Senin, 15 Maret 2021

Yohanes 4:43-54

Suatu ketika ada seorang datang kepada Yesus dan memohonkan kesembuhan bagi anaknya yang sakit keras dan hampir mati. Yesus berkenan menyembuhkannya karena belas kasihan-Nya, sekalipun Yesus tidak langsung menjumpai anaknya. “Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: “Kemarin siang pukul satu demamnya hilang.” Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: “Anakmu hidup”. Lalu  ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya.”(Yoh 4:52-53). Dengan imannya kepada Yesus Kristus, seorang ayah telah menyelamatkan anaknya. Ia menempatkan iman sebagai fondasi hidupnya, sehingga ia berani untuk datang  kepada Yesus. Jika seseorang tidak memiliki iman atau ia masih ragu-ragu, tidak mungkin ia akan mengandalkan kekuatan Tuhan.

Ketika seseorang memohon kepada Tuhan Yesus, maka pertama-tama dibutuhkan adalah iman. Jika iman sudah menjadi dasar atau fondasi hidup seseorang, maka ia akan selalu hidup dalam kasih dan selalu ada pengharapan. “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” ( Ibrani 11:1 ). Ia berada di dalam Allah; sumber air hidup, oleh karena itu seorang beriman tidak akan pernah mengalami kekeringan akan harapan dan kasih.  “Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”(Yoh 4:14). Iman adalah kekuatan dari dalam diri seseorang. Iman yang kuat menjadikan pribadi yang kuat pula, sebaliknya iman yang dangkal, membuat manusia pada posisi bimbang. “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” (lihat, Mat 14:31). Kebimbangan bisa membuat orang takut dan cemas sehingga tidak tahu apa yanh harus diperbuat. “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” (lihat, Mat 8:26).

Oleh karena itu kekuatan iman akan Kristus tidak perlu di ragukan. Yang perlu dilihat adalah bagaimana kesiapan seseorang untuk bisa mengikuti Kristus, sebab iman bukan soal rumusan yang diucapkan “Aku percaya….”, namun juga suatu keputusan bebas yang bertanggung jawab dan siap mengikuti Kristus dan memanggul salib. ”Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk 9:23). Kesiapaan seseorang menyangkut soal perubahan cara pandang atau paradikma dan sikap hidup atau prilaku manusia. Mengikuti Kristus berarti menjadi pribadi yang tidak lagi memikirkan kepentingan diri sendiri, namun menjadi pribadi yang siap berkorban demi keselamatan sesama. Puncak korban Yesus Kristus di atas kayu salib adalah teladan yang nyata bagi setiap orang yang mau mengikuti-Nya.  Arti berkoban ; berbuat baik bukan untuk keuntungan diri sendiri, tetapi berbuat baik untuk kebaikan bersama, perdamaian, solidaritas, dan membawa banyak orang pada pertobatan dan percaya akan Yesus Kristus Sang Mesias. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarilah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”(Mat 28:19-20).

                                                                                                      Serawai, ditulis oleh Rm. A. Didik Setiyawan, CM