Hari Minggu ke-5 dalam Masa Biasa [B]
4 Februari 2024
Markus 1:29-39
Sering kali, kita berasumsi bahwa tugas pewartaan Injil hanya untuk para uskup, imam, dan diakon, atau untuk biarawan-biarawati atau katekis-katekis awam. Namun, anggapan ini kurang tepat. Yang benar adalah bahwa setiap orang yang dibaptis memiliki sebuah tanggung jawab untuk mewartakan Injil. Ya, Anda dan saya! Tetapi, bagaimana kita mewartakan jika kita tidak memiliki talenta atau kemampuan untuk melakukannya?
Pertama, kita harus menyadari bahwa mewartakan Injil adalah bagian penting dari identitas kita sebagai orang Kristen. Menjadi Kristen berarti kita menjadi ‘citra Kristus’, atau ‘Kristus yang lain.’ Dalam Injil hari ini, Yesus menegaskan bahwa misi-Nya adalah untuk mewartakan Injil. Dia menolak untuk berhenti di satu kota dan menikmati pujian dari orang-orang, tetapi Dia harus pergi ke tempat lain dan berkhotbah. Jika Yesus sendiri berkomitmen untuk memberitakan Kabar Baik, maka kita, sebagai citra-Nya, dipanggil untuk mewujudkan komitmen ini juga. Orang Kristen sejati adalah orang yang dengan setia mewartakan Injil.
Yesus mengakui misi ini sebagai bagian dari identitas-Nya dan menyerahkannya kepada Gereja-Nya sebagai sebuah perintah. Setelah kebangkitan-Nya, Dia mengamanatkan kepada murid-murid-Nya, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28:19-20). Sekali lagi, misi ini bukanlah pilihan, melainkan kewajiban bagi setiap murid Yesus.
Gereja memahami misi ini, dan dengan demikian, Gereja mengajarkan kepada kita, “Kaum awam juga memenuhi misi kenabian mereka melalui penginjilan, “yaitu pewartaan Kristus dengan kata-kata dan kesaksian hidup… (KGK 905).” Santo Thomas Aquinas, seorang teolog, menulis, “Mengajar untuk menuntun orang lain kepada iman adalah tugas setiap pengkhotbah dan setiap orang beriman (STh. III, 71,4 ad 3).”
Namun, bagaimana kita berkhotbah jika kita tidak memiliki talenta dan karunia? Pertama, kita perlu menyadari bahwa ada jenis-jenis pewartaan yang secara khusus dipercayakan kepada para klerus, seperti di dalam liturgi. Alasannya adalah karena Gereja ingin memastikan bahwa pewartaan di tempat yang sakral ini akan dilakukan dengan khidmat dan sesuai dengan ajaran-ajaran Gereja yang benar. Namun, ada banyak kesempatan lain bagi umat awam untuk pewartaan, dan bahkan, pada kenyataannya, ada konteks-konteks di mana hanya umat awam yang dapat mewartakan Injil: pernikahan dan keluarga.
Dalam konteks keluarga, pria dan wanita tidak hanya terikat oleh baptisan mereka untuk memberitakan Injil, tetapi juga oleh janji pernikahan mereka. Suami dan istri membawa satu sama lain lebih dekat kepada Allah, dan orang tua mendidik anak-anak mereka untuk mengasihi Allah dan melatih mereka dalam kekudusan. Kita meluangkan waktu untuk berdoa bersama sebagai sebuah keluarga di rumah atau di gereja. Kita mengajarkan anak-anak kita doa-doa dasar. Kita memberikan teladan yang baik kepada anak-anak kita. Kita membawa anak-anak kita ke paroki untuk pembaptisan dan sakramen-sakramen lainnya serta menerima berbagai petunjuk iman dari para imam dan katekis. Misi ini tidak membutuhkan bakat atau pelatihan khusus, melainkan waktu dan komitmen, sesuatu yang dimiliki semua orang.
Misi pewartaan Injil tidak hanya sesuatu yang esensial dari identitas kita sebagai murid Kristus, dan bahkan keselamatan kita bergantung pada hal ini. Biarlah kata-kata Santo Paulus menjadi moto kita, “Celakalah aku, jika aku tidak mewartakan Injil” (1 Kor. 9:16).
Roma
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP