Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Kelahiran memberanikan kita untuk menghadapi kematian

Posted by admin on December 25, 2015
Posted in renungan 

Sabtu, 26 Desember 2015, Mat 10: 17-22

 

Kegembiraan dan sukacita natal bergema di seluruh dunia karena Yesus, Sang Juru Selamat datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Ia hadir dalam sejarah hidup manusia dan kelahiranNya disambut oleh para gembala dan kaum miskin papa. Allah menjadi manusia untuk menebus kita dari dosa dan kematian kekal. Ia menjadikan kita, anak-anak Allah. Melalui sengsara, salib dan kebangkitanNya, Yesus Kristus menunjukkan cintaNya kepada Bapa dan umat manusia. Kelahiran dan KebangkitanNya menjadi jalan keselamatan bagi dunia.

Oleh karena itu tidak mengherankan, apabila Gereja mengundangkan kita untuk merenungkan arti kematian dan kemartiran St. Stefanus, sehari setelah Hari Raya Natal. Gereja mengajak kita untuk memiliki keberanian menjadi saksi (martir) yang mewartakan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Apa yang dapat kita renungkan dalam pesta kemartiran St. Stefanus ini? Pertama, kita diundang untuk mengimani Emmanuel (Allah beserta kita) dalam kehidupan kita sehari-hari. Kalau kita sekarang mungkin mengalami kegembiraan dan sukacita, suatu saat kita pun hendaknya siap sedia menerima kesulitan dan penderitaan. Karena Kristus yang kita imani, tidak pernah meninggalkan kita. Kedua, Kemartiran St. Stefanus mengajak kita berani memilih dan melaksanakan kehendak Allah, bukan mengikuti apa yang menjadi kesenangan dan pemikiran kita. Kamartiran jaman sekarang dapat diwujudkan dalam ketekunan dalam bekerja dan belajar, ketulusan dalam melayani, dan keberanian untuk mengampuni. St.Stefanus, doakanlah kami.

Natal (Emanuel) : Allah menyertai kita senantiasa.

Posted by admin on December 24, 2015
Posted in renungan 

Jumat, 25 Desember 2015, HARI RAYA NATAL, Luk 2:1-14

 

Setiap tahun, kisah kelahiran Yesus diambil dari injil Lukas. Memang Lukas menceritakan kisah kelahiran Yesus secara lebih lengkap dengan memberi keterangan latar belakang sejarah. Dan juga kisah kelahiran Yesus digambarkan begitu hidup sehingga para pendengar terbawa suasana yang menyentuh hati (Bayi Yesus dibungkus lampin, dibaringkan di palungan, suasana malam). Situasi demikian menggambarkan situasi yang terbatas (untuk mengatakan tidak umum, tidak semestinya seorang bayi lahir di tempat yang rawan bahaya). Itulah gambaran kelahiran Yesus. Kisah kelahiran Yesus ini tentu bukan bermaksud menyampaikan suasana yang syahdu, penuh haru belaka, melainkan menyampaikan bukti bahwa Allah sudi mengalami situasi keterbatasan, kekurangan, kesulitan seperti yang dapat dialami oleh setiap orang. Itulah yang hendak diwartakan dalam Perayaan Natal.

Natal menjadi perayaan liturgi tiap tahun. Bahkan terkesan sangat meriah dibanding perayaan Paskah. Berbagai atribut natal mulai semarak diberbagai tempat. Bacaan kitab suci mengajak kita untuk melihat makna natal secara lebih mendalam. Natal menjadi bukti bahwa Allah solider dengan perjuangan, pederitaan dan kesedihan umat manusia. Untuk itulah natal menjadi saat untuk memperbaharui diri, berani menghadapi tantangan, penderitaan, kesulitan dan juga mendorong kita untuk mau memberi harapan, peneguhan, terlibat bersama saudara kita yang mengalami penderitaan, kesulitan, keterbatasan.

Pertama, natal menjadi bukti Allah peduli akan penderitaan dan kesulitan kita. Allah hadir dalam keseharian kita. Salah satu reaksi, ketika kita menghadapi kesulitan dan penderitaan adalah munculnya rasa takut. Ketakutan merupakan kondisi diri yang tidak bebas, tercekam, terancam. Ketakutan dapat muncul karena peristiwa di masa lalu atau karena ketidakpastian di masa yang akan datang. Kalau demikian ketakutan itu sebenarnya tidak nyata ada ”di sini” dan ”saat ini”. Ketakutan akan masa lampau membuat seseorang ragu-ragu akan kemampuan dirinya. Ketakutan akan masa lampau menjadikan seseorang menutup diri dan tidak mau belajar dari pengalaman. Sedangkan ketakutan di masa akan datang membuat seseorang ragu-ragu akan belas kasih dan rahmat Allah (penyelenggaraan ilahi). Percaya akan penyelenggaraan ilahi sebenarnya menjadi daya untuk berani menghadapi tantangan dan kesulitan dalam hidup kita karena Allah beserta kita. ”Jangan takut” itulah pesan natal. Kedua, natal menjadi bukti Allah senantiasa menyertai kita, menjadi sahabat kita. Oleh karena itu kita pun diutus mewartakan damai natal yaitu menjadi sahabat bagi orang yang ditinggalkan, disingkirkan, dan ditelantarkan. Natal menjadi perayaan cinta kasih. Makna natal bukan hanya soal dekorasi altar dan halaman gereja, tapi perubahan sikap hidup. Amin

