Hari Minggu Keempat dalam Masa Biasa [B]
28 Januari 2024
Markus 1:21-28
Salah satu hal yang paling menarik dalam pelayanan Yesus adalah pengusiran roh-roh jahat. Markus, sang penulis Injil, bahkan tidak ragu-ragu menuliskan bahwa mengusir roh-roh jahat merupakan bagian dari pengajaran Yesus yang penuh otoritas. Otoritas Yesus tidak hanya mempengaruhi pendengar manusia, tetapi juga mengendalikan roh-roh jahat. Namun, siapakah roh-roh jahat itu? Mengapa Yesus memiliki otoritas atas mereka? Dan bagaimanakah pengaruhnya terhadap kehidupan kita?
Berdasarkan Kitab Suci dan tradisi, Gereja mengajarkan bahwa roh-roh ini juga merupakan ciptaan Allah. Pada dasarnya, mereka adalah roh atau malaikat. Sebagai roh, mereka adalah makhluk tanpa tubuh, dan karena mereka tidak terpengaruh oleh keterbatasan materi, mereka secara alamiah jauh unggul daripada kita manusia. Namun, tidak seperti malaikat baik yang menggunakan kekuatan mereka untuk membantu manusia, roh-roh ini justru melakukan sebaliknya. Mereka ingin mencelakakan manusia. Itulah mengapa mereka disebut sebagai roh-roh jahat.
Jika Allah itu baik, mengapa Allah menciptakan makhluk yang jahat? Pada awalnya, Allah menciptakan mereka sebagai roh-roh yang baik. Namun, sebagai makhluk yang memiliki kebebasan, mereka membuat pilihan yang definitif untuk menentang Pencipta mereka. Pemberontakan mereka terhadap Allah membuat mereka jatuh dari rahmat, dan oleh karena itu, mereka disebut “malaikat-malaikat yang jatuh”. (lihat KGK 391-395)
Lalu, mengapa roh-roh jahat bisa taat kepada Yesus? Jawabannya sangat mudah. Yesus adalah Pencipta mereka. Otoritas Yesus tercermin dalam kata Yunani yang dipilih ketika Yesus mengusir roh-roh jahat, ‘φιμοω’ (baca: phimoo). Biasanya, kata ini diterjemahkan sebagai ‘diam,’ tetapi secara harfiah, kata ini berarti ‘memasang moncong’ (alat yang dipasang di mulut binatang untuk membuatnya diam). Ini seperti seorang petani yang meletakkan moncong di mulut lembu yang gaduh sehingga membuatnya tunduk. Idenya adalah bahwa Yesus sangat berkuasa sampai-sampai Dia dapat dengan mudah menundukkan roh-roh jahat di bawah kendali-Nya.
Satu fakta yang menarik adalah bahwa Markus tidak menyebut malaikat-malaikat yang jatuh itu sebagai ‘roh-roh jahat’, melainkan ‘roh-roh najis’ (πνευμα ἀκάθαρτον – pneuma akatarton). Dalam konteks Yahudi, najis berarti tidak layak bagi Allah secara ritual. Sesuatu atau seseorang yang najis tidak dapat masuk ke dalam Bait Allah dan, sebagai konsekuensi, tidak dapat mempersembahkan penyembahan dan menjadi jauh dari Allah. Roh-roh ini najis karena mereka tidak layak bagi Allah dan jauh dari-Nya.
Kita juga dapat melihat kenajisan sebagai efek dari roh-roh jahat. Orang yang berada di bawah kekuasaan roh-roh jahat menjadi najis dan jauh dari Allah. Orang yang hidup dalam dosa dan jauh dari Allah, berada di bawah pengaruh roh-roh jahat sampai batas tertentu. Dari sini, kita dapat memahami bahwa misi Yesus untuk mengusir roh-roh jahat merupakan bagian integral dari misi-Nya untuk membuat manusia menjadi kudus dan menyatukan manusia dengan Allah.
Pembahasan mengenai roh-roh jahat tentu saja sangat luas dan menarik, tetapi cukuplah untuk mengatakan bahwa Yesus jauh lebih unggul daripada roh-roh jahat ini. Oleh karena itu, hidup bersama dan di dalam Yesus adalah satu-satunya cara untuk mengusir roh-roh jahat. Juga benar bahwa ketika kita semakin dekat dengan Yesus, roh-roh jahat akan melipatgandakan usaha mereka, dan justru dalam situasi ini, kita harus semakin berpegang teguh pada Yesus.
Roma
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP