Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Jesus’ Prayers on the Cross

Posted by Romo Valentinus Bayuhadi Ruseno OP on April 9, 2022
Posted in renungan  | Tagged With: , ,

Palm Sunday of The Lord’s Passion

April 10, 2022

Luke 22:14 – 23:56

Every Palm Sunday, we listen to the Passion Narrative of Jesus Christ. Since we are in the liturgical year C, we hear from the Gospel of Luke, and it is notedly the longest among the four Gospel. If we try to compare the passion narratives of the four Gospels, we will discover basic similarities, but also some obvious nuances. What makes Luke’s account unique?

Surely, there are several unique stories in Luke, but one outstanding character of Jesus is that Luke consistently describes Jesus as someone who loves to pray. In short, Jesus always prays, especially in His important moments of His life. He prays when John is baptizing Him. He is praying while in the desert for forty days. He prays at the mountain when He is transfigured. He prays in the Garden of Gethsemane. Even, Jesus prays when he is the cross.

Luke even gives us a window to what Jesus expresses to His Father. Jesus’ first prayer in the cross is ‘Father, forgive them, for they do not know what they are doing [Luk 23:34].’ We remember that His close friend denies Him, another betrays Him, and others are running away from Him. He is accused falsely and tortured brutally. He receives treatment worse than animals. He is even going to die like the worst criminals, in the most agonizing and humiliating way possible. Yet, despite all these, He prays for all of them, and gives His forgiveness. Jesus does not only teach ‘to love one’s enemies’ or ‘to pray for those who persecute you’. Jesus truly walks the talk.

Jesus does not stop there. When one of the thieves is asking for Jesus’ forgiveness. Jesus does not only forgive, but He also promises Him paradise. Despite the terrible situations, Jesus does not only pray, but also blesses a man who needs its most. Lastly, Jesus closes His earthly with another prayer, “Father into your hands I commends my spirit.” This time, Jesus recites Psalm 31:6. His entire life has been an obedience to God’s will, and it is proper that He ends it with giving His spirit peacefully to His Father.

Certainly, there are so much to learn and reflect from these three prayers of Jesus. Yet, one thing we can learn from here is Jesus teaches us how to face life full of sorrow and sufferings. Our lives may be difficult, but it does not mean we have to become bitter and vengeful. The first step is to pray. Instead, uttering curses and hatred, we bring our problems and sufferings into prayers. ‘Cast all your worries upon him because he cares for you [1 Pet 5:7]’. The second step is to forgive and to seek forgiveness. One of the reasons why life is so bitter is because we refuse to forgive. To forgive is not about forgetting, but it is about to let go our hatred and resentment, and let God fills us with His peace. The third step is to be grateful. Is it possible to be grateful? When we offer our sufferings to God and to unite them with Christ’s suffering, our trials and sorrow even can become blessing for others. Then, we know we know that our sufferings are never useless. We have always a reason to be grateful.

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

HATI YANG BARU

Posted by admin on April 8, 2022
Posted in renungan 

Sabtu, 9 April 2022


Yohanes 11:45-56

Yesus berusaha mengetuk hati setiap orang untuk bisa menerima tawaran kasih Allah melalui Diri-Nya sebagai Mesias, namun hati mereka sudah tertutup. Ketika hati manusia sudah tertutup dengan semua pemikirannya sendiri, maka mereka tidak bisa menerima hal yang baik dari Allah melalui Yesus Kristus, Putera-Nya. “Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.” (Yoh 11:48).

Hati mereka tertutup oleh kekuatiran, kebencian, dan kesombongan, akibatnya mereka gagal untuk bisa percaya bahwa Yesus adalah Putera Allah. Oleh karena itu tokoh-tokoh orang Yahudi tersebut membuat keputusan untuk menangkap Yesus dan menyalibkan-Nya. “Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.”(Yoh 11:53). Keputusan yang tidak adil yang dibuat oleh mereka yang menganggap diri mereka lebih benar dan baik ditajuhkan kepada Yesus Kristus yang hidup-Nya telah diberikan sepenuhnya untuk keselamatan manusia dengan memberikan kasih tulus dimana banyak orang telah merasakan kebaikan-Nya; orang sakit disembuhkan, orang lumpuh berjalan lagi, yang kusta ditahirkan, yang berdosa diampuni, yang lapar dibuat-Nya kenyang, yang kehabisan anggur saat pesta di buat-Nya air berubah menjadi anggur, yang mati dihidupkan kembali, dan banyak lagi kebaikan yang telah dilakukan oleh Yesus didepan mata mereka. Namun semuanya itu tidak membuat hati mereka luluh.

Kenyataan pahit, ironi dan mengherankan telah terjadi yaitu kebaikan dibalas dengan kejahatan antara Yesus dan orang-orang Yahudi yang menolak-Nya. Pengalaman Yesus adalah suatu potret realita kehidupan yang keras di dunia ini, dimana tidak sedikit orang yang mengalami hal yang serupa. Sikap Yesus terhadap mereka yang berbuat jahat kepada-Nya  adalah mengalahkan kejahatan dan kebencian manusia dengan pengampunan. Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.”(Luk 23:34). Dengan demikian, hanya dengan pengampunan kekuatan dosa yang merusak bisa dikalahkan dan dipatahkan. Hal itulah yang telah dilakukan Yesus Kristus terhadap orang-orang yang telah menyalibkan-Nya.

Oleh karena itu, melalui Yesus Kristus semua umat manusia telah diampuni dosa-dosa mereka. “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya,”(Efesus 1:7). Alangkah indahnya jika orang-orang yang berkeras hati menjadi lunak, sehingga damai, suka cita, dan keselamatan dapat mereka rasakan berkat iman kepada Yesus Kristus. “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.”( Yehezkiel 36:26).

Didik, CM 

SARANA KESELAMATAN

Posted by admin on April 7, 2022
Posted in renungan 

Jumat, 8 April 2022


Yohanes 10:31-42

Yesus heran dengan ketidakpercayaan orang-orang Yahudi kepada-Nya. “Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” (Yoh 10:32). Namun Dia tetap menjelaskan dan  mengajak terus mereka untuk bisa percaya. Dengan tenang Yesus menyampaikan fakta-fakta yaitu segala karya yang telah dilakukan yang menunjukkan bahwa Dia adalah Anak Allah. “Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku,  tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”(Yoh 10:37-38).

Dengan demikian, Yesus tidak membenci mereka yang menolak-Nya namun Dia sangat prihatin dengan kekerasan hati mereka dan tetap mengasihi mereka sampai rela berkorban untuk menanggung dosa-dosa umat manusia dengan pengorbanan di atas kayu salib. “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.”(1 Petrus 2:24). Oleh karena itu menjadi nyata bahwa Allah Bapa sungguh mengasihi umat-Nya dengan mengutus Putera-Nya turun ke dunia dan menebus doa umat manusia,  kendatipun mereka tidak menyadarinya. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”(Yoh 3:16).

Oleh karena itu, sebagai murid-murid Kristus yang telah sadar dengan kasih Allah yang begitu besar, maka mereka memiliki tanggung jawab untuk menghayati imannya, dan mengembangkannya agar bisa berbuah dalam tindakan dan menginspirasi banyak orang untuk percaya kepada Kristus. “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”(Yoh 15:8). Dengan demikian setiap murid Kristus diutus untuk  menjadi saksi-Nya yang bisa menjadi sarana keselamatan bagi banyak orang. “Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”(Roma 10:9-10).

Didik, CM 

MEMPEROLEH JIWA YANG TENANG

Posted by admin on April 6, 2022
Posted in renungan 

Kamis, 7 April 2022


Yohanes 8:51-59

Iman adalah anugerah dari Allah sekaligus jawaban dari setiap orang dalam menanggapi anugerah dan kasih Allah. Ketika seseorang menjawab maka dibutuhkan keberanian untuk menjawab. Jawaban tersebut diletakan pada kepercayaan bahwa Allah adalah sumber hidup yang telah turun ke dunia dalam diri Yesus Kristus, Putera-Nya seperti sudah dikatakan oleh para nabi dan di tulis di dalam Kitab Suci. Namun pada saat Yesus datang munculah pertentangan dan penolakan dari sebagian kelompok orang karena mereka tidak percaya bahwa Yesus Kristus datang dari Allah yang lahir dari Roh Kudus untuk menyelamatkan umat manusia. “Orang-orang Yahudi menjawab Yesus: “Bukankah benar kalau kami katakan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan setan?” Jawab Yesus: “Aku tidak kerasukan setan, tetapi Aku menghormati Bapa-Ku dan kamu tidak menghormati Aku.”(Yoh 8:48-49). Mereka yang menolak dan tidak percaya kepada Yesus sampai hati mengatakan Yesus kerasukan setan, apalagi sikap mereka terhadap semua pengikut-Nya? Hal tersebut membuktikan bahwa hati dan pikiraan manusia bisa menjadi buta dalam melihat kasih dan kebaikan Allah jika mereka berkeras hati dan dipenuhi dengan kesembongan.

Dengan demikian, siapakah orang siap untuk menerima Tuhan? Mereka tentu bukan orang merasa lebih baik dari orang lain dan lebih bijak dari Kristus, namun orang yang siap menerima Yesus adalah mereka yang memiliki hati yang sederhana, yang membuatnya percaya bahwa Kasih Allah telah dinyatakan kepada manusia melalui Kristus Sang Penebus. Gambaran orang yang hatinya tidak sederhana ada di dalam diri orang Farisi. “Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini, aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. (Luk 18:11-12). Dihadapan Allah orang yang demikian tidak mendapatkan apa-apa dari-Nya. “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”(Luk 18:14b).

Oleh karena itu guna menjaga iman agar tidak goyah (kuat) dan semakin dalam, maka diperlukan sikap hati yang selaras dengan hati yang dimiliki oleh Yesus Kristus.  Dengan demikian mereka tidak lagi mengandalkan hal-hal lain selain Dia yang telah terbukti nyata mengasihi manusia hingga di berani menyerahkan nyawa untuk penebusan umat manusia. “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”(Mat 11:29).

Didik, CM 

KEMERDEKAAN ANAK ALLAH

Posted by admin on April 5, 2022
Posted in renungan 

KEMERDEKAAN ANAK ALLAH
Yohanes 8:31-42

Yesus berusaha meyakinkan kepada orang-orang Yahudi bahwa Allah Bapalah yang mengutus Putera-Nya untuk turun ke dunia dan menebus umat manusia. Oleh karena itu apa yang dikerjakan oleh Yesus adalah apa yang dikehendaki Allah Bapa. “Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.” (Yoh 8:42).

Akan tetapi sebagian dari orang-orang Yahudi tetap berkeras hati dan menolak Yesus.  Dengan sikap yang demikian, mereka menyulitkan hidup mereka sendiri sebab mereka menolak kasih Allah sumber damai dan menolak untuk hidup dalam kebenaran. “Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham.”(Yoh 8:40).

Dengan demikian, tidak mudah membuat sebagian orang untuk percaya kepada Yesus, jika mereka belum membuka hati untuk Sang Juruselamat. Ketika mereka membuka hati dan percaya kepada-Nya. maka kesempatan dan peluang untuk dibebaskan dari kejahatan oleh Kristus terbuka lagi. “Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh 8:32).

Dengan demikian, hal yang penting sebagai murid-murid Kristus yang telah dianugerakan Allah kepada mereka adalah anugerah penebusan dosa yang membebaskan mereka dari bahaya maut, sehingga walaupun mereka telah berdosa, karena penyelamatan Kristus, mereka tidak sampai kehilangan harapan untuk menerima keselamatan jiwa mereka. Sebagai orang telah ditebus oleh darah Kristus, maka mereka yang percaya kepada-Nya dipanggil untuk hidup suci, sepadan dengan hasil dari penebusan Kristus, kemerdekaan sebagai anak-anak Allah.  “…Tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah (Roma 8:21).

Didik, CM 

Translate »