Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Kita dengarkan selalu sapaanNya

Posted by admin on November 26, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

RENUNGAN 27 NOVEMBER 2025

Posted by admin on November 26, 2025
Posted in renungan 

LUKAS 21:20-28

Hari Minggu kemarin kita merayakan Hari Raya Tuhan kita Yesus Raja Semesta Alam. Kita telah berada di akhir pekan liturgi Gereja Katolik. Hari Minggu 30 November 2025, kita bersama-sama memasuki Tahun Baru Liturgi, yang diawali dengan Minggu Adven I.  Bacaan harian selama sepekan ini banyak berbicara tentang akhir zaman sekaligus tentang kedatangan Tuhan Yesus di masa depan.

Yesus mengingatkan orang-orang yang mengikuti-Nya untuk waspada menjalani hidup. Gambaran kekacauan dunia sudah disampaikan lewat nubuatan-Nya tentang Yerusalem yang akan dikepung dan dihancurkan. Yerusalem akan dikepung oleh tentara, dan orang-orang harus melarikan diri ke pegunungan untuk menyelamatkan diri. Masa itu adalah masa yang sangat sulit, kesengsaraan yang dahsyat, ibu hamil dan menyusui tidak dapat hidup nyaman, serta banyak orang akan tewas atau bahkan menjadi tawanan perang.

Kita tahu bahwa, sebelum kedatangan Yesus ke dunia, Yerusalem sudah pernah dikepung dan dihancurkan oleh Raja Nebukadnezar II pada tahun 597 Sebelum Masehi (SM) dan berpuncak tahun 587 Sebelum Masehi (SM), hancurnya Bait Suci dan pembuangan bangsa Yehuda ke Babilonia. Setelah Kenaikan Yesus ke Surga, Yerusalem pun mengalami beberapa kali  pengepungan dan penghancuran. Peristiwa ini terjadi di masa lalu, tetapi juga bisa menjadi gambaran dari kesesakan yang amat besar di masa depan pada akhir zaman.

Kehancuran suatu suku bangsa berarti hilangnya keadaban public sebuah bangsa dengan segala tatanan hidup. Identitas bangsa bisa hilang tak ada bekasnya. Itulah yang terjadi dengan bangsa pilihan yang dikasih Allah. Mereka tercerai berai, sebagai bangsa yang terinjak-injak, dibuang sebagai pesakitan dan tawanan. Apakah itu berarti akhir dari segala bangsa? Apakah ini berarti akhir dunia bagi mereka bangsa yang terjajah dan terbuang? Akhir dunia ditandai dengan tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Situasi yang tidak menentu dan tanpa kepastian. Alam tak lagi bersahabat dengan manusia. Hal ini bisa saja terjadi karena manusia tidak menjaga keutuhan ciptaan dan pelestarian lingkungan hidup.

Yesus hadir tidak hanya memberikan nubuatan gambaran kehancuran Yerusalem. Ia juga memberikan harapan tentang hidup di masa depan. Yesus memberikan peneguhan dan pengharapan. Ia berkata,”pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” Yesus datang membawa penebusan dan pembebasan dari dosa insani. Kehadiran Tuhan pada akhir zaman dinantikan dengan sikap berdoa dan berjaga-jaga. Kita diminta untuk tidak mudah gentar, cemas dan takut menghadapi situasi yang tak menentu dan tak pasti. Kita mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan kebutuhan hidup.

Ada dimensi rohani dengan penuh kepercayaan dan iman menantikan Tuhan yang akan datang. Di sisi lain, ada dimensi jasmani yang kita lakukan yaitu melakukan pekerjaan dan pelayanan dengan penuh tanggung jawab, totalitas dan loyalitas. Keseimbangan dari dimensi rohani dan jasmani inilah yang kita butuhkan. Sehingga kita tidak lalai dengan mengabaikan yang satu dan mengutamakan yang lainnya. Tuhanlah penjaga dan tempat perlindungan kita. Tuhanlah harapan hidup kita sampai akhir. Semoga berkat dan kasihNya mengantar kita sampai ke keabadian. (rm. Albertus Medyanto, o.carm) 

Kita harus berani menghadapi aneka tantangan

Posted by admin on November 25, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

Cukuplah bangga akan dunia ini?

Posted by admin on November 24, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

Yang Abadi, Bukan Yang Sementara

Posted by admin on November 24, 2025
Posted in renungan 

RP Hugo Sudiyanto O.Carm

Lukas 21:5-11

Selasa, 25 November 2025

Ciptaan Allah yang namanya manusia sungguh luar biasa. Sebagaimana penciptanya, ia dapat membuat karya seni yang mengagumkan. Dalam warta hari ini  para murid dan beberapa orang merasa kagum akan keindahan dan kemegahan Bait Allah dengan segala pernak-perniknya. Namun pada saat yang sama, Yesus justru menubuatkan bahwa pada suatu saat, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur, tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain [Luk 21:16]. Nubuat tersebut tentu sangat mengejutkan dan menimbulkan berbagai macam reaksi dari para murid dan orang-orang yang ada di situ. Ada murid yang langsung bertanya tentang kapan hal itu akan terjadi dan apa tanda-tandanya. Yesus tidak langsung menjawab pertanyaan, melainkan mengajarkan bahwa Bait Allah yang sejati itu adalah kehidupan manusia, bukan bangunan yang dibuat oleh tangan manusia dengan segela kemegahannya. Kenyataan ini dapat mengantar kita pada makna sejati Gereja. Gereja sejati, umat Allah. Jika  ditulis dengan huruf G, jiikalau gereja ditulis dengan huruf g kecil berarti bangunan.

Dengan penegasan tersebut, Yesus hendak mengajarkan bahwa Bait Allah yang sejati adalah persekutuan jemaat dan juga setiap pribadi yang percaya kepada-Nya. Karenanya,  jika hanya mengagumi bangunan Bait Allah betapapun indahnya tidak akan pernah membawa seseorang pada keselamatan. Sebaliknya seseorang akan sampai kepada keselamatan jika ia berjuang menjaga Bait Allah yang sejati, yakni dirinya sendiri, dan juga komunitasnya. Caranya antara lain menjaga lidah, tutur kata dan perbuatan baik, sehingga persekutuan terbangun dengan baik. Persekutuan yang baik akan melahirkan belarasa kepada sesama. Sebaliknya, siapa saja melakukan perbuatan yang tercela dan bertutur kata yang menyakiti sesama akan menghancurkan Bait Allah yang sejati, mengancurkan persekutuan. Untuk dapat menjaga Bait Allah sejati, persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus, kita perlu berorientasi kepada yang abadi, bukan yang sementara saja.

Translate »