Sabtu, 6 Februari 2021

Markus 6:30-34
Yesus bersama para murid-Nya, berkeliling mewartakan Kerajaan Allah. Banyak orang
berbondong-bondong menemui Yesus, untuk mendengarkan Sabda dan menerima kesembuhan serta
pembebasan. Yesus tidak kenal lelah untuk melayani umat-Nya. Apa yang memberi motivasi dan
mendorong-Nya untuk terus melayani? Yesus melakukan semua karena belas kasih-Nya yang besar kepada
umat manusia. “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai
gembala.”(Mrk 6:34). Mereka yang datang kepada Yesus adalah orang yang sadar akan siapa dirinya dan
meletakkan tupuan harapannya kepada kekuatan Kristus.
Ketika seseorang mengandalkan dan bersandar pada Kristus, maka kekuatan Allah bekerja di dalam
dirinya, sehingga ia tidak merasa sendirian dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup dan terus akan
menjadi saksi Kristus yang hidup. “Kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh kudus, yang
dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.”(Kis 5:32). Seperti Kristus yang dengan setia
melakukan segala sesuatu karena belas kasihan, maka setiap murid Kristus juga demikian. Karena belas
kasihan bersumber dari Allah sendiri, maka ketika seseorang menyatakan belas kasihan dalam setiap
tindakannya, Allah hadir. “Allah adalah kasih dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada
di dalam Allah dan Allah di dalam dia.”(1 Yoh 4:16).
Belas kasihan adalah motivasi yang murni dan tulus bagi para murid Kristus dalam melaksanakan
tugas dan pelayanannya. Dengan demikian setiap hal jika dilandasi dengan belas kasihan akan membawa
seseorang pada kesucian sebab belas kasih berasal dari Allah. Dengan demikian belas kasihan menjadi
jalan menuju keselamatan bagi semua manusia dan berkat bagi alam semesta. Seperti apa yang dilakukan
oleh Yesus, energi belas kasihan akan melindungi mereka yang lemah dan papa dan menghadirkan
rekonsiliasi serta perdamaian, sehingga semua orang menjadi kembali hidup dalam persaudaran sebagai
anak-anak Allah. Tidak ada lagi permusuhan dan pertikaian serta perang jika belas kasihan hadir dalam diri
setiap orang. “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah
merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseturuan.”(Efesus 2:14).
Dunia menjadi rentan dengan perpecahan jika manusia yang tinggal di dalamnya sudah juah
hidupnya dari belas kasihan yang bersumber dari Allah. Yesus hadir dari Allah untuk menyatakan kembali
bahwa melalui belas kasih dosa; permusuhan, kebencian dan kesombongan telah dikalahkan, yaitu lewat
pewartaan Sabda, pelayanan kasih dan akhirnya puncaknya ketika Yesus di atas kayu salib mengampuni
mereka yang menyalibkan-Nya. Dari Salib lahirlah perdamaian antara manusia dan Allah sehingga manusia
menerima harapan baru dan keselamatan. “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan
Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan
diselamatkan oleh hidup-Nya.”(Roma 5:10).
Kini setiap orang perlu selalu memperbahui diri terus menerus dengan menggali kekayaan rohani,
harta yang berharga yaitu Kristus yang telah berbelas kasih kepada manusia dengan menumpahkan darahNya di atas kayu salib. Mengapa Dia sampai harus melakukan semua itu? Untuk siapakah Yesus berkorban
habis-habisan? Dengan menyadari belas kasih Allah yang besar, maka seseorang akan menemukan dirinya
kembali sebagai pribadi yang berharga yang dikasihi oleh Allah dan ia akan bersikap hal yang sama
terhadap sesamanya.
Paroki St Montfort Serawai, ditulis oleh Rm. A. Didik Setiyawan, CM