Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Renungan Selasa Feb 10, 2015

Posted by admin on February 9, 2015
Posted in renungan 

Kita adalah orang-orang yang dipanggil, bukan karena kualitas perbuatan kita melainkan karena kasihNya kepada kita dalam Yesus Kristus. (lih. 2 Timotius 1:9). Kita dipanggil pertama-tama untuk percaya dan mengikuti Yesus Kristus, Sang Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.

Inilah pewartaan kabar gembira kepada kita, bahwa Yesus Kristus mengumpulkan kita ke dalam naunganNya sehingga kita akan aman selamanya dari pengaruh kekuasaan jahat, Berkat darah anak domba umat Israel di pimpin oleh Nabi Musa bisa keluar dari perbudakan di Mesir. Demikian juga kita berkat darah Anak Domba Allah dosa-dosa kita dihapuskan.

Sang Guru mengajarkan bahwa kehidupan orang Kristiani adalah kehidupan yang dijiwai oleh Roh Kudus. Hidup yang dijiwai oleh Roh Kudus adalah hidup yang memiliki sukacita karena telah dibebaskan oleh Yesus Kristus sendiri dan kegembiraan itu hendaknya dibagikan kepada yang lain melalui doa-doa pribadi, tindakan karitatif, sikap sehari-hari yang menyadari peran Roh Kudus yang menguatkan kita.

Masalahnya adalah dengan Orang-orang Farisi yang telah dididik secara rohani untuk memahami bahwa hanya seorang yang datang dari Allah saja yang akan dapat mengadakan mukjijat-mukjijat. Orang-orang Farisi juga telah menyaksikan mukjijat-mukjijat dan seluruh bukti-bukti bahwa Yesus itu memang benar-benar datang dari Allah. Akan tetapi karena mereka merasa iri hati dan cemburu kepada Yesus, orang-orang Farisi tidak dapat mengakui kebenaran yang telah mereka saksikan dalam diri Yesus. Mereka bukannya mengakui Yesus sebagai kebenaran melainkan menolak Yesus dan melakukan rasionalisasi bahwa Yesus membuat mukjijat-mukjijat itu karena kekuatan setan.

Yesus mengundang orang-orang Farisi untuk bertobat: meninggalkan ketidakjujuran dan sikap rasionalisasi. Dengan ketidakjujuran dan rasionalisasi, lama kelamaan kebenaran yang sudah nyata akan menjadi kabur. Kiranya sikap tidak mau mengakui kejujuran hati mereka dan sikap rasionalisasi mereka inilah yang juga melatarbelakangi kritikan tajam mereka terhadap Yesus dan murid-muridnya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa orang-orang Farisi yang datang dari Yerusalem pada umumnya menuduh orang-orang Galilea sebagai orang yang penghayatan keagamaannya tidak benar terutama juga dalam mengobservasi hukum-hukum kegamaan.

Jawaban Yesus yang keras dan dengan mengutip beberapa ayat Kitab Suci merupakan suatu ajakan agar orang-orang farisi sadar akan pentingnya pertobatan yakni bersikap yang benar: percaya pada pribadiNya sebagai utusan dari surga yang membawa keilahian di dunia ini. Namun rupanya pertobatan itu bukan perkara yang mudah. Hal ini bukan karena Allah Bapa tidak mau mengampuni, tetapi orang-orang Saduki dan Farisi tidak lagi bersedia untuk dipertobatkan.

Marilah kita menjadi seperti rasul-rasul pertama yang dipanggil Yesus: mengikuti Yesus sang kebenaran dengan kesetiaan hati tak terbagi sebagai ungkapan pertobatan kita. Bagaimana kita mampu membawakan kegembiraan rohani dan menampilkan wajah Kristus kepada orang banyak?

Markus 1:15

Posted by admin on February 8, 2015
Posted in renungan 

Pada hari ini dibacakan kisah mengenai perjalanan Yesus dan murid-muridnya di Genesaret di tepi barat daya danau Galilea. Di sekitar danau inilah Yesus mondar-mandir mewartakan datangnya Kerajaan Allah. Diceritakan juga bagaimana banyak orang begitu melihat Yesus datang berlabuh mereka mulai mengusung orang-orang sakit. Bahkan dikisahkan, kemana saja Yesus pergi, orang-orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada Yesus untuk diperkenankan hanya dengan menjamah jumbai jubahNya. Orang-orang sakit itu disembuhkan berkat penjamahan jubah Yesus.

Apa yang mendorong Yesus untuk memilih daerah sekitar danau Galilea ini sebagai medan pelayanan dan pewartaan mengenai kerajaan Allah, dengan sabdaNya yang terkenal, “Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.” (Mrk 1:15)?

Penduduk di sekitar danau Galilea atau lebih tepat dikatakan penduduk daerah utara termasuk Nazareth, sering dipandang oleh penduduk dari daerah selatan-Yudea dengan Yerusalem sebagai pusatnya-sebagai orang-orang yang penghayatan imannya kurang mendalam. Tuduhan ini semakin diperburuk dengan adanya pengaruh kebudayaan Yunani yang masuk ke daerah utara. Namun tanah daerah sekitar Galilea itu relatif lebih subur dibanding daerah selatan. Maka ada orang-orang dari Selatan datang ke utara untuk mencoba mencari kehidupan yang lebih baik.

Santo Yusuf seperti kita ketahui juga berasal dari daerah selatan, ketika ia bersama Bunda Maria harus mendaftarkan diri sebagai penduduk, kemudian Bunda Maria melahirkan Yesus di Bethlehem dalam perjalanan tersebut.

Kembali kepada pertanyaan apa yang membuat Yesus memilih daerah sekitar Galilea sebagai daerah pelayanan dan pewartaan? Kemungkinan besar Yesus sudah melihat bahwa orang-orang sekitar Galilea ini adalah orang-orang yang pikirannya terbuka dan maju dalam pendidikan dan juga bisnis perikanan. Orang-orang yang berpikiran terbuka dan berani maju menanggung resiko semacam inilah yang dibutuhkan Yesus untuk menjadi murid-muridNya dan medan untuk menerima pewartaan baru.

Reaksi orang-orang-seperti termuat dalam Injil Markus 1: 22, dan Markus 1:27-menjadi sangat terpesona dan tersentuh hati mereka kepada pribadi Yesus yang mengajarkan pembaharuan sikap hidup menghadapi datangnya Kerajaan Allah. Sikap yang paling tepat untuk menanggapi perjumpaan dengan pribadi Yesus adalah bertobat yakni yang artinya percaya kepada Yesus.

Perayaan Ekaristi adalah perayaan dimana kita bisa berjumpa dengan Yesus. Sikap tersentuh hati kepada pribadi Yesus dalam perayaan Ekaristi perlu ditumbuhkan dalam hati kita. Perayaan Ekaristi merupakan perayaan iman kepercayaan kita, dimana kita bisa mengungkapkan pertobatan kita. Perayaan Ekaristi juga menopang kesehatan jiwa raga kita dan bahkan tidak sedikit orang yang mengalami penyembuhan atas penyakit-penyakit mereka karena tersentuh hati mereka kepada Yesus Kristus dalam Sakramen Ekaristi.

Hati-Nya tergerak oleh belas kasihan

Posted by admin on February 7, 2015
Posted in renungan 

 

Mark 6:30-34

Injil hari ini berkisah tentang kembalinya Keduabelas Rasul dari tempat-tempat misi mereka di wilayah Galilea dan sekitarnya. Misi mereka ialah membawa Injil yang artinya kabar gembira kerajaan Allah untuk dihadirkan di tempat di mana mereka diutus. Injil ini dibawa dalam wajah, pikiran, hati dan tindakan-tindakan para rasul untuk dibagikan lewat kotbah dan penyembuhan orang sakit. Kehadiran para rasul untuk menghadirkan wajah dan keteladanan Yesus sendiri yang mengutus mereka. Yesus sendiri adalah realitas Ilahi keselamatan itu sendiri. Dalam diri Yesus Allah hadir dan kehadiran-Nya selalu menyembuhkan, menggembirakan, membawa harapan – membebaskan. Pertama-tama kuasa keselamatan itu dianugerahkan dalam diri para rasul terpilih, dan melalui mereka realitas keselamatan ini menyebar dan meluas melalui hidup dan pewartaan mereka.

Setelah keduabelasan kembali dari tempat-tempat pewartaan, mereka bertemu lagi. Mereka sudah diutus berdua-dua, bercerai sebentar, sekarang mereka berkumpul kembali dengan Guru mereka. Perkumpulan mereka selalu berarti hadir bersama-sama dengan Yesus. Mereka pergi ke tempat-tempat di mana mereka sudah diutus, tapi mereka ingat bahwa harus kembali dan melaporkan kondisi misi yang mereka alami. Mereka menceritakan bagaimana kuasa Ilahi Yesus yang diturunkan dalam diri mereka menghasilkan iman dan buah-buah rohani dalam diri umat yang mereka layani. Tentunya mereka menceritakan Yesus kepada umat yang mendengarkan dan menerima ajaran mereka. Penginjil Markus menulis bahwa para rasul menceritakan “semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.”

