Senin Pekan III Paskah

Yoh 6:22-29

Injil hari ini mengisahkan tentang orang banyak, yang setelah dikenyangkan dengan mukjizat penggandaan roti, mencari-cari Yesus. Tetapi mereka ini tidak mengetahui mukjizat atau keajaiban lainnya yang Yesus perbuat, yakni berjalan di atas air yang membuat para murid ketakutan. Maka, dikisahkan bahwa orang banyak ini heran bagaimana Yesus sampai ke seberang danau padahal mereka tidak melihat Dia naik ke perahu bersama para murid.  Namun, Yesus menegur orang banyak yang mencari-Nya. Hal Ini dikarenakan mereka salah memahami siapa Yesus, yakni mereka mencari Yesus karena berfokus pada hal-hal duniawi semata.  Yesus mengundang mereka untuk mengalihkan perhatian mereka ke hal-hal surgawi yang kekal. Dia ingin mereka mencari makanan yang hanya bisa Dia berikan, sebagai Juru Selamat, yang akan bertahan selamanya.

Saudari-saudaraku, di masa-masa sekarang yang sulit karena pandemi covid-19, ada banyak godaan bagi kita untuk datang kepada Yesus, Sang Pembuat mukjizat. Kita meminta dan memohon, kadang cenderung memaksa, dengan memperbanyak dan menambah waktu dan jenis doa-doa agar Yesus ‘membuat’ mukjizat: menyembuhkan yang terpapar, melindungi kita dari Covid-19 dan segera mengakhiri pandemi ini. 

Apakah berdoa memohon pertolongan, kesembuhan dan perlindungan terhadap Covid-19 atau berakhirnya bencana-bencana dan lain-lain adalah salah? Tentu tidak! Tetapi yang salah adalah usaha kita yang mencari Yesus dikarenakan hanya agar Dia menjadi pembuat mukjizat dalam hidup kita seturut kehendak dan impian-impian kita. Dengan demikian, sadar atau tidak kita menjadikan Yesus sebagai pemuas hasrat, nafsu, ambisi, atau pemenuhan harta, materi dan hal-hal fana lainnya. Kita tidak mencari Yesus untuk hidup yang kekal.

Sewaktu saya merenungkan Injil hari, saya bertanya pada diri saya sendiri apakah saya berfokus pada apa yang duniawai, yang tak pasti, sementara, sekilas, dangkal, atau sebaliknya pada apa yang kekal, abadi dan dalam. Apakah saya mencari-cari Yesus hanya dikarenakan supaya Dia melakukan mukjizat dalam hidup saya, yakni untuk mewujudkan harapan dan cita-cita saya? Ataukah saya mencari-Nya karena saya percaya bahwa Dialah roti hidup sejati yang akan memberikan kehidupan abadi?

Apa yang kamu cari?