Jumat Pekan Biasa XII, 25 Juni 2021
Bacaan: Kejadian 17:1, 9-10, 15-22; Matius 8:1-4
Orang sakit kusta berseru kepada Yesus memohon untuk ditahirkan dan disembuhkan. Penyakit kusta adalah penyakit yang sangat ditakuti oleh orang Yahudi, karena selain mengerikan juga dianggap sebagai kutukan Tuhan. Oleh sebab itulah para penderita kusta ini disingkirkan dari kehidupan bersama dan mereka sangat menderita. Keberanian orang kusta ini untuk berseru dan memohon kepada Yesus, menunjukkan kepercayaannya dan harapan akan belaskasih Yesus yang sudah didengar selalu membuat mujijat. Orang kusta itu meminta ditahirkan, yakni dibersihkan dari penyakitnya, karena kusta ini merusak badan dan membuat badan menjadi rusak juga kotor. Permohonan orang kusta ini disampaikan dengan kerendahan hati dan bukan memaksakan keinginannya, maka ia berkata ‘jika Tuan mau’. Kita perlu belajar dari si kusta untuk selalu datang kepada Tuhan dengan kepercayaan, berdoa dan memohon dengan rendah hati, bukan memaksakan keinginan kita.
Dengan mengulurkan tanganNya, Yesus menjawab kerinduan hati orang kusta itu, “Aku mau, jadilah engkau tahir”. Perkataan Yesus adalah perkataan hidup dan itulah yang terjadi, orang kusta itu disentuh Yesus dan menjadi bersih, ia sembuh. Ketika orang banyak menyingkir dan menyingkirkan orang kusta, Yesus malah datang mendekati dan menyentuhnya. Tuhan Yesus selalu menyambut orang yang datang, percaya dan berserah diri kepadaNya dengan rendah hati. Keselamatan datang dari Tuhan dan itu tampak dengan bersihnya orang kusta itu, baik dari penyakit maupun dari tuduhan akan hukuman Tuhan. Belaskasih Tuhan inilah yang senantiasa menjadi kekuatan kita orang beriman, maka jangan pernah jauh dari Tuhan. Tuhan menantikan kita datang dan berseru kepadaNya, Ia berada paling dekat dengan kita.
Setelah menjadi tahir dan sembuh, Yesus memintanya untuk pergi bertemu imam yang akan menyatakan bahwa ia sembuh serta membawa persembahan kepada Tuhan. Selain Yesus tetap menghormati aturan sebagai orang Yahudi, Yesus mau menunjukkan bahwa pertama-tama bawalah persembahan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan. Datang dan berterima kasih kepada Tuhan, itulah yang pertama perlu dilakukan dan bukan bercerita ke mana-mana tentang kejadian itu. Apakah kita selalu bersyukur kepada Tuhan atas setiap anugerah, kebaikan dan rahmat kehidupan yang kita terima setiap saat? Terkadang kita mendahulukan hal-hal manusiasi dan duniawi, bercerita atau berpesta dan terlambat atau lupa bersyukur. Marilah belajar dari orang kusta yang ditahirkan ini.