Minggu ke-6 dalam Masa Biasa [B]
11 Februari 2024
Markus 1:40-45
1 Korintus 10:30 – 11:1
Menjelang akhir suratnya kepada jemaat di Korintus, Santo Paulus mengingatkan kita akan dua tujuan dasar setiap murid Kristus. Yang pertama adalah, “…segala sesuatu yang kamu perbuat, perbuatlah semuanya untuk kemuliaan Allah (1 Kor 10:31).” Yang kedua adalah, “…dalam segala sesuatu yang kulakukan, aku tidak mencari keuntungan bagiku sendiri, tetapi keuntungan bagi banyak orang, supaya mereka diselamatkan (1 Kor. 10:33).” Paulus mengatakan bahwa dalam segala sesuatu yang kita lakukan, kita melakukannya untuk kemuliaan Allah dan keselamatan sesama.
Namun, apakah mungkin kita melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan sesama? Banyak dari kita yang sibuk bekerja dan disibukkan dengan banyak hal lain untuk kelangsungan hidup kita, dan seringkali, kita hampir tidak ingat akan hadirat Tuhan, apalagi memuji dan bersyukur kepada-Nya. Beberapa dari kita bahkan kesulitan untuk menghadiri Misa Mingguan. Apakah ini berarti kita gagal dalam hal ini?
Paulus tidak memerintahkan kita untuk ‘mengucapkan kemuliaan bagi Tuhan’ melainkan ‘melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan’. Ini bukan hanya tentang menyanyikan pujian atau mengucapkan “kemuliaan bagi Allah di surga” sepanjang hari. Pada dasarnya, apa yang bisa kita lakukan adalah memilih untuk melakukan hal-hal yang berkenan kepada Tuhan, bahkan dalam hal-hal yang biasa dan rutin. Dalam pekerjaan kita, kita memuliakan Allah ketika kita melakukan pekerjaan yang jujur. Bahkan ketika kita menonton sesuatu di televisi atau melihat konten di gadget kita, kita dapat melakukannya untuk kemuliaan Tuhan ketika kita menghindari melihat hal-hal yang membawa kita kepada dosa dan memilih untuk melakukan apa yang benar-benar bermanfaat. Tentu saja, kita tidak dapat memuliakan Allah jika kita menganggur atau membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna.
Tujuan kedua adalah melakukan segala sesuatu agar orang lain mendapatkan keselamatan. Adalah sikap yang salah jika kita hanya berfokus pada keselamatan kita sendiri. Iman kita bukanlah iman yang mementingkan diri sendiri dan individualistis, tetapi iman yang berorientasi pada sesama dan penuh kasih. Keselamatan kita bergantung pada keselamatan sesama kita juga. Itulah iman Katolik, sebuah iman untuk keselamatan universal. Misi mendasar seorang suami adalah membawa istrinya lebih dekat kepada Allah. Keselamatan orang tua bergantung pada pertumbuhan kekudusan anak-anak mereka.
Tetapi, apakah kita bertanggung jawab atas keselamatan semua orang? Ya, kita dipanggil untuk memberitakan Injil kepada semua orang, tetapi kita terutama bertanggung jawab atas mereka yang dekat dengan kita, seperti keluarga atau anggota komunitas kita. Namun, Santo Paulus juga menyampaikan pesan yang jelas, “Jadilah tanpa cela bagi orang Yahudi atau orang Yunani atau Gereja Allah (1 Kor. 10:32).” Meskipun kita tidak secara aktif bertanggung jawab atas keselamatan semua orang, kita diharapkan untuk tidak menyebabkan kerugian atau skandal yang dapat mendorong orang menjauh dari Tuhan. Kita selalu menjadi saksi dan murid Kristus di dunia.
Terakhir, dua misi dasar yang diinstruksikan oleh Santo Paulus ini adalah konkretisasi dari hukum yang paling mendasar yang diajarkan oleh Yesus: mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita (lihat Mat. 22:37-38). Dalam segala sesuatu yang kita lakukan, kita melakukannya untuk kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa.
Roma
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP