Sabtu, 6 Maret 2021

Lukas 15:1-3,11-32

            Yesus menjelaskan kepada para murid-Nya bahwa Allah Bapa adalah Allah yang Murah hati, yang mau menerima kembali anak-anak-Nya yang telah meninggalkan-Nya dan ingin bertobat. Karena kemurahan hati tersebut, maka Allah memberikan pengampunan tanpa batas kepada manusia, asalkan mereka mau kembali atau bertobat. Satu orang saja yang bertobat, maka seluruh isi sorga ikut bersukacita, apalagi yang kembali lebih dari satu orang. “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”(Luk 19:6). Sekali lagi, terjadilah kegembiraan dan membahagiakan ketika seseorang diterima oleh Allah yang Maha Rahim. Kegembiaraan tidak hanya bagi manusia, namun juga Allah Bapa juga bersama para malaikat-Nya dan semua orang kudus di sorga. “Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup Kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”(Luk 15:32).

Mengapa Allah Bapa murah hati kepada manusia? Semua karena Dia mengasihi setiap pribadi manusia, ciptaan-Nya dan Dia tidak bisa mengingkari diri-Nya yang adalah Kasih. “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.”(1 Yoh 4:16). Dia juga akan selalu setia mengasihi anak-anak-Nya. “Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”(2Timotius 2:13). Puncak penyataan kasih Allah ditunjukkan lewat Putera-Nya, Yesus Kristus yang rela menderita dan di salibkan demi pengampunan dan penebusan dosa-dosa manusia. “Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”(Lukas 23:34).

            Jika seseorang percaya bahwa Allah adalah kasih, setia dan murah hati, maka ia akan berani datang kepada-Nya, sebab ia yakin Allah tidak akan menolaknya. “ Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.”(Luk 15: 18-19).  Kasih Allah menjadi alasan mengapa seseorang harus bertobat. Dengan demikian seseorang datang kepada Yesus, bukan karena takut dihukum dan ditolak, bukan juga karena dipaksa oleh hukum, dan bukan karena formalitas atau kewajiban, tetapi karena dorongan hati yang rindu menerima belas kasih dari Allah.  

               Dengan demikian, Yesus ingin para murid-Nya melandasi hidup dan karyanya dengan kasih Allah. Kasih menjadi alasan dan memotivasi untuk bangkit kembali, untuk setia dalam kebaikan, dan untuk dibagikan kepada sesama, terutama bagi mereka yang papa dan menderita.  Mengapa? Karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi manusia, bahkan sekalipun manusia jatuh berdosa berkali-kali, namun pintu belas kasih-Nya tidak akan pernah ditutup. Tidak selayaknya sebagai orang yang telah ditebus dosa-dosanya, seseorang kemudian melupakan apa yang telah dilakukan Allah. Akan tetapi dengan kasih Allah, seseorang memiliki semangat dan energi untuk terus melakukan segala sesuatu dengan baik dan benar seturut kehendak-Nya. “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”(1 Yoh 4:19).   

                                                                                Paroki St. Montfort Serawai, ditulis oleh Rm. A. Didik Setiyawan, CM