Sabtu Pekan Biasa XII, 26 Juni 2021

Bacaan: Kejadian 18:1-15; Matius 8:5-17

Tentu kita ingat perkataan ini, “Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang kepada saya, namun bersabdalah saja, maka saya akan sembuh”. Inilah perkataan yang kita ucapkan sebelum menerima Tubuh Kristus dalam Perayaan Ekaristi. Perkataan itu diambil dari perkataan sang perwira yang dikisahkan dalam Injil hari ini. Inilah ungkapan iman yang mendalam, cukup bersabda saja, maka akan sembuh. Walaupun ia seorang perwira Romawi, bukan orang Yahudi, namun ia percaya kepada Yesus, bahkan percaya akan sabda Yesus yang mampu menyembuhkan. Tuhan Yesus pun kagum mendengarkannya dan menegaskan kepada perwira itu bahwa kepercayaannya itu akan menjadi nyata, yakni hambanya akan sembuh. Kepercayan dan kerendahan hati sang perwira yang menempatkan Yesus sebagai seorang atasan dengan cukup bersabda, itulah yang membuat hambanya sembuh.

Selain hamba perwira itu yang disembuhkan, mertua Petrus pun mengalami penyembuhan, begitu pula banyak orang sakit dan kerasukan setan dibawa kepada Yesus untuk mohon disembuhkan. Tentu saja Yesus tidak ingin hanya menyembuhkan, Ia ingin mereka semua percaya karena kepercayaan itu merupakan keyakinan bahwa Tuhan memang ada di dalam hati mereka dan itulah kekuatan yang menyembuhkan. Sedangkan mereka yang merasa sebagai bangsa pilihan namun tidak percaya, Yesus menggambarkannya sebagai anak-anak Kerajaan yang akan dicampakkan ke dalam kegelapan. Gambaran ini mengingatkan kita pula bahwa walaupun kita adalah pengikut Kristus, menjadi seorang Katolik, namun jika kita tidak percaya dan berserah diri kepada Tuhan, maka sama saja kita tidak beriman dan terpisah dari Tuhan. Ingatlah, tidak otomatis ketika kita sudah menjadi warga Gereja, yang juga warga Kerajaan, akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, diperlukan iman yang hadir di dalam tindakan nyata.

Apakah ketika doa “Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang kepada saya..”, diucapkan, kita sunguh menyadari yang kita ucapkan itu? Kita sungguh menerima Tuhan Yesus di dalam diri kita, yang menyembuhkan seluruh diri kita, jika kita sungguh percaya. Terkadang perkataan itu menjadi rangkaian kata yang dihafal dan diucapkan tanpa dihayati, maka menjadi otomatis terucap. Saatnya sekarang ini kita belajar dari sang perwira, yang mengatakannya dengan kepercayaan sehingga hambanya sembuh, kita pun perlu melakukan yang sama. Marilah kita membangun kesadaran setiap kali hendak menerima Tubuh Kristus, kita doakan dengan keyakinan sambil merasakan setiap kata yang kita ucapkan, yang sangat mendalam.