Rabu, 9 Agustus 2023
Matius 15:21-28
Pada suatu ketika Yesus Kristus kagum dengan iman seorang Ibu yang bukan dari keturunan Yahudi, namun datang memohon kesembuhan bagi anaknya yang kerasukan setan dan sangat menderita. Sekalipun Yesus menyatakan keberatan untuk menguji imannya, namun ibu tersebut tetap mememohon kepada Yesus. “Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” (Mat 15:26-27). Oleh karena iman dan kegigihannya, maka Tuhan Yesus berkenan mengabulkan permohonannya. “Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.”(Mat 15:28).
Dengan demikian, setiap murid Kristus didorong untuk memiliki iman yang sama seperti yang ada di dalam diri perempuan tersebut. Tantanganya adalah apakah setiap orang yang mau beriman berani menghadapi situasi di masa-masa sulit, saat direndahkan, dan bahkan tinggalkan sebagai tahapan proses pemurnian iman sebelum mereka memiliki kematangan iman dan akhirnya menerima anugerah dan kemurahan Allah? Oleh karena itu, iman merupakan buah dari perjalanan panjang dimana pahit, getir kehidupan telah dilewati hingga akhirnya ia percaya secara penuh akan kemurahan hati Allah dan setia dalam semua situasi. “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.”(1 Petrus 1:7).
Didik, CM