Setelah saling mendengarkan kisah misioner mereka satu sama lain, Yesus lalu memberi mereka kesempatan untuk beristirahat. Mereka sudah berjalan kaki pergi-pulang dari lahan misi. Tentunya mereka capek. Tetapi orang banyak masih mengikuti mereka. Bahkan waktu untuk makan pun tidak ada. Yesus memahami kondisi mereka. Dengan perahu Yesus membawa mereka keluar dari keramaian. Mereka menyeberangi danau Galilea, ke suatu tempat yang sunyi.

Kelihatannya mereka ingin menghindar dari keramaian. Namun semakin menjauh, mereka semakin dicari. Nama Yesus sudah makin dikenal. Jumlah orang yang tertarik dengan Yesus makin bertambah. Mereka mencoba mengambil jalan laut. Pada saat yang sama orang-orang mengikuti mereka dengan mengambil jalan darat. Mereka akhirnya bertemu lagi dengan Yesus dan murid-murid-Nya. Yesus keluar dari kapal, mengangkat mata-Nya, dan melihat betapa banyaknya orang mengikuti mereka. Ketika itu, “hati-Nya tergerak oleh belas kasihan” karena orang-orang yang mencari Dia seperti domba-domba tanpa gembala.

Refleksi:

Pertama, kembalinya para rasul kepada Yesus dari tugas misi merefleksikan bahwa Kerajaan Allah yang menjadi pusat pewartaan Yesus mempunyai asal dan tujuan dalam diri-Nya sendiri.

Kedua, banyak orang terus mencari Yesus, dan mereka berhenti ketika menemukan-Nya. Misi adalah pencarian terus-menerus jiwa-jiwa tanpa gembala untuk mengalami kedekatan dengan gembala itu sendiri. Tugas seorang murid adalah mendekatkan Sang Gembala dengan domba-domba-Nya. Pendekatan misi dalam dunia dewasa ini bisa berubah – seperti melalui dialog – tapi tujuan utamanya tetap sama, yaitu menyelamatkan jiwa-jiwa.

Ketiga, Yesus bermaksud membawa para murid ke tempat sunyi untuk istirahat sejenak setelah menuntaskan suatu pekerjaan. Rencana mulia ini “diganggu” oleh kehadiran orang-orang yang mengikuti mereka. Tetapi Yesus tidak menyuruh mereka pergi tapi Ia menunjukkan kemurahan hati-Nya dengan mengajar. Banyak hal yang diajarkan. Ini berarti bahwa ajaran-Nya selalu

Tampilnya Yesus dan Kematian Yohanes

Posted by admin on February 6, 2015
Posted in renungan 

 

Injil hari ini berkisah Yesus di mata Herodes dan akhir hidup Yohanes pembaptis.

Pada saat itu nama Yesus semakin dikenal oleh orang banyak oleh karena pewartaan dan perbuatan-perbuatan luar biasa yang dilakukan-Nya, seperti penyebuhan orang sakit dll., yang menarik bagi-Nya banyak pengikut. Berita ini sampai juga ke telinga Herodes yang saat itu menjadi penguasa wilayah Galilea dan Perea. Di wilayah Galilea Yesus memulai pelayanan-Nya dan paling banyak berkarya di sini. Herodes yang dimaksud adalah Antipas – salah satu putra Herodes Agung – yang hidup antara 6AD-39AD. Kehadiran Yesus ini mengingatkan dia akan pendahulunya yang juga dikagumi oleh Antipas yang menganggapnya orang kudus dan karena pengajarannya, yakni Yohanes pembaptis.

Kematian Yohanes pembaptis berkaitan dengan Herodias, isteri Philipus (Herodes Philip I). Antipas mengambil Herodias menjadi isterinya setelah menceraikan isteri pertamanya, Phasaelis. Yohanes pembaptis mengutuk tindakan ini dengan mengatakan tidak halal karena melawan hukum Taurat: You shall not have intercourse with your brother’s wife; that would be a disgrace to your brother (Im 18:16). Akibatnya Yohanes ditangkap dan dipenjarakan.

