Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Rabu dalam Pekan Suci, 28 Maret 2018

Posted by admin on March 29, 2018
Posted in renungan 

Rabu dalam Pekan Suci, 28 Maret 2018

Bacaan: Yesaya 50:4-9a; Matius 26:14-26

“Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus”. Hari ini menjadi hari yang sibuk bagi Yudas Iskariot karena dia baru saja menjual Gurunya dan ia harus menunjukkan Yesus kepada mereka yang akan menangkapNya. Hati Yudas sudah beralih dari Sang Guru kepada uang, bahkan dengan berani ia menjual Gurunya untuk ditangkap. Sekarang ia seolah berperan sebagai mata-mata musuh untuk memberitahu kapan dan di mana Yesus akan ditangkap. Perbuatan Yudas ini terjadi persis sebelum Yesus mengadakan Perjamuan Malam Terakhir bersama pada rasulNya. Oleh sebab itu Yudas juga masih ikut perjamuan itu walaupun tidak selesai, karena dia segera pergi untuk memberitahukan kepada mereka yang akan menangkap Yesus.

Yesus melihat perbuatan dan kegelisahan Yudas itu, maka Yesus mengingatkan dia. Yudas sudah dikuasai pengaruh jahat dan dia tidak berusaha mendengarkan Sang Guru, maka ia hanyut di dalam pengaruh jahat itu. Dalam hal inilah kita disadarkan bahwa betapa kuatnya pengaruh jahat yang selalu ingin menjauhkan kita dari Tuhan dan bahkan membuat kita menyangkal Tuhan. Realita inilah yang sedang melanda dunia kita, banyak orang mulai tidak percaya lagi kepada Tuhan, iman mulai menjadi redup. Namun apakah Tuhan tinggal diam saja dan tidak berbuat sesuatu. Seperti terhadap Yudas, Tuhan mengingatkan dan menunjukkan akibat jika ia meneruskan perbuatan jahatnya itu. Namun Yudas tidak berusaha untuk keluar dari pengaruh jahat itu, ia terbuai dan terlena oleh kenikmatan duniawi. Begitulah yang juga terjadi di dalam kehidupan kita sekarang ini. Tuhan selalu hadir dan mengingatkan kita semua melalui GerejaNya.

Bersama Yesus yang memasuki masa pergolakan beratNya, mari kita juga mengiringinya. Semuanya ini juga demi diri kita sendiri yang masih terus memerlukan kekuatan dan Rahmat Tuhan. Dengan masuk pada Misteri Agung Paskah ini, kita sungguh peduli dengan diri kita sendiri, keselamatan kita, apalagi untuk itu semua Tuhan Yesus sudah memberikan diriNya sampai wafat di salib. Kita buka hati kita, kita sadari begitu indah dan mengagumkannya iman kita yang membuat kita berani menghadapi tantangan dunia yang berusaha menjauhkan kita dari Tuhan. Walaupun secara manusiawi kita lemah, namun kita mempunyai kekuatan ilahi yang beraal dari Roh Allah sendiri. Jangan takut berjuang.

Berkat Tuhan.

Selasa Pekan Biasa XXX, 31 Oktober 2017

Posted by admin on March 29, 2018
Posted in renungan 

Selasa Pekan Biasa XXX, 31 Oktober 2017

Bacaan: Roma 8:18-25; Lukas 13: 18-21

Yesus menghadirkan Kerajaan Allah di dalam pengajaranNya, yang diumpamakan dengan biji sesawi dan ragi. Baik biji sesawi dan ragi itu kecil namun biji yang kecil akan berkembang menjadi tumbuhan besar dan ragi yang sedikit akan mempengaruhi seluruh adonan. Inilah realita Kerajaan Allah yang awalnya hadir kecil dan sederhana akan menjadi besar dan membawa keselamatan bagi semua manusia yang menerimanya. Kerajaan Allah itu berarti Allah yang meraja dan itu nyata di dalam diri Tuhan Yesus Kristus sendiri. Sehingga jelaslah Kerajaan Allah itu adalah Yesus Sang Penyelamatan manusia.

Kehadiran Yesus di tengah kita untuk memberikan kehidupan baru dan keselamatan. Jika kita membuka hati bagi kehadiran Yesus di dalam diri kita, itu berarti kita membiarkan biji sesawi itu tumbuh dan ragi itu memenuhi diri kita. Keselamatan akan terjadi ketika kita membuka hati dan membiarkan Kerajaan Allah itu hadir dan merajai diri kita. Mulainya dari kecil dan sederhana, namun akan terus berkembang sehingga akan menjadi besar dan menyatu dalam diri kita. Perlahan namun pasti, itulah kehadiran Kerajaan Allah di dalam hidup kita dan Kerajaan Allah terus akan berkembang ke seluruh dunia sehingga semuanya mengalami keselamatan.

Keterbukaan hati kita untuk menerima kehadiran Kerajaan Allah ikut menentukan keselamatan bagi diri kita. Keselamatan adalah pengharapan kita semua, jika kita sungguh menyadarinya. Karena di jaman ini, tidak semua orang masih perduli dengan keselamatan dirinya apalagi orang lain. Santo Paulus mengatakan bahwa pengharapan itu disertai dengan perjuangan yang terkadang terasa berat. Oleh sebab itulah kita semua disadarkan bahwa menerima keselamatan berarti menerima Kerajaan Allah, yakni Tuhan Yesus. Dengan menjadi pengikuti Yesus, kita sudah menerima Keselamatan itu. Namun demikian benih itu masih terus bertumbuh dan akan semakin besar jika kita memeliharanya dengan baik. Inilah perjuangan kita sekarang ini, yakni menjaga iman dan kesetiaan kita kepada Tuhan Yesus, Sang Penyelamat. Teruslah berjuang dengan semangat dan setia.

Berkat Tuhan.

Kamis Putih

Posted by admin on March 29, 2018
Posted in renungan 

Image result for HOly thursday

Memaknai ulang spiritualitas pelayan

Renungan Kamis Putih

By Antonius Galih Arga Pr

Pengajar Kitab Suci Perjanjian Baru – Pontifical Faculty of Theology, Yogyakarta

 

Dunia kita sekarang ditandai dengan kesadaran baru kalau “good service” is “good money”. Industri pariwisata disebut sebagai “new gold income” karena pendapatan orang meningkat drastis karena service yang diberikan baik. Semakin orang diberi service baik, semakin o rang mau membayar mahal. Bahkan seorang pekerja Gojek juga memberi service yang memuaskan pada pelanggannya di Yogya. Saya diberi penutup muka agar tidak menghirup polusi, sesudah turun dari boncengan, dia masih memberi saya tisu basah untuk mengelap keringan dan wajah. “Jangan lupa beri 5 star ya Pak untuk review!” Tak bisa dipungkiri hidup kita sekarang tergantung dari review online dan servise yang diberikan. Pasti kita akan membaca review dulu sebelum membeli barang online dan berfikir ulang saat service yang diberikkan tidak baik.

 

Bacaan Injil hari ini menawarkan semangat pelayanan yang lebih mendasar dari sekedar service yang baik untuk orang lain. Setelah selesai membasuh kaki para rasul, Yesus berkata, “Kamu menyebut aku itu guru dan Tuhan, dan katamu itu tepatse bab memang Akulah gurudan Tuhan” Yesus menekankan bahwa Dia adalah Tuhan dan guru, dua gelar Tuhan dan Guru disatukan dalam teks ini. Kita memahami guru adalah orang yang memberi pengetahuan, mengajari anak-anak kepandaian, dan terlebih orang yang membawa kita pada pengetahuan baru. Unsur yang ditekankan disini adalah Tuhan sebagai guru, pengajar dan memberi suatu ajaran baru.

 

Dia meneruskan, “Jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu.” Kalimat ini punya makna sesuatu hal yang tidak wajar dilakukan oleh seorang guru. Sebuah anomali tindakan yang tidak bisa dilakukan, tidak umum dan bukan hal yang wajar. Ada  pemaknaan status orang yang terhormat dari kata “Guru dan Tuhan” tapi melakukan hal yang biasa dilakukan oleh orang upahan. Dalam tradisi Yahudi, tuan rumah akan mengupah orang-orang bawahannya untuk membasuh kaki dan tangan para tamu yang datang ke rumahnya. Yesus disini lebih dari seorang tuan rumah, dia adalah Guru dan Tuhan. Gambarkanlah kekontrasan itu dalam konteks kita sekarang seorang pejabat yang ikut membersihkan sampah. Bukan dalam konteks seremoni, tapi tindakah lumrah dan harian. Bukan agar dapat review baik di instragram atau agar mendapat jempol banyak! Tapi sungguh tulus dan kehendak ingin melakukan hal itu.

