Selasa, 16 Maret 2021
Yohanes 5:1-16
Pada suatu saat, Yesus menyembuhkan seorang yang lumpuh, sehingga ia bisa berjalan kembali. “ Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.”(Yoh 5:8-9). Dengan kesembuhan tersebut maka orang yang telah disembuhkan bersyukur memuji Tuhan dan bersuka cita bersama semua orang yang percaya kepada Yesus. Namun sebaliknya yang dirasakan oleh orang-orang Yahudi, justru mereka merasa gerah melihat kesembuhan tersebut. Mereka mancari alasan untuk menyalahkan orang yang telah disembuhkan dan juga mengutuk perbuatan yang telah dilakukan oleh Yesus. Hanya orang yang hatinya jahat yang bisa tersulut oleh kemarahan besar saat Yesus menolong menyembuhkan orang yang sakit. “Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.”(Yoh 5:16).
Sikap orang-orang Yahudi yang menolak dan menganiaya Yesus menjadi ungkapan nyata apa ada di dalam hati dan pikiran mereka yang jahat. Jika seseorang yang hatinya jernih, ia akan bersukacita jika ia melihat kebaikan-kebaikan bermunculan disekitarnya. Sebaliknya jika hati seseorang jahat maka akan selalu menolak kebaikan atau terang, karena ia lebih menyukai kegelapan. Saat seseorang mengendaki dan menyukai yang jahat berarti memilih jalan kegelapan, dan dengan demikian ia memilih hidup dalam belenggu kegelapan, karena saat gelap tidak ada yang bisa dilihat selain kegelapan itu sendiri. Ia menghukum dirinnya sendiri karena saat kegelapan mengendalikan dirinya, ia terjerat oleh kejahatan-kejahatan yang dibuatnya. “Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.” (Yoh 3:19).
Kegelapan adalah kondisi yang mencekam dan menipu, sehingga yang ditawarkan adalah sesuatu yang semu dan menjerumuskan. Orang menyukai cara hidup yang demikian membutuhkan pertolongan. Yesus Kristus hadir untuk menolong manusia keluar dari kegelapan tersebut. “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya : “Akulah terang dunia; barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”(Yoh 8:12). Yesus menunjukan jalan yang terang dengan cara; hadir sebagai seorang hamba yang siap untuk melayani mereka yang papa dan menderita, berkorban demi nilai-nilai kebaikan, pengampunan bagi orang-orang berdosa yang bertobat, ketabahan dalam memanggul salib, ketaatan pada kehendak Allah, dan persembahan diri untuk perdamaian dan menghapusan dosa manusia di atas kayu salib. “Ketika ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh”(1 Petrus 2:23-24). Cara hidup Yesus adalah cara hidup yang jauh dari kesombongan, karena Dia rendah hati dan lemah lembut . Jalan-jalan yang dilalui adalah jalan terang menuju Bapa. “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”(Mat 11:29).
Jika seseorang percaya pada Yesus Kristus, maka ia hidup dalam terang, sehingga terang tersebut akan mengusir kegelapan di dalam dirinya. Saat itulah akan tampak bahwa kebenaran ada di dalam diri orang yang percaya dan kejahatan tidak mendapat tempat lagi di dalam dirinya. “Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.”(Roma 13:14).
Serawai, ditulis oleh Rm. A. Didik Setiyawan, CM