Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

AMIN

Posted by admin on December 7, 2018
Posted in renungan 

AMIN
Sabtu, 8 Desember
Hari Raya Santa Perawan Maria dikandung Tanpa Noda
Lukas 1:26-38

Saudari-saudara terkasih, hari ini kita bersama dengan Gereja Universal, merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria dikandung Tanpa Noda. Paus Sixtus IV lah yang menetapkan hari raya ini pada tahun 1476. Paus Pius tidak mendefinisikan doktrin ini sebagai dogma, dengan demikian ia membiarkan Katolik Roma bebas untuk mempercayainya atau tidak tanpa dituduh sebagai sesat; kebebasan ini ditegaskan kembali oleh Konsili Trente. Kemudian, hari raya ini secara khusus didefinisikan sebagai dogma oleh Paus Pius IX dalam konstitusinya Ineffabilis Deus (Allah Tidak Dapat Dilukiskan) pada 8 Desember 1854.

Ketika saya merenungkan Maria, khususnya dalam Injil Lukas 1:26-38, satu kata yang muncul dalam benak saya untuk menggambarkan seluruh hidupnya adalah kata, AMIN. Sebuah kata yang dapat diterjemahkan, “Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Atau bahasa gampangnya yang biasa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari “lakukan apa pun yang ingin Anda lakukan dalam hidup saya.” Ini, memang tanggapan Maria yang konsisten terhadap setiap situasi dalam hidupnya, terutama ketika dia tidak bisa mengerti mengapa hal-hal terjadi sebagaimana adanya.

Teks hari ini adalah, kemudian, panggilan dan tantangan kepada kita masing-masing, bahwa kita juga seperti Maria, mungkin bisa mengatakan YA untuk semua yang Allah ingin lakukan dalam hidup kita. Merupakan tantangan untuk terbuka dan menerima Roh Allah, sehingga kita juga dapat ‘melahirkan Juruselamat’ di dalam hidup kita.

Kita dapat menerapkan bacaan-bacaan hari ini ke dalam hidup kita masing-masing. Kita seringkali menjadi penyebab dosa dan rasa sakit dalam kehidupan orang lain. Mari kita menjadi orang yang membawa kesatuan dan penyembuhan karena itulah yang dibawa oleh Sang Juruselamat yang kita sedang nantikan di masa Adven ini.

Sama seperti yang terjadi pada Maria, semoga Firman Tuhan merasuki hati kita dan mencerahkan hidup kita. Amin

Immaculate Conception

Posted by admin on December 7, 2018
Posted in renungan 

Immaculate Conception
Rev. Lucas Thumma
Gn 3:9-15, 20; Ep 1:3-6, 11-12; Lk 1: 26-38
Mary was sinless from the moment of conception. It is Joachim and his wife Anne conceiving Mary without original sin. It is a gift of God bestowed on Mary. God was pleased with Mary’s humility, her total trust in God. Mary was open to God’s plan.

This doctrine was defined by Pope Pius IX on December 8, 1854. This was four years before the apparitions of Mary at Lourdes. The truth which is from the beginning’s explicated to humanity at this time. Bernadette, asked Mary, “What is your name?” and Mary said “I am the Immaculate Conception.” Subsequent popes have affirmed this doctrine. Ref: Lumen Gentium Dogmatic Constitution on the Church, Chapter VIII on the Blessed Virgin Mary, Mother of God in the Mystery of the Church.
Mary was born free from original sin and remained free from all sin for the rest of her life. This is according to the plan of God. “I will put enmity between you and the woman, and between your offspring and hers. (Gen. 3:15).
Mary the new Eve
Catholics always viewed two women here, the ancient Eve and New Eave Mary. to refer ultimately to Mary and her offspring to Jesus. Mary and Jesus stand at one end and Satan stand at the opposite end.
In today Gospel reading the words “Rejoice, O highly favored daughter, the Lord is with you, blessed are you among women.” speak for themselves.
Blessed John duns Scotus, even in 13th century proposed that “God has shielded Mary from sin, as she was to be the Mother of God’s Son. Is it not fitting that the Son of God should be born of a sinless Mother
?
Popular Culture
All over the world people respect and venerate the Blessed Mother. Not only Catholics but many people of many cultural and religious traditions. She is Divine Mother. People address her as Devi, Madha, and Amma. People come to Blessed Mother for love, for bonding with the Divine, for protection. Millions of people in India, in East countries, in Arab countries, in Russia and the whole west, venerate and pray to her. We know the saying “Per Marian ad Jesu” (Through Mary to Jesus) Hindus and Muslims and Christians flock to her protection and guidance in life; for healing, for thanksgiving for the fulfillment of their intentions; such as good marriage, success in education of their children, or jobs, for migration, to better opportunities, for a good and holy death.

Because, Holy Mother, Virgin Mother, Blessed Mother, in the Divine plan, loves all her children. Jesus our Lord, our Divine Master has given His Mother as our Mother. Hence, we love blessed Mother Mary. “Humanity is looking for a Mother who will protect and care for them.” All cultures like and love Blessed Mother. I have seen in three Continents with my own eyes, (in Asia, in Europe, in America). Every Nation has a Marian Shrine, of their “particular culture” such as Lourdes in France, Fatima in Portugal, Mary Major Basilica in Rome, our lady of Guadalupe in Mexico, Heroldsbach in Germany, Black Madonna in Poland, Our Lady of Medjugorje, (Scandalous Mercy by Sister Emmanuel Maillard, 2017),Our Lady of Vailanganni in Tamilnadu, and many others.

We American Catholics have always had a special devotion to Mary under the title of the “Immaculate Conception.” It is under this title, that we dedicated our country in the early days of our nation’s history, in the state of Maryland. The National Basilica in Washington DC is dedicated to the Immaculate Conception.

And so today we celebrate the “Feast of the Immaculate Conception with special joy and special gratitude. It is in a special way “Our feast.” We rejoice in Mary’s Virginity as she conceived Jesus by the action the Holy Spirit.

So now let us turn to Mary in Prayer; Pray along with me, in silence the beautiful prayer to our Lady composed by St. Bernard of Clairvaux over 800 years ago:
“Remember O most loving Virgin Mary, that never was it known, that anyone who fled to your protection, implored your help, or sought your intercession was left unaided.”
“Inspired with confidence, we turn to you, O Virgin of Virgins, our Mother, to you we come, before you we stand, sinful and sorrowful.”
“O Mother of the Word Incarnate, do not turn from our petitions, but in your mercy hear and answer us.” Amen

Mary’s Fiat
Today’s Gospel is a story of surrender and empowerment of, Mary’s “fiat”, let it be done to me according to your will, has changed, the course of world history and culture.

Remember, women were under the domination of men at that time; women were little mere possessions like goats and sheep. A woman’s main contribution was to have children and to take care of the home.

But God chose Mary for one of the most important acts of obedience ever demanded of anyone.
By her obedience, she became empowered to share the redemptive work of her Son.

We do not limit God’s choices. He can use us, only when we “let Him.” God’s Blessings or choices may not bring us fame or name, but they full the divine purpose for our salvation. Always the Divine will Prevails.

We too are called to surrender our lives to God, especially during this Advent. We offer ourselves to God’s plan, even if our lives are disastrous. The darkness will not overcome the Light. This is the Christmas of our inner heart and growth into children of God.

Rev. Lucas Thumma

Membagikan Kabar Baik Tuhan

Posted by admin on December 6, 2018
Posted in renungan 

Jumat, 7 Desember
Mat 9:27-31

Injil hari ini menampilkan dialog antara Yesus dan kedua orang buta yang disembuhkan. Saya yakin anda semua sudah sering mendengar atau membaca perikop injil hari ini. Tetapi, sebaiknya kita tidak hanya membaca perikop ini hanya sekedar mukjizat seperti yang lainnya, yang menampilkan bahwa Yesus memiliki kuasa ilahi. Perikop kali ini diawali dengan seruan kedua orang buta: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.” Dalam seruan orang buta, yang mungkin sudah putus asa itu, nampak ada unsur iman dengan memanggil Yesus dengan nama mesianik: Anak Daud.

Selanjutnya, pertanyaan Yesus: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” mendapat respon yang positif: “Ya Tuhan, kami percaya.” Dan sembuhlah mereka lalu pergi dengan penuh sukacita dan memasyurkan nama Yesus ke seluruh daerah itu kendati hal itu dilarang oleh Yesus.

Saudari-saudara terkasih, apa yang telah terjadi dalam perikop penyembuhan ini lebih dari sekedar orang buta bisa melihat! Apa yang kita miliki di sini bukan hanya pemulihan penglihatan fisik mereka. Mereka telah mendapatkan penglihatan. Mereka benar-benar bisa melihat. Mereka dapat melihat siapa Yesus sebenarnya, Firman Tuhan, tindakan Tuhan dan mereka harus berbagi pengalaman itu dengan orang lain. Itu bukan sesuatu yang bisa mereka simpan sendiri.

Sebagai murid Kristus kita perlu dapat melihat dan memahami pesan Yesus dan kemudian kita perlu memproklamasikannya di mana-mana. Hari ini adalah hari bagi kita untuk menyadari kebutaan dan ketulian kita sendiri. Kita sering mengalami kesulitan untuk benar-benar mendengar dan menerima Firman Tuhan. Kita juga bisa bertanya seberapa banyak kita dapat mengklaim bahwa kita dapat melihat Yesus sebagaimana adanya?

Sebagaimana renungan saya kemarin, Kamis 6 Desember tentang arti kemuridan Yesus yang sejati, hari ini kita diajak untuk belajar bagaimana mendengarkan Firman Tuhan, dengan pemahaman dan penerimaan, dan belajar bagaimana melihat secara mendalam makna kehidupan Yesus seperti yang diajarkannya kepada kita.

Mari kita bertanya pada diri sendiri: Apakah saya, dalam hidup ini (khususnya hari ini), memiliki kabar baik dari Tuhan untuk dibagikan kepada orang lain?