Sesudahnya Yesus berkata, “Maka kamu pun wajib saling membasuh kaki sebab aku telah memberikan suatu teladan kepadamu.” Yohanes menakankan bahwa membasuh kaki orang lain adalah “obligatory,” sebuah kewajiban dan keharusan yang harus dilakukan orang seorang murid. Perintah Yesus ini bukan hanya suatu contoh yang bersifat mana suka. Boleh dilakukan, tidak juga tak apa! Semangat pelayanan adalah sebuah bagian tak terpisahkan dari kemuridan. Kalau pelayanan itu tak ada, kemuridan Kristiani kehilangan maknanya. Identitas kemuridan salah satunya ada dalam tindakan pelayanan dalam usaha membasuh kaki orang lain.

Ada kata yang menarik yaitu “saling membasuh”. Artinya, semangat itu harus ada dalam diri setiap orang yang kita layani juga. Tidak hanya kita yang menjadi murid. Pelayanan yang kita berikan pada orang tujuannya tidak hanya per se melayani tapi membuat orang yang kita layani juga mau menjadi pelayan bagi orang lain. Inilah semangat baru yang ditawarkan oleh Injil Yohanes hari ini. Kita perlu bertanya pada diri sendiri, “Apakah pelayanan selama ini juga membuat orang yang kita layani mau jadi pelayan juga?”  Apakah orang yang kita layani juga punya jiwa berbagi?  Kalau hal itu belum terjadi, berarti kita belum melaksanakan perintah “saling membasuh.”

Bagian akhir dari Injil hari ini berkata, “supaya kami juga berbuat seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” Kehendak orang memberi service dalam Yohanes didasarkan karena kita sendiri telah dibasuh kaki kita oleh Yesus sendiri. Spiritualitas seorang murid yang melayani hidup dari pengalaman kalau dia sudah disentuh dan mengalami Yesus yang telah membasuh jiwanya secara pribadi. Kehendak untuk melayani bukan pertama-tama karena ada unsur review atau balasan. Tapi karena pertama, kita sendiri sudah merasakan Yesus  yang mengasihi kita lebih dahulu.

Biarlah rantai pelayanan ini bertumbuh dalam hidup kita dan orang-orang yang kita layani. Bukan hanya kita saja yang melayani, tapi membuat orang yang kita layani juga mau menjadi pelayan sesama. Itulah identitas kemuridan Kristiani yang kita rayakan dalam perayaann Kamis Putih hari ini. Amin.

Kamis Putih, 29 Maret 2018

Posted by admin on March 29, 2018
Posted in renungan 

Kamis Putih, 29 Maret 2018

Bacaan: Keluaran 12:1-8, 11-14; 1Kor 11:23-26; Yohanes 13:1-15

“Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepadamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”. Ini perkataan Yesus yang disampaikanNya kepada para rasulNya dalam Perjamuan Malam Terakhir. Bagi Yesus, mengajar berarti bersabda dan berkarya, yakni melakukan yang dikatakanNya kepada semua orang yang mendengarkanNya. Pada Hari Kamis Putih ini, kita secara khusus diajak oleh Yesus masuk ke dalam Misteri Utama dalam pewartaanNya, yakni Kasih. Kasih yang Yesus ajarkan bukanlah kasih yang sering didengarkan dalam dunia kita sekarang, yang sudah berbeda maknanya. Kasih atau Cinta itu tampak dalam dua peristiwa penting yang hadir pada hari ini, yakni Pembasuhan Kaki para rasul dan Perjamuan Malam Terakhir. Keduanya mempunyai pesan yang sama, yakni Kasih. Semua ajaran dan karya Yesus mau menunjukkan kepada kita semua bahwa Allah sungguh mengasihi kita, bahkan sampai hari ini.

