
Perayaan ini mengisahkan kepada kita momentum berahmat di mana Allah dalam diri Putra-Nya berbagi kasih keselamatan dengan kita manusia yang hina dina ini. Allah mau menjadi sama seperti kita dan tinggal di antara kita. Allah mengambil rupa dan daging manusia, berinkarnasi menjadi Yesus, Putra Allah dan Putra Maria.
Dalam Lukas pasal 1, dikisahkan bahwa Allah mengutus malaikat-Nya bernama Gabriel kepada seorang perawan bernama Maria dari Nazaret. Maria sendiri sudah punya tunangan bernama Yosef, dari keturunan raja Daud.
Menurut sebuah tradisi zaman para Rasul, peristiwa agung Inkarnasi terjadi pada tengah malam ketika Perawan Maria sedang sendirian dan larut dalam doa yang intens. Ketika itu malaikat agung Gabriel datang dan memperkenalkan diri padanya sebagai utusan Allah.
“Salam, engkau yang terberkati! Tuhan bersamamu.” Kata-kata ini menjadi awal sebuah perjumpaan. Salam, Hello, Hi, Greetings biasanya membuka sebuah percakapan atau perkenalan satu sama lain. Perkenalan ini amat istimewa karena terjadi atas inisiatif Allah sendiri yang mengasihi dan peduli dengan manusia.
Reaksi awal Maria terhadap salam dari malaikat adalah rasa terkejut dan takut. Sesuatu yang tidak biasa terjadi dalam dirinya. Maka Maria merenungkan apa arti salam itu. Reaksi ini dibalas oleh malaikat agar Maria jangan merasa takut karena Allah sendiri yang memilihnya untuk menerima kabar gembira ini.
Percakapan malaikat dan Maria secara mendasar berbeda dengan Eva yang digodai si jahat di taman Eden dalam Kejadian pasal 3. Ular sebagai simbol kegelapan menawarkan racun kematian melalui buah terlarang untuk membangun permusuhan dengan Allah. Akan tetapi Maria memutuskan permusuhan itu dengan bersedia menerima tawaran keselamatan Allah melalui ketatan dan kepercayaan penuh untuk menjadi Bunda Tuhan.
Inilah isi warta kabar gembira oleh malaikat kepada Maria:
“Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”
Reaksi terhadap inti dari pesan yang sampaikan malaikat ini membuat Maria semakin bertanya. Bagaimana ia bisa mengandung seorang anak tanpa seorang suami? Sesuatu yang tidak mungkin pernah terjadi. Kerendahan hati dan ketaatan Maria sungguh-sungguh ditantang oleh malaikat Gabriel.
Tetapi apa kata malaikat itu?
“Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu disebut kudus, Anak Allah.”
Kuasa Roh Kudus akan bekerja dalam rahim kasih perawan Maria untuk bisa mengandung dan melahirkan seorang bayi yang akan diberi nama seturut apa yang dikatakan malaikat itu sendiri, yakni Yesus, artinya Sang Penebus. Karena dari Roh Kudus, maka Dia adalah Anak Allah. Dalam rahim tak bernoda itu terjadilah peristiwa inkarnasi. Allah mengambil daging dan rupa manusia. Kehidupan-Nya sebagai Putra Allah di dalam dunia dimulai dalam rahim seorang gadis Nazaret. Seorang Perawan menjadi Bunda Allah atas kehendak Ilahi sendiri. Dengan ini Maria menyerukan kegembiraannya:
“Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Inilah fiat, pujian mulia dari Bunda Perawan. Maria mengapresiasi dengan sungguh pilihan Allah atas dirinya dengan rasa takjub, hormat dan penuh kerendahan hati. Ada kecemasan dan keraguan tetapi Tuhan menguatkan hatinya bahwa segala sesuatu itu mungkin bagi Allah.
Selamat merayakan pesta Sabda Allah menjadi Manusia dan tinggal di antara kita – Emanuel!
Ilustrasi: Paolo de Matteis, 1712