Pada saat ulang tahun Antipas, Salome, putri Herodias dari suaminya Philipus menari untuk menghibur para tamu. Karena menarik perhatian orang-orang yang hadir, Antipas menawarkan kepada Salome apapun yang dimintanya akan ia berikan. Herodias yang sudah menaruh dendam terhadap Yohanes pembaptis meminta anaknya menuntut segera kepala Yohanes di atas sebuah piring. Yohanes dieksekusi mati di dalam penjara! Injil berkisah, Antipas memilih eksekusi mati karena ia tidak mau mengingkari janjinya dan kehilangan muka di hadapan undangan yang hadir saat itu.

Catatan:* Pertama, kemartiran Yohanes menjadi prefigurasi bagi kematian Yesus. Kedua, kebencian Herodias terhadap Yohanes disejajarkan dengan kebencian orang-orang Yahudi dan para pemimpinnya kepada Yesus. Ketiga, Herodes bertanggung jawab atas kematian yang tidak adil terhadap Yohanes. Yesus akhirnya juga dijatuhi hukuman mati oleh Pilatus karena kelicikan dan konspirasinya dengan para pemimpin Yahudi.

Misi ke-12 Rasul

Posted by admin on February 4, 2015
Posted in renungan 

stdas0410

Mark 6:7-13

Setelah kisah penolakan dan respons Yesus bahwa tiada nabi dihormati di tempat asal, di antara anggota keluarga, dan di dalam rumahnya sendiri, Penginjil Markus hari ini berkisah tentang persiapan dan perutusan ke-12 Rasul Yesus Kristus.

Bagaimana Yesus mempersiapkan dan mengutus mereka?

Pertama-tama Yesus memilih mereka untuk mengikuti Dia, mendidik dan membentuk kepribadian keduabelasan melalui pengajaran dan kuasa Ilahi-Nya. Dengan persiapan seperti ini Yesus lalu menetapkan mereka untuk menjadi pernjala manusia.

Kedua, Yesus lalu menurunkan otoritas yang dimiliki-Nya atas mereka agar para murid itu juga mampu mengajarkan kebenaran Injil dan mengusir kekuatan-kekuatan jahat seperti yang Yesus sendiri lakukan. Formasi kemuridan dan perutusan ini sesungguhnya merupakan pelaksanaan dan perluasan kuasa Allah sendiri di bawah bimbingan Roh Kudus yang bekerja dalam diri para rasul.

Ketiga, Yesus mengutus mereka berdua-dua agar bisa berkomunikasi, saling menjaga, mengingatkan dan melindungi. Go forth, pergilah, Aku mengutus kamu (Luk 10:3). Artinya Yesus adalah pengutus para rasul untuk menyebarkan jala, kabar baik kepada orang-orang dan kampung-kampung yang mereka kunjungi. Yesus sendiri menyertai para murid dalam Roh Kudus. Yesus sendiri diutus oleh Bapa ke dalam dunia. Para rasul berpartisipasi dalam misi agung ini membangun kerajaan Allah.

Keempat, Yesus mengijinkan mereka pergi ke medan misi tanpa membawa apa-apa seperti makanan, tas, dan uang. Yesus mau mengingatkan mereka bahwa tanpa uang Tuhan menyelamatkan (Yes 52:3). Hanya tongkat di tangan dan sandal pada kaki mereka akan dikenal sebagai murid-murid Tuhan yang datang membawa kabar gembira.* Untuk melaksanakan semuanya ini mereka bersandar hanya pada kuasa Allah.

Kelima, Yesus menginstruksikan mereka untuk tinggal sebagai tamu di satu rumah daripada berpindah-pindah rumah untuk mencegah skandal dan cari untung bagi diri sendiri.

Keenam, kebas debu dari kaki sebagai peringatan keras terhadap mereka yang menolak tawaran keselamatan Allah yang sedang diwartakan para rasul.

Ketujuh, di medan misi, para rasul sukses melaksanakan perutusan pelayanan Kristus dengan mengusir setan-setan dari dalam diri orang-orang yang mereka melayani, mengobati orang sakit dengan minyak* dan mereka disembuhkan oleh karena kuasa Ilahi.

 

 

*Yes 52:7: Alangkah indahnya langkah kaki di atas bukit-bukit dia yang sedang membawa kabar baik ….

*Dalam masyarakat kuno minyak dipakai untuk mengobati orang sakit. Dalam kisah tentang orang samaria yang melihat seorang korban jatuh dan menderita di tengah jalan karena dihabok para bandit, dia turun dari keledai, mendekatinya, membersihkan luka-lukanya dengan alkohol (anggur), mengolesi dengan minyak dan membalutnya, lalu membawa korban hampir mati itu ke rumah sakit (Lk 10:34).

Translate »