Hari Raya Penampakan Tuhan [C]
2 Januari 2022
Matius 2:1-12
Masa Natal mencapai puncaknya pada hari raya Epifani. Kata Epifani sendiri berasal dari kata Yunani yang berarti ‘penampakan’. Dari nama ini, kita bisa menyimpulkan bahwa Epifani merayakan penampakan Yesus ke bangsa-bangsa yang diwakili oleh orang-orang Majus. Kita tidak yakin siapa sebenarnya orang Majus ini, tetapi tradisi mengatakan bahwa mereka adalah orang bijak dari Timur, kemungkinan besar dari Persia atau Iran saat ini. Alkitab tidak memberi kita jumlah pastinya, apalagi namanya, tetapi tradisi mengatakan bahwa mereka adalah Baltazar, Gaspar dan Melchior.
Jika kita mencoba kembali ke awal Injil Matius, kita akan menemukan silsilah Yesus Kristus. Matius mulai dengan Abraham, bapa bangsa Israel, lalu Daud, raja terbesar Israel dan hingga pada Yusuf, seorang pria Yahudi yang sederhana namun benar. Matius menunjukkan kepada kita bahwa Yesus adalah penggenapan janji Allah kepada Abraham, kepada Daud, dan kepada Israel. Dia datang sebagai Mesias Yahudi. Seorang filsuf dan teolog Katolik, Peter Kreeft, merangkum Injil Matius sebagai ‘Sebuah Injil dari seorang Yahudi, untuk orang-orang Yahudi tentang Mesias Yahudi’.
Namun, penginjil yang sama memberi kita gambaran yang jauh lebih besar. Meskipun Yesus berasal dari garis keturunan Daud dan dibesarkan sebagai orang Yahudi oleh keluarga Israel yang taat, Yesus bukanlah Mesias yang ‘eksklusif’. Yesus bukan hanya Mesias untuk orang-orang Yahudi saja, tetapi Dia adalah Juruselamat bagi seluruh dunia. Identitas ini diwujudkan dalam kunjungan orang-orang Majus.
Ketiga orang Majus itu bukan orang Israel, dan kenyataannya, mereka mungkin tidak menyembah Allah yang benar. Namun, mereka tahu bahwa jauh di lubuk hati, ada sesuatu yang masih hilang. Dalam kebijaksanaan manusiawi, mereka terus mencari kebenaran yang akan memuaskan kerinduan terdalam mereka. Penelitian dan penyelidikan mereka mendorong mereka untuk mencari raja yang baru lahir. Ketika akhirnya mereka melihat bayi Yesus, mereka sujud menyembah sang bayi, dan mengakui bahwa bayi ini bukan hanya raja biasa dari sebuah bangsa kecil di Timur Tengah. Dia adalah raja dari segala raja, dan Dia hadir bagi semua orang yang dengan tulus mencari-Nya.
Kita adalah orang Majus. Sebagian besar dari kita bukan orang Yahudi, apalagi berasal dari garis keturunan Daud, tetapi kita sedang mencari sesuatu yang akan memenuhi keinginan terdalam kita. Namun, kita jauh lebih beruntung daripada orang Majus. Mereka perlu belajar dan mencari kebijaksanaan selama bertahun-tahun, dan terkadang, mereka tersandung ke dalam kesalahan karena kelemahan manusia.
Dengan menjadi manusia, Tuhan memberikan arah yang lebih jelas menuju kebenaran dan keselamatan. Dialah jalan, kebenaran dan hidup [Yohanes 14:6]. Firman-Nya adalah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita [Mzm 119:105]. Tubuh-Nya adalah sungguh-sungguh makanan, dan darah-Nya adalah sungguh-sungguh minuman, dan kita yang mengambil bagian di dalam Dia akan memiliki hidup [Yohanes 6:51-57].
Dibandingkan dengan orang Majus, kita seperti memiliki jalan toll menuju kebahagian yang sejati. Sekarang, pertanyaan sebenarnya adalah apakah kita mau rendah hati seperti orang Majus untuk mengakui bahwa kita membutuhkan Tuhan dan berkomitmen untuk berjalan di jalan-Nya?
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP