Sabtu, 29 Mei 2021
Markus 11: 27-33
Yesus mengajak kepada para murid-Nya untuk tidak ragu, namun sungguh percaya kepada-Nya, sebagai Putera Allah yang diutus untuk penyelamat manusia. “…Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”(Yoh 3:15). Semua itu bukan untuk kepentingan Yesus, namun untuk kebaikan, kedamaian dan keselamatan umat manusia. Allah itu sempurna, oleh karena itu Dia tidak kekurangan apa-apa, namun berbeda dengan manusia, mereka membutuhkan penopang dan pertolongan dari Allah untuk melewati hari-hari hidupnya dan akhirnya menerima keselamatan bagi jiwanya. Setiap orang yang lahir di dunia pada akhirnya ia akan meninggalkan dunia dan beralih ke dalam hidup abadi. Setiap orang perlu memiliki harapan bahwa keselamatan jiwanya terjamin. Dan Yesus Kristus memberikan jaminan tersebut bagi mereka yang percaya. “Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.”(Yoh 14:1).
Keraguan seperti kabut yang menjadi sesuatu penghalang untuk bisa melihat dan merasakan kasih dan kebaikan Tuhan lewat peristiwa-peristiwa hidup. Dengan kondisi seperti itu, seseorang tidak akan bisa melihat dengan jelas karya cinta kasih Allah yang sedang terjadi. Oleh karena itu, keraguan perlu dilepasakan dari hati dan pikiran seseorang agar kasih karunia Tuhan Yesus bersemayam di dalam dirinya. Tantangan untuk melepaskan keraguan iman adalah pikiran diri sendiri. Jika seseorang hanya mendengarkan diri sendiri, maka suara Tuhan tidak bisa bisa ia dengarkan. Sikap yang dibutuhkan agar suara Tuhan menjadi jelas dan dimengerti adalah sikap “siap mendengarkan” . Seseorang bisa mendengarkan jika ia melepaskan pemikirannya sendiri. Sikap inilah yang dimiliki oleh Samuel, ketika TUHAN memanggilnya. “Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: “Samuel! Samuel!” dan Samuel menjawab: “Berbicalah, sebab hamba-Mu ini mendengar.”(1 Sam 3:10).
Peristiwa dimana imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua Yahudi bertanya kepada Yesus. “ Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” (Mrk 11:28). Hal tersebut mengungkapkan bahwa mereka ragu dan bahkan tidak percaya bahwa Yesus adalah Putera Allah, yang mendapat kuasa dari Bapa-Nya sendiri. Sementara itu orang Yahudi, Farisi dan Ahli Taurat sebelum bertanya sudah memiliki jawaban dari pikirannya sendiri, bahwa Yesus bukan datang dari Allah. Yesus tidak perlu menjawab apa yang mereka tanyakan sebab mereka tidak percaya dan hanya ingin mencobai saja. “lalu mereka menjawab Yesus; “Kami tidak tahu.“ Maka kata Yesus kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”(Mrk 11: 33). Akhirnya, siapakah yang siap untuk menerima Yesus? Yaitu mereka yang mau benar-benar mendengarkan dengan hati dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Serawai, Rm. A. Didik Setiyawan, CM