Arti Menjadi Murid Kristus

Posted by admin on December 5, 2018
Posted in renungan 

Kamis, 6 Desember 2018
Mat 7:21,24-27

Bacaan injil hari ini mengingatkan kita akan arti menjadi murid Yesus yang sejati! Injil berisikan tentang akhir dari kotbah di bukit yang merupakan bacaan mengenai Hukum Allah. Ini dimulai dengan Ucapan Bahagia (Mat 5: 1-12) dan berakhir dengan perumpamaan tentang rumah yang dibangun di atas batu. Ide utama atau konteks dari bacaan ini adalah pencarian guna memperoleh kebijaksanaan sejati. Sumber kebijaksanaan sejati itu diyakini adalah Firman Tuhan yang dinyatakan dalam Hukum Tuhan. Maka, kebijaksanaan sejati terjadi kalau orang mendengarkan dan mempraktekkan Firman Tuhan dalam hidupnya. Tidaklah cukup sekedar mengatakan “Tuhan, Tuhan!”, yang terpenting adalah bukan dengan mengatakan kata-kata indah tentang Tuhan, tetapi lebih kepada melakukan kehendak Allah, dan oleh karena itu, menjadi penyataan kasih-Nya dan kehadiran-Nya di dunia.

Saudari-saudara yang terkasih, lebih lanjut dikatakan bahwa orang yang mendengarkan dan melaksanakan Firman Tuhan, adalah seumpama orang yang membangun rumah di atas batu. Kekuatan rumah tidak berasal dari rumah itu sendiri, tetapi lebih dari fondasinya, yakni dari batu. Apa arti ‘batu’ itu dalam konteks Injil hari ini? Batu adalah pengalaman kasih Allah yang diwahyukan di dalam diri Yesus.

Kalau kita cermati, ada orang-orang yang mempraktekkan Firman Allah hanya untuk mendapat kasih Allah. Tetapi dalam perspektif iman, kasih Allah itu tidak bisa diusahakan atau dibeli, Kasih Allah diterima secara cuma-cuma. Untuk itu, marilah kita mempraktekkan Firman Allah bukan untuk mendapat kasih sayang, tetapi untuk mengucapkan syukur dan berterimakasih atas kasih Allah yang telah kita terima secara gratis. Ini adalah fondasi yang baik, batu yang memberi keamanan bagi rumah kita. Keamanan sejati berasal dari kepastian cinta Tuhan. Itu adalah batu karang yang menopang kita di saat-saat sulit dan dalam badai. Ini adalah arti sesungguhnya menjadi murid Kristus: mengucap syukur atas kasih dan penyelamatan Allah yang hadir dalam diri Yesus.

Saudari-saudara terkasih, mari kita dengan sungguh-sungguh, khususnya dalam masa adven ini, menantikan hadirnya Allah di tengah-tengah kita dalam diri Yesus, Sang Kasih dan Juru selamat! Amin

Hati yang digerakan oleh Kasih

Posted by admin on December 4, 2018
Posted in renungan 

Rabu, 5 Desember
Yesaya 25:6-10; Mat 15:29-37

Saudari-saudara terkasih, bacaan-bacaan yang kita dengar hari ini mengisahkan tentang kelimpahan yang datang dari Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan keselamatan, pemenuhan semua kebutuhan kita: spiritual, emosional, sosial dan fisik. Di dalam Injil, dengan penuh kepercayaan dan keyakinan, orang-orang membawa mereka yang lumpuh, yang pincang, yang buta, yang bisu dll. Yesus menyembuhkan mereka semua dan orang banyak takjub.

Kemudian muncullah adegan yang merupakan rangkuman dari apa yang Yesus perjuangkan dalam hidup-Nya di dunia ini: belas kasihan Allah dan keinginan-Nya agar semua kebutuhan manusia dipenuhi. Ini adalah masalah praktis yang menunjukkan diri Yesus yang sebenarnya dalam tindakan nyata. Kisah ini merangkum kehidupan Yesus: kehidupan-Nya adalah untuk melayani tanpa pamrih, kehidupan untuk memberi kepada semua orang yang membutuhkan.

Saudari dan saudara terkasih, sekali lagi bahwa elemen penting dalam Injil hari ini yang tidak dapat kita abaikan adalah bahwa Yesus memperjuangkan belas kasihan Allah dan keinginannya agar semua kebutuhan manusia terpenuhi. Seperti yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya dalam bacaan pertama, “Pada waktu itu orang akan berkata: “Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah Tuhan yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya!” (Yes 25:9)

Sebagai pertanyaan refleksi, marilah kita bertanya bertanya pada diri sendiri: Kepada siapa kita akan memberi? Dengan siapa kita berbagi apa yang kita miliki atau apa yang mampu kita beli?

Semoga Tuhan membantu niat-niat baik kita dalam menolong dan membantu sesama, khususnya mereka yang menderita dan membutuhkan pertolongan. Semoga kita diberi kerendahan hati untuk menolong dengan hati dan tanpa pamrih. Amin

Translate »