Sabtu, 26 Desember 2015, Mat 10: 17-22
Kegembiraan dan sukacita natal bergema di seluruh dunia karena Yesus, Sang Juru Selamat datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Ia hadir dalam sejarah hidup manusia dan kelahiranNya disambut oleh para gembala dan kaum miskin papa. Allah menjadi manusia untuk menebus kita dari dosa dan kematian kekal. Ia menjadikan kita, anak-anak Allah. Melalui sengsara, salib dan kebangkitanNya, Yesus Kristus menunjukkan cintaNya kepada Bapa dan umat manusia. Kelahiran dan KebangkitanNya menjadi jalan keselamatan bagi dunia.
Oleh karena itu tidak mengherankan, apabila Gereja mengundangkan kita untuk merenungkan arti kematian dan kemartiran St. Stefanus, sehari setelah Hari Raya Natal. Gereja mengajak kita untuk memiliki keberanian menjadi saksi (martir) yang mewartakan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Apa yang dapat kita renungkan dalam pesta kemartiran St. Stefanus ini? Pertama, kita diundang untuk mengimani Emmanuel (Allah beserta kita) dalam kehidupan kita sehari-hari. Kalau kita sekarang mungkin mengalami kegembiraan dan sukacita, suatu saat kita pun hendaknya siap sedia menerima kesulitan dan penderitaan. Karena Kristus yang kita imani, tidak pernah meninggalkan kita. Kedua, Kemartiran St. Stefanus mengajak kita berani memilih dan melaksanakan kehendak Allah, bukan mengikuti apa yang menjadi kesenangan dan pemikiran kita. Kamartiran jaman sekarang dapat diwujudkan dalam ketekunan dalam bekerja dan belajar, ketulusan dalam melayani, dan keberanian untuk mengampuni. St.Stefanus, doakanlah kami.
