal Allah yang akan menghapus segala kesalahan dan dosa kita, dan tak pernah ingat lagi akan dosa-dosa kita. “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.” (Ibrani 8:12)

Selanjutnya bacaan Injil hari inipun menekankan satu point penting dalam hidup dan dalam pelayanan Yesus. Yesus memanggil kedua belas rasul, dan kedua belas orang ini Yesus rencanakan dan persiapkan untuk nanti melanjutkan misi perutusanNya setelah kematian, kebangkitan dan kenaikanNya ke surga. Orang-orang yang Yesus panggil adalah orang-orang khusus dan terpilih. Namun mereka adalah orang-orang yang sederhana, dari masyarakat biasa; yang bekerja keras untuk kesinambungan kehidupan keluarga, mereka tekun mengurus keluarga, pokoknya mereka adalah manusia biasa. Paling tidak mereka adalah orang-orang sederhana tetapi mereka dipanngil secara khusus oleh Yesus. Tanpa disadari oleh sikap penyerahan yang total kepada kehendak Allah, hidup merekapun mengalami perubahan.

Saudara-saudariku, apa pengaruhnya bacaan-bacaan ini untuk hidup dan kehidupan kita? Apakah kita bisa melihat dan menemukan perubahan yang terjadi dalam kehidupan ini sehubungan dengan panggilan kita masing-masing? Kalau kita bisa menemukan salah satu dari ayat-ayat kitab suci hari ini, maka kita akan memperoleh kekuatan dari Yesus yang telah memanggil kita untuk mengadakan pembaharuan dalam kehidupan ini. Kalau kita peka mendengarkan suaraNya, maka sabdanya dan hukumnya akan terlukis dan tertulis dalam hati kita masing-masing. Dengan demikian kita percaya bahwa kita sungguh-sungguh akan selalu mendapat pengampuan atas segala kesalahan dan dosa-dosa kita karena kita percaya bahwa kita dicintaiNya. Kita akan lebih condong mendengarkan panggilan Tuhan, yang telah memanggil kita untuk ikut ambil bagian dalam pemberitaan kabar gembira kepada sesama dan mampu memberi kesaksian Tuhan yang selalu hadir dan berjalan bersama kita, selalu melindungi kita apabila kita harus bertempur melawan godaan dan bujukan setan yang bisa menghancurkan hidup kita. Apabila kita kita terbuka kepada rahmat Tuhan, kita telah ikut ambil bagian dalam tugas membangun kerajaan Allah di dunia ini. Sungguh suatu kegembiraan apabila renungan ini menjadi suatu kenyataan dan bisa kita realisasikan dalam kehidupan kita setiap hari, dimana saja kita berada. Dengan demikian kita yang telah dipenuhi dengan kegembiraan dan sukacita ini akan bisa membawa perubahan kepada sesama dimana kita berada, bekerja, dan kemana kita diutus. Amin.

Translate ยป