Keheningan membuahkan kegembiraan dan sukacita

Posted by admin on December 23, 2015
Posted in renungan 

Kamis, 24 Desember 2015, Luk 1:67-79

 

Keheningan seringkali menjadi sesuatu yang sangat sulit dilakukan. Kita dapat menjumpai diberbagai tempat, orang begitu sibuk dengan berbagai macam kesibukan. Kita pun dengan mudah menjumpai bagaimana kebanyakan orang mengisi waktu dengan memainkan smart-phone mereka. Kadang memang kita seringkali menghindari dan melarikan diri dari keheningan dan kesendirian. Padahal dalam keheningan, kita mampu menyadari kehadiran Tuhan dan mampu melihat peristiwa dan pengalaman hidup secara lebih bijaksana. Itulah yang dialami oleh Zakaria. Ia dipenuhi Roh Kudus dan menyanyikan kidung atas karya keselamatan Allah melalui kelahiran Sang Masias. Zakaria selalu berdoa dan berjaga di bait Allah, artinya dia membiasakan hidup dalam keheningan. Zakaria percaya akan janji Tuhan yang terpenuhi melalui kehadiran Mesias yang dinantikan bangsa Israel (2 Sam 7:16). Raja Damai yang membawa kedamaian, keadilan dan harapan kepada umat manusia. Dalam keheningan malam, Sang Raja Damai, Sang Mesias juga menghadirkan sukacita, kedamaian dan harapan. Dalam keheningan batin, marilah kita merenungkan misteri inkarnasi, Allah menjadi manusia. Allah sangat mencintai kita dan memberikan PuteraNya untuk hadir ditengah-tengah kita dan menebus dosa-dosa kita dengan wafat dan kebangkitanNya. Selamat memasuki keheningan malam natal, menyambut Yesus, Sang Juru Selamat. Tuhan, beranikanlah kami memasuki dan mengalami keheningan untuk memasuki misteri inkarnasi, Emmanuel, Allah beserta kita. Ya Allah, sucikanlah hati kami untuk menjadi palungan bagi Yesus, PuteraMu. Amin

Ketaatan menjadi sumber kegembiraan

Posted by admin on December 22, 2015
Posted in renungan 

Rabu, 23 Desember 2015, Luk 1: 57-66

 

Sebagai imam kongregasi misi (CM), saya berjanji untuk taat mengemban tugas dimana pun saya diutus. Kaul ketaatan adalah salah satu sarana untuk semakin mencintai Kristus dan umat Allah (Gereja). Ketaatan memberanikan diri saya untuk senantiasa berusaha menjawab panggilanNya. Selama masa adven ini, kita belajar dari tokoh-tokoh yang mengajarkan ketaatan. Yesus sendiri taat melaksanakan kehendak BapaNya dengan menjadi manusia dan mengalami penderitaan salib dan kebangkitan untuk menyelamatkan manusia. Bunda Maria taat kepada kehendak Allah, untuk menjadi Bunda Yesus, meski harus mengalami berbagai macam kesulitan dan ketakutan. Zakaria dan Elisabet pun taat dan setia kepada Allah sampai pada akhirnya Allah memberikan seorang anak (Yohanes Pembaptis) kepada pasutri yang sudah lanjut usia ini. Tokoh Yohanes Pembaptis menjadi salah satu tokoh yang kita renungkan selama masa advent.

Bacaan Injil hari ini mengisahkan kelahiran Yohanes Pembaptis yang membawa kegembiraan dan sukacita. Sikap taat dan beriman dari Zakaria dan Elisabet membuahkan harapan, sukacita dan kegembiraan. Ketaatan kepada kehendak Allah menjadi sumber suka cita dan kegembiraan. Ketaatan Bunda Maria dan St. Yosef membuahkan keselamatan bagi dunia. Ketaatan menjadi sangat indah apabila kita melakukan dan menghayatinya dengan penuh sukacita dan ketulusan. Marilah kita senantiasa tekun untuk memilih dan melaksanakan kehendak Allah dalam perkara kecil dan sepele.

Maria Bunda Gereja

Posted by admin on December 22, 2015
Posted in Podcast 

virgin_mary

Translate »