Kasih itu siap melayani, itulah yang tampak dalam pembasuhan kaki, pekerjaan seorang hamba. Maka pelayanan yang murah hati dan rendah hati inilah yang diwariskan kepada kita semua yang mengikutiNya. Kasih itu siap untuk melayani terhadap sesama, siapapun dia, bahkan yang akan mengkhianati sekalipun. Begitu pula dengan Perjamuan Malam yang diadakan Yesus bersama para rasulNya. Yesus menjadikan saat makan bersama ini sebagai momen perpisahan dan memberikan kepada mereka Makanan Kehidupan abadi. Dengan jelas Yesus menyerahkan diri dan hidupNya bagi semua orang, dengan mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan DarahNya. Maka bukan lagi makanan duniawi yang diterima, melainkan makanan kehidupan yang menyelamatkan. Maka pada Hari Kamis Putih ini lahirlah pula Sakramen Ekaristi, yang merupakan pusat dan puncak iman kita, karena fokusnya ada pada Yesus Kristus. Perjamuan Malam ini diwariskan Yesus kepada para rasulNya untuk diteruskan dan dilakukan sampai akhir jaman. Oleh sebab itulah pada hari ini pula lahirlah Sakramen Imamat, sehingga para imam menghadirkan kembali Perjamuan Malam itu dalam Perayaan Ekaristi setiap hari.

Inilah refleksi kita di hari Kamis Putih ini, putih karena menggambarkan Kasih yang Suci, yang berasal dari Yesus sendiri dan juga adalah diri Yesus sendiri. Saatnya bagi kita untuk meneruskan warisan mulia ini di dalam kehidupan kita setiap hati dengan melayani sesama dan menerima Kristus dalam Ekaristi.

Tuhan Yesus selalu menyertai kita semua. Amin.

Senin dalam Pekan Suci, 26 Maret 2018

Posted by admin on March 26, 2018
Posted in renungan 

Senin dalam Pekan Suci, 26 Maret 2018

Bacaan: Yesaya 42:1-7; Yohanes 12:1-11

“Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu”, ini perkataan Yesus yang ditujukanNya kepada Yudas Iskariot. Ketika Maria meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal, Yudas berkomentar, karena minyak itu bisa dijual dan uangnya diberikan kepada orang miskin. Orientasi Yudas ada pada uang yang dapat dihasilkan dari penjualan minyak itu, sementara Maria berfokus kepada pribadi Yesus yang sedang berada di rumah mereka. Kedua sikap yang berbeda ini menunjukkan bagaimana relasi mereka dengan Yesus yang telah terjalin selama ini. Bagi Maria sudah jelas bahwa perhatiannya ada pada Yesus, sebagai pribadi yang mengasihi dan dikasihinya. Oleh sebab itu bagi Maria, minyak yang mahal justru diberikan kepada orang yang dikasihinya, bahkan ditumpahkan ke kakinya. Tindakan ini sudah mengungkapan kedalamam hati Maria dan bagaimana relasinya dengan Yesus, yang sungguh erat.

Kepada Yudas, Yesus mengatakan bahwa “Aku tidak akan selalu ada pada kamu”. Ini mengungkapkan bagaiman relasi Yudas dengan Yesus yang tampak dalam sikapnya. Ternyata jelas sekali bahwa Yudas sudah berorientasi pada kekayaan duniawi, kepada uang. Yudas tidak mempunyai relasi yang dekat dengan Yesus, walaupun Yesus telah beberapa kali mengingatkan Yudas agar jangan sampai jatuh pada tawaran duniawi. Apalagi keberadaan Yesus di tengah mereka tidaklah untuk selamanya. Sikap Yudas yang sudah ditarik oleh kekayaan duniawi inilah yang akan membawa dia pula hingga menjual Yesus, Gurunya dengan sejumlah uang. Yudas telah mengkhianati Gurunya, namun ia juga telah menghancurkan dirinya sendiri dengan menjauh dari Sumber Keselamatan itu.

Permenungan kita dalam Pekan Suci ini berfokus kepada Pribadi Yesus Kristus, yang menderita sengsara untuk keselamatan kita. Keselamatan ini juga sangat ditentukan oleh sikap dan relasi kita dengan Yesus yang mencintai kita. Kita bisa bertanya diri, apakah Yesus selalu ada di dalam diri dan hidupku, apakah Ia selalu ada bersamaku. Relasi dan kedekatan pada Yesus inilah yang baik kita renungkan selama Pekan Suci ini, apalagi Yesus telah menderita sengsara bahkan wafat bagi penebusan kita semua. Marilah membuka hati kita dan sambutlah kehadiranNya di dalam diri kita. Amin.

Translate »