Senin, 10 Mei 2021

Bac. Yoh.15: 26 – 16: 4a

Orang menjadi saksi Injil kalau hidup dan karyanya memancarkan nilai dan semangat Injil. Orang menjadi saksi Kristus kalau dirinya menghadirkan nilai-nilai yang dihayati dan diwartakan Tuhan. Di tengah perpecahan warga masyarakat dengan alasan apapun, orang ini tetap mampu menebar harapan persaudaraan lewat hidupnya. Ia memiliki stamina phisik dan batin untuk memancarkan sikap anti keekrasan di tengah kecenderungan kemarahan, kekerasan dan permusuhan. Orang ini secara mengagumkan memiliki enegi untuk hidup jujur dan berpikir positif di tengah kebiasaan korupsi, kepalsuan dan hoax. Dan seterusnya.

Itu semua terjadi karena inner power nya ialah kesatuannya dengan Kristus.

Pertanyaan yang bisa mengganggu ketenangan batin kita ialah: mengapa doa-doa yang sekian lama kita panjatkan, tidak mengubah kualitas hidup kita sebagaimana kita harapkan? Mengapa perayaan Ekaristi, devosi dan kegiatan rohani lainnya tidak melahirkan bobot dan kualitas hidup yang memadai? Mengapa penguasaan Kitab Suci yang mungkin menimbulkan decak kagum banyak orang, tidak diikuti dengan perubahan kualitas manusia sebagai murid Tuhan di dunia ramai ini? Dan masih ada pertanyaan lain …

Sulit membantah bahwa kita sering puas diri dengan banyaknya pengetahuan yang saleh dan suci mengenai Tuhan dan agama; meski kita tahu betul bahwa pengetahuan tidak serta merta mengubah diri manusia. Kita juga mudah berhenti pada berbagai kegiatan rohani yang indah dan bagus, tetapi sering steril terhadap keterlibatan sosial bagi mereka yang susah dan prihatin.

Bukan hanya kita orang Kristiani; di agama lainpun demikian. Banyak pemuka agama (dan kita semua) yang fasih menerangkan siapa Allah dan apa itu Kitab Suci. Masalahnya bukan Allah atau Kitab Suci, tetapi kita, anda dan saya. Tuhan solider pada kita sampai ditinggikan di salib, betul. Tapi kita bagaimana: apakah kasihNya kita terima? Karena kalau saya sungguh mengalami dikasihi oleh Tuhan, kasih itu akan memancar pada sesama …

Kita hanya akan bisa menjadi saksi Tuhan kalau kita mengalami kesatuan denganNya. Bukan karena kita memiliki informasi banyak tetapi karena mendarahdagingkan sabdaNya. Bukan hanay sibuk dengan kegiatan rohani yang baik dan indah itu, tetapi dengan membatinkan ajaranNya. 

Jujur saja, saya sering mengalami bahwa kesaksian itu luntur karena saya de facto sibuk dengan berbagai agenda pribadi saya. Bahkan untuk mencapai agenda itu, saya kadangkala memakai status hidup sebagai imam, menggunakan agama di hadapan umat dll. Jadi persoalan kesaksian lebih banyak terkait dengan olah diri sebagai muridNya: pendisiplinan diri, penyangkalan diri, pemurnian motivasi dans seterusnya. Maka bisa dimengerti bahwa menjadi saksi Injil akan bersahabat erat dengan misteri salib dalam hidup. Kita sering tak berdaya mengahdapi selera yang mengarah gaya hidup instant, hedonis dan narsis. Tetapi Roh Kudus akan menggunakan kerapuhan manusia untuk berkarya. Jangan biarkan kerinduan rohani ini pudar di tengah hidup yang cenderung